Tak terasa sekarang sudah jam 1 kurang seperempat dan kulihat Rani telah terlelap manja di pelukanku , entah kenapa aku merasa berat harus meninggalkannya , jika boleh memilih aku ingin tetap berada di sebelahnya sampai pagi tiba…. tapi ada hal yang lebih penting saat ini dan mau tak mau aku harus melanjutkannya , dengan hati hati kupindahkan kepala Rani di atas bantal lalu kusingkirkan tangan kirinya yang memelukku dan kugantikan diriku dengan gulingnya Memet , biarkan saja dia memeluk guling besar bergambar Naruto itu…. begitu bangkit dari kasur lekas kuselimuti tubuh Rani dan sekilas kupandangi lagi raut wajahnya yang tengah terlelap itu , entah kenapa aku ingin mengecup keningnya sekali lagi sebelum aku pergi ” cuuuuup ” kukecup singkat keningnya dan kemudian kubisikkan di telinganya ” sweet dream baby , sweet dream... “ kini aku siap untuk berangkat menyusul teman temanku di kampus.
Me : ” ladub sek met , titip arek iki jogonen ”
(berangkat dulu met , titip anak ini kamu jaga)
Memet : ” oyi vig tenang ae , aku stand by terus pokoke ”
(oyi vig tenang aja , aku stand by terus pokoke)
Tanpa buang waktu lekas kutinggalkan kosan Memet lalu dengan tergesa aku berlari menuju kampus , beberapa menit kemudian aku sudah tiba di parkiran masjid yang tampak lengang , karena aku tak tahu posisi teman temanku berada maka kuputuskan untuk menelpon Niken.
Me : ” heh ?!.. lagi ada dimana nik ?!…. gw udah di kampus nih ”
Niken : ” eh anak anak sekarang lagi ngumpul di kantin 3.5 vig , lu cepetan ke sini ”
Me : ” oke tungguin ”
Ternyata mereka lagi berada di kantin 3.5 yang terletak di bagian belakang lantai 4 gedung GKB 1 , segera saja kususul mereka dengan berlari terburu buru melewati kantin Asri , gedung SC dan akhirnya tiba juga di kantin 3.5 yang terlihat terang benderang karena lampu neonnya menyala semua… kulihat teman temanku tengah duduk berkumpul di salah satu meja sambil menikmati sekaleng Khong Guan dan Coca Cola , lekas saja kuhampiri mereka.
Me : ” im coming bro ! ”
Niken : ” eh gimana tu anak keadaannya vig ? ”
Me : ” udah bobok nik ”
Niken : ” untung deh vig , gw pikir bakal lama pingsannya ”
Me : ” udah ngga usah kuatir…. tadi udah pada kemana aja ? ”
Tomi : ” kita tadi abis uji nyali di lab anatomi bro ”
Me : ” ada apaan aja di sono tom ? ”
Tomi : ” tadi sih kedengeran suara suara gak jelas vig , kayak orang kesakitan ”
Zul : ” kita di luarnya doang tadi vig , suaranya dari dalem ”
Soleh : ” paling suorone soko kadaver seng disimpen ndek njero lab ”
(mungkin suaranya dari kadaver yang disimpen di dalam lab)
Zul : ” tadi juga kita nyium bau anyir kayak darah ”
Tomi : ” iya vig , makin lama makin ngga tahan nyium baunya ”
Me : ” trus ada penampakan apaan ? ”
Tomi : ” asap asap gak jelas doang sih , apaan itu namanya nik ? ”
Niken : ” ektoplasma itu tom ”
Pendik : ” iku niken onok photone ”
(itu niken ada photonya)
Niken : ” nih , lu lihat gw dapet photonya ”
Dengan bersemangat Niken menunjukkan layar kameranya padaku , tampak kepulan asap cukup tebal yang dikenal sebagai ektoplasma , suatu tahapan dimana makhluk halus masih mengumpulkan energi untuk bisa menampakkan diri.
Me : ” cuma gini doang nik ? ”
Niken : ” gw juga gak tahu vig , kayaknya energinya kurang ”
Pendik : ” yang diserap makhluk gaib kan energinya kita kalo lagi ngerasa takut ya nik , tapi kita tadi biasa biasa aja "
Niken : ” kalo kitanya gak takut tu demit gak bisa serap energi kita , makanya cuma jadi ektoplasma doang vig ”
Tomi : ” padahal kita ngarepnya liat penampakan mayat yang katanya anak kedokteran sering nongol itu ”
Soleh : ” gak metu arwah kadavere vig ”
Niken : ” kapan kapan aja deh kita uji nyali di situ lagi ”
Me : ” abis ini kita kemana nih ? ”
Niken : ” kita rembukan dulu deh guys ”
Dengan santai kami merundingkan tujuan selanjutnya sambil kucomot beberapa biskuit dari dalam kaleng , sementara kuperhatikan sosok Steve yang hanya terdiam membisu sambil memainkan ponselnya , mungkin karena sebelumnya dia belum kenal dengan kami sehingga masih canggung untuk ngobrol... kurasa tak ada salahnya kalau aku berbasa basi sebentar dengannya.
Me : ” eh stiv , tadi kok kamu bisa ngeluarin kunti dari tubuh rani ? ”
Steve : ” aku sudah lama mas belajar tenaga dalam reiki ”
Me : ” jadi pake tenaga dalam ya tadi ? ”
Steve : ” iya mas , ditambah doa ”
Me : ” emang kamu bisa lihat makhluk gaib ? ”
Steve : ” kalo lihat ngga bisa mas , tapi kalo ngerasain energinya aku bisa ”
Me : ” energi gimana ? ”
Steve : ” ya tempat tempat yang ada penunggunya gitu ”
Me : ” trus kalo di kampus ini mana aja yang ada penunggunya ? ”
Steve : ” hampir semua area kampus ini ada penunggunya mas , tapi yang energinya paling kuat ada di atas ”
Me : ” atas ?!… maksudnya lantai 6 gedung gkb 1 ini ? ”
Steve : ” iya mas bener banget ”
Me : ” trus makhluk apaan itu stiv ? ”
Steve : ” nanti lihat saja mas biar tau sendiri ”
Pernyataan Steve membuatku teringat kembali akan sosok kuntilanak merah yang selama ini menjadi desas desus di kalangan mahasiswa UMM , sosok yang menurut situs Jepang adalah ratunya para kuntilanak dan berusia lebih dari 300 tahun…. apakah malam ini kami semua benar benar akan bertemu dengannya ?!?
Waktu sudah menunjukkan jam 1 dini hari ketika kami telah selesai berembuk , sesuai kesepakatan bersama kali ini kami akan menjelajahi salah satu area kampus yang kabarnya cukup angker , area itu adalah sebuah lahan tegalan penuh pepohonan lebat dimana terdapat jalan setapak yang tembusannya langsung sampai ke terminal Landungsari... setelah mengemasi biskuit dan botol botol minuman kami bergegas menuju ke sana , dengan langkah tergesa kami berjalan melewati gedung ICT yang berada di sebelah timurnya gedung GKB 1 dan tak lama kemudian tibalah kami di kantin kopma yang berada di belakang gedung rektorat , tepat di sebelah kantin ini terdapat jembatan gantung yang terbuat dari papan kayu sementara di bawahnya mengalir sungai Brantas yang penuh bebatuan... berhubung area tujuan kami berada di seberang sungai maka terlebih dahulu kami harus menyeberangi jembatan gantung ini.
Niken : ” ayo cepetan guys ! ”
Tomi : ” buset serem juga ya kalo malem ”
Soleh : ” iya tom , biasanya kalo siang banyak yang mancing di sini ya ”
Saat melintasi jembatan gantung ini aku merasa agak bergidik sendiri , ingatanku mengalami flashback beberapa bulan lalu ketika aku dan teman teman bandku berada di jembatan ini kala hari beranjak petang... waktu itu kami sedang membuang bungkusan kresek besar ke sungai ini dan bungkusan itu berisi 3 helai kain penutup keranda mayat... peristiwa itu sudah lewat dan kini di tegalan seberang sungai telah menanti peristiwa baru untuk kualami bersama teman temanku ini.
Pendik : ” wah peteng ndedet bro ndek kene , singup rekk ”
(wah gelap banget bro di sini , serem rekk)
Soleh : ” rodok merinding aku ndik ”
(agak merinding aku ndik)
Steve : ” aku ngerasain energinya mas ”
Soleh : ” dimana lho stiv posisinya ?! ”
Steve : ” kayaknya di pohon sebelah sana mas ”
Niken : ” beneran stiv ?! ”
Steve : ” iya mbak , ayo kita ke sana saja ! ”
Begitu kami tiba di tegalan ini Steve mulai mendeteksi energi makhluk gaib dan langsung memimpin kami di depan , kini kami berjalan melintasi jalan setapak yang dirabat beton ini dengan nafas terengah engah , maklum kontur tanah di area tegalan ini cukup menanjak.
Tomi : ” dengkul gw mau copot bro ”
Zul : ” sama tom , apalagi kita cuma pake sandal ”
Niken : ” ayo semangat guys , bentar lagi kita ketemu demit lagi lho ”
Setelah berjalan beberapa meter mendadak Steve menghentikan langkahnya , ia merasa telah menemukan posisi dari makhluk gaib yang menghuni tegalan ini.
Steve : ” mas , ayo kita duduk di sini ! ”
Tomi : ” gw agak takut nih ”
Zul : ” kamu duduk di belakangku aja tom ”
Tomi : ” oh iya deh zul ”
Kini kami bertujuh mulai duduk bersila di area tegalan yang gelap gulita ini sambil memainkan sorotan senter ke segala arah , sementara suasana di sini terasa sangat sunyi sekali " krek !... krek !... krek !... " sesekali terdengar suara gemerisik dedaunan bambu yang tertiup angin dan membuat suasana terasa kian mencekam.
Niken : ” ndik , infrasound sama hionya siapin ! "
Pendik : " oyi nik "
Lekas saja si Pendik menyalakan 4 batang hio lalu menancapkannya di hadapan kami , tak lupa ia juga memutar infrasound dari speaker portablenya tadi... kali ini kami semua duduk terdiam sambil mengamati pepohonan rimbun yang telah ditunjuk Steve yang jaraknya sekitar 8 meteran dari hadapan kami , entah makhluk apa yang berada di situ.
Steve : ” tolong matiin senternya mas ! ”
Tomi : " hah ?!.. buset lu stiv , pake senter aja gw takut apalagi kalo dimatiin ”
Zul : ” stttt !!…. jangan kenceng kenceng kalo ngomong tom ! ”
Kini keadaan benar benar gelap gulita karena semua senter telah kami matikan , namun kami mencoba untuk menguasai rasa takut yang timbul… aku , Steve , Pendik dan Zul duduk bersila di depan sementara di belakang kami berempat ada Niken , Soleh dan Tomi... tak ada sepatah kata yang terucap , kami benar benar memasang panca indra kami untuk mengamati keadaan yang sunyi mencekam ini , sementara bau hio yang tertancap di hadapan kami terasa kian menusuk hidung... namun setelah hampir 10 menitan perlahan mulai tercium bau yang lain , bahkan Tomi dan Soleh langsung memegangi hidungnya karena tidak tahan dengan baunya yang begitu busuk seperti air kencing bercampur comberan.
Tomi : ” buset gw gak tahan ”
Soleh : ” iya nih , ayo kita balik aja ! ”
Saking menyengatnya bau busuk ini membuat kami semua harus memegangi hidung masing masing , hingga akhirnya kami menyadari ada sesosok bayangan tinggi menjulang yang berdiri mematung di balik pepopohon rimbun itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar