Ini trit isinya kumpulan cerita horor yang merupakan pelengkap dari trit MALANG MYSTERIO
Tampilkan postingan dengan label MALANG MYSTERIO EXO. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MALANG MYSTERIO EXO. Tampilkan semua postingan
MALANG MYSTERIO EXO - Mustika Hijau Dari Coban Rondho
ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar awal tahun 2009 ketika aku masih kuliah semester 4
Laju sepeda motor kami terasa berat saat melintasi jalanan menanjak dan berkelok kelok menuju kawasan wisata Payung , sesekali kami juga harus menepi saat berpapasan dengan truk besar atau bus Puspa Indah yang melaju dari arah Pujon , apalagi saat akhir pekan begini banyak kendaraan luar kota yang berlalu lalang menuju kota Batu , alhasil keadaan jalan ini jadi lebih ramai daripada hari hari biasa.
Niken : " rame banget ya vig jalannya "
Me : " pada mau wisata tuh nik "
Dengan lambat kami terus melaju sambil menikmati suasana hutan pinus di sebelah kanan jalan , hingga beberapa meter kemudian akhirnya kami tiba di kawasan wisata Payung yang tampak cukup ramai pagi ini , banyak mahasiswa dari kota Malang yang memilih berakhir pekan di sini , entah itu bersama teman temannya atau bersama yayangnya.
Niken : " masih pagi gini udah rame banget ya vig "
Me : " nyari warung yang agak sepi aja nik "
Deretan warung di pinggir jalan ini tampak cukup ramai dipadati pengunjung sehingga kami harus mencari cari warung lain yang masih sepi , untungnya setelah menanjak beberapa meter kami menemukan sebuah warung yang sepertinya baru saja buka.
Me : " sini aja nik , sepi nih warungnya "
Niken : " ya udah vig "
Satu persatu dari kami mulai memarkir sepeda motor masing masing di depan warung ini , sekejap kemudian kami telah duduk lesehan di bagian belakang warung , dari sini kami dapat melihat indahnya panorama kota Batu yang terhampar di kejauhan.
Mbak : " pesen nopo mas ? "
Pendik : " jagung bakare kabeh yo rek ? "
Mbak : " jagung bakare enem yo mas , trus unjukane nopo mawon niki ? "
Pendik : " ipok mbak "
Me : " aku yo ipok mbak "
Zul : " sama mbak "
Niken : " milo aja mbak "
Memet : " aku energen mbak "
Steve : " jeruk anget mbak "
Mbak : " ngrantos sekedap mas nggeh "
Kawasan wisata Payung terletak di lereng gunung sehingga hawa udaranya terasa begitu dingin , kalau nongkrong di sini emang paling enak sambil makan jagung bakar dan menyeruput kopi panas , biar badan jadi anget rekk.
Niken : " paling demen gw kalo udah nongkrong di sini "
Zul : " pemandangannya keren ya nik , udaranya juga seger.. ngga pernah bosen main ke sini "
Steve : " enak ya mas kuliah di malang , banyak tempat keren buat maen "
Pendik : " yo ngalam ancene kipa ilakes stiv "
Memet : " pokoke dolen terus yo ndik "
Jagung bakar pesanan kami telah tersaji di atas meja , dengan rakus kami menyantapnya hingga ludes dan kemudian kami mulai menyeruput minuman masing masing yang seketika membuat badan terasa hangat , tak lupa kusulut sebatang rokok sambil ngobrol bareng teman temanku ini.
Me : " senin malem anak anak ikabama mau ngadain acara nik , gw ikutan maen juga "
Niken : " trus bandnya indra ikutan maen gak vig ? "
Me : " gak tau nik , lu ngefans sama indra ya ? "
Niken : " abis cakep sih tampangnya vig , main gitarnya juga keren banget lagi.. gw tuh pengen motoin dia kalo bandnya ikutan maen "
Me : " mending lu motoin gw aja nik.. ha.. ha.. "
Niken : " ih sori ya bro , gak ngefans gw sama lu vig "
Me : " ha.. ha.. gw juga males punya fans kayak elu nik "
Kami memang betah nongkrong di sini hingga tanpa terasa hari telah beranjak semakin siang , kulihat angka di jam dinding telah menunjukkan jam setengah 11 siang.
Me : " wes jam setengah sewelas ndik "
Pendik : " nyantai sek vig , ngko ladub nang coban rondho jam sewelasan ae "
Zul : " kalo sabtu gini biasanya rame ya ndik coban rondho "
Pendik : " ya mau gimana lagi zul "
Niken : " eh guys , duit beli tiket kumpulin sekarang aja yuk ! "
Pendik : " kalo hari sabtu 8 ribu tikete rekk "
Rencananya setelah ini kami mau mengunjungi air terjun Coban Rondho , sudah lama kami tak mengunjungi tempat wisata yang terletak di daerah Pujon itu , apalagi Steve yang masih berstatus mahasiswa baru sama sekali belum pernah ke sana... kini kami mulai patungan duit buat bayar tiket masuk seharga 8 ribu rupiah per orang.
Steve : " ini mas pas duitku "
Memet : " duwekku kurang telung ewu e ndik "
Pendik : " yo wes gak po po met , wes enek tambele "
Me : " turahane nggo mbayar parkir ndik "
Niken : " sini guys !!.. biar gw aja yang bawa duitnya ndik "
Sekitar jam 11 siang kami mulai beranjak meninggalkan warung ini dan kemudian langsung bablas menuju daerah Pujon , tak butuh waktu lama kami telah tiba di pertigaan yang ada patung sapinya , di sini kami berhenti sebentar untuk berfoto ria.
Niken : " ayo guys !!.. cepetan ngumpul di patung sapi ! "
Me : " trus yang motoin siapa nik ? "
Niken : " itu aja minta tolong sama tukang ojek di pangkalan "
Karena tak ada yang memotret akhirnya kupanggil seorang tukang ojek untuk menjadi juru foto dadakan , dengan tergopoh gopoh tukang ojek itu meninggalkan motornya di pangkalan dan kemudian meraih kamera pocket yang disodorkan Niken.
Mas : " yang dipencet mana ini mbak ? "
Niken : " itu lho mas , tombol yang gede itu "
Mas : " ouh ?!.. nanti langsung tak pencet tombolnya ini ya mbak ? "
Niken : " iya mas , pokoknya kalo kita udah gaya di patung sapi sampeyan pencet aja tombolnya itu "
Tukang ojek ini agak gaptek sehingga Niken harus memberi tahu bagaimana caranya memotret , tak lama kemudian kami telah berdiri di dekat patung sapi sambil tersenyum dan berangkulan , hingga akhirnya " slap !.. " kebersamaan kamipun terabadikan berkat bantuan tukang ojek itu.
Mas : " ini sudah ya mbak ? "
Niken : " udah mas , matur suwun ya mas "
Kini kami bersiap untuk meneruskan perjalanan ke air terjun Coban Rondho , dari patung sapi kami memasuki jalanan sempit yang berada di pemukiman penduduk , sebelum akhirnya kami melewati hutan lebat yang suasananya tampak sepi , tempat tujuan kami masih berjarak sekitar 3 km lagi.
Niken : " adem ya vig , lupa gak pake jaket gw tadi "
Me : " adem segini belum seberapa nik , di telaga ngantang malah lebih adem lagi "
Niken : " kapan kapan ya kita maen ke ngantang vig , kayaknya keren tuh telaganya "
Setelah menempuh perjalanan beberapa kilometer akhirnya kami tiba juga di Coban Rondho , kulihat di parkiran ada banyak kendaraan luar kota yang saling berjubelan hingga membuat kami kesulitan memarkir motor , sementara warung warung dan toko souvenir tampak dipadati oleh para pengunjung.
Memet : " ruame yo ndik ?!.. uwong thok "
Pendik : " dino setu yo mesti ngene iki met , rame pol "
Steve : " air terjunnya dimana mas ? "
Pendik : " lewat jalan setapak itu stiv , ntar nyampe di air terjun "
Dari sini telah terdengar suara gemuruh air terjun Coban Rondho , untuk menuju ke sana kami harus berjalan kaki melewati jalan setapak yang membelah area hutan.
Memet : " alas iki akeh kethek e yo vig "
Me : " koncomu kuwi met.. ha.. ha.. "
Memet : " wo asem ngenyek kon !!.. "
Ada begitu banyak monyet yang bergelantungan di dahan dahan pepohonan , beberapa juga turun di sekitar jalan setapak sehingga para pengunjung bisa memotretnya dari jarak dekat.
Niken : " gw mau motret monyet dulu ya guys "
Zul : " ngapain monyet aja difoto nik "
Niken : " kan lucu tuh monyetnya zul "
Kami terus berjalan melewati setapak ini hingga akhirnya keluar dari area hutan , kini terlihatlah air terjun Coban Rondho yang legendaris itu.... air terjun itu mengalir dari tebing yang sangat tinggi dan dipenuhi tanaman liar , sementara di bawahnya terdapat sungai berbatu batu yang merupakan aliran dari air terjun itu.
Steve : " keren ya mbak air terjunnya "
Niken : " ya keren lah stiv , makanya lu gw ajakin ke sini "
Pendik : " ayo rekk foto foto maneh ! "
Niken : " tapi gantian nih yang motret ndik "
Kini kami berfoto lagi berlatarkan air terjun yang mengalir di kejauhan itu , sebelum akhirnya kami berjalan lagi sambil sesekali membaca papan papan yang terpasang di tepian jalan setapak , ada tulisan mengenai sejarah Coban Rondho dan juga mitos yang menyertainya.
Steve : " sejarahnya gini ya mas ?!.. dewi anjarwati ditinggal mati sama raden baron kusuma "
Pendik : " iya stiv , raden baron mati trus dewi anjarwati jadi janda "
Memet : " janda itu rondho stiv kalo bahasa jawa "
Niken : " yang bikin gw bingung dewi anjarwati kan matinya di deket air terjun , trus sekarang jadi penunggunya gitu ya ndik ? "
Pendik : " aku gak ngerti nik , yo mungkin ae gitu "
Sejarah dan mitos air terjun ini memang sangat berbau klenik , ada pantangan yang melarang pengunjung datang ke air terjun ini bersama kekasih atau pasangan sahnya , kabarnya sudah banyak orang yang putus atau cerai setelah berkunjung dari sini... konon hal ini adalah akibat dari kutukan Dewi Anjarwati yang dulu ditinggal mati suaminya Raden Baron sehingga statusnya berubah jadi janda atau rondho.
Niken : " gw sih gak percaya sama mitos ginian "
Zul : " he.. he.. cuma mitos nik , kan belum tentu bener "
Pendik : " kita kan rame rame ke sini , kalo sama ojob yo mungkin ae kejadian mitose "
Me : " ra ngurus mitos mitosan ndik "
Memet : " aku yo ra ngganceng vig , apus apusan paling mitose "
Tanpa berlama lama kami kembali berjalan menuju ke air terjun , jalan setapak yang kami lalui akhirnya berujung pada anak tangga yang terletak di dekat air terjun " gruujukkk !!.. gruujuk !!... gruujuukk !!... " deru suaranya terdengar bergemuruh diiringi deras air yang berjatuhan dari atas tebing.
Steve : " keren banget dilihat dari deket mas "
Pendik : " he.. he.. ancen kipa ilakes yo stiv "
Steve yang baru kali pertama berkunjung kemari tampak begitu takjub memandangi air terjun yang ada di hadapannya , selain pemandangannya yang indah kawasan air terjun ini juga cukup dingin hawa udaranya karena terletak di lereng gunung yang berketinggian lebih dari 1000 mdpl.
Niken : " duingin banget vig , mau nyemplung juga males banyak orangnya "
Me : " ya udah kita duduk aja nik "
Kini kami duduk santai di bebatuan besar yang terserak di dekat air terjun , kulihat ada begitu banyak orang yang tengah asik bermain air di kubangan bawah air terjun , beberapa anak kecil juga tampak asik berenang kesana kemari karena kubangan itu cukup dangkal sebatas paha orang dewasa.
Hampir setengah jam kami duduk duduk di bebatuan hingga akhirnya kami memutuskan untuk turun ke kubangan , kami ingin berfoto di sana mumpung suasananya sudah sepi , hanya ada beberapa orang yang masih asik bermain air di dekat air terjun.
Memet : " clonone dicincing disek ben gak kembloh "
Pendik : " ora udo sisan ae kon ? "
Memet : " yo isin tho ndik nek udo , disawang wong akeh "
Pendik : " ha.. ha.. tak kiro gak duwe isin kon "
Kulipat bagian bawah celanaku hingga mencapai betis dan kemudian kuceburkan kakiku di kubangan dekat air terjun , walaupun airnya terasa dingin namun aku tetap berjalan jalan mengelilingi kubangan dangkal ini.
Zul : " dingin banget airnya vig "
Me : " ayo jalan ke bawahnya air terjun zul "
Di bawah air terjun kami menyempatkan diri berfoto beberapa kali , setelah puas berfoto kami berjalan kembali ke bebatuan di tepi kubangan namun entah kenapa Steve tetap berdiri mematung di bawah air terjun , ia berdiri membelakangi kami sementara kedua telapak tangannya terulur ke arah depan.
Niken : " loh stiv lagi ngapain sih ? "
Pendik : " kayaknya lagi ndeteksi energi makhluk gaib nik "
Niken : " ahh masak sih ada mahkluk gaibnya di sini ndik ? "
Zul : " kan di sini rame banyak orang ya nik "
Memet : " lha yo aku gak percoyo nek onok demite ndek kene "
Pendik : " wes delengen ae met , stiv nek ndeteksi koyok ngono iku tondone mesti onok demite "
Sambil duduk di bebatuan kami terus menatap Steve dengan penuh keheranan , sepertinya anak itu mendeteksi keberadaan makhluk gaib yang menghuni air terjun ini , sedari tadi ia terus berjalan mondar mandir di bawah air terjun sambil mengarahkan kedua telapak tangannya ke depan... entah makhluk jenis apa yang saat ini tengah dideteksi olehnya , jangan jangan ia mendeteksi arwahnya dewi Anjarwati yang konon mati di bawah air terjun.
Menit demi menit terus berlalu sementara kami masih terheran heran mengamati Steve , kali ini ia malah berjalan menuju celah yang tersembunyi di balik air terjun , kami tak bisa lagi melihatnya dengan jelas karena celah itu tertutupi oleh derasnya air terjun yang berjatuhan.
Niken : " stiv ampe blusukan kayak gitu "
Pendik : " paling ada di situ makhluknya nik "
Me : " opo arwahe dewi anjarwati yo ndik ? "
Pendik : " yo mungkin ae vig "
Memet : " medeni ndik nek onok arwahe ndek kono "
Zul : " ah masak tempat rame gini ada arwahnya ? "
Me : " bisa aja zul ada arwahnya dewi anjarwati , kan dulu matinya di situ "
Steve masih berada di celah yang tersembunyi di balik air terjun , walaupun tak terlihat apa apa namun kami masih mengarahkan pandangan ke sana , hingga tiba tiba mata kami melihat pancaran cahaya kehijauan dibalik derasnya air terjun , cahaya itu terus terpancar dan terlihat cukup terang hingga menembus derasnya air terjun yang berjatuhan... entah apa yang sedang dilakukan Steve di sana , benak kami benar benar dipenuhi seribu tanya.
Niken : " ya allah ?!.. itu apaan sih kok sampe nyala ijo ijo kayak gitu ? "
Zul : " wah , apa demitnya nongol ya nik ? "
Memet : " haduh aku jadi takut zul kalo demitnya nongol "
Pendik : " menengo met , enteni ae ngasi areke metu "
Perlahan cahaya kehijauan itu mulai meredup sebelum akhirnya padam begitu saja , tak lama kemudian Steve keluar dari celah yang tersembunyi di balik air terjun , dengan tergesa ia berjalan hingga mentas dari kubangan , sementara rambut , baju dan celananya tampak basah kuyup.
Niken : " ampe basah kayak gitu bajunya "
Me : " kita tanyain aja abis ini nik "
Niken : " bikin penasaran aja tu anak vig "
Kami benar benar penasaran dengan apa yang dilakukan Steve tadi , ketika tiba di hadapan kami ia langsung kami berondong dengan pertanyaan bertubi tubi.
Niken : " ngapain tadi ke situ stiv ?!.. sinar yang ijo ijo tadi apaan ? "
Pendik : " onok arwahe dewi anjarwati yo stiv ? "
Zul : " beneran ketemu arwahnya stiv ? "
Me : " trus wujudnya dewi anjarwati gimana stiv ? "
Steve hanya tersenyum saat kami berondong dengan bermacam pertanyaan , sesaat ia merogoh saku kemejanya dan mengeluarkan sebuah batu mustika berwarna hijau.
Niken : " loh ?!.. kok bisa dapet mustika stiv ?!.. sinar yang ijo ijo tadi mustika ini ya ? "
Steve : " iya mbak , aku gak sengaja ndeteksi energinya tadi , langsung tarik aja pake tenaga dalam "
Pendik : " sangar rek !!.. jenisnya batu apa ini stiv ? "
Steve : " kalsedon ini mas "
Me : " trus yang punya mustika ini siapa stiv ?!.. dewi anjarwati ? "
Steve : " ngga tau mas , kayaknya gak ada yang punya "
Zul : " berarti arwahnya dewi anjarwati gak ada ya stiv ? "
Steve : " ngga ada mas , aku cuma ndeteksi energinya mustika ini aja "
Ternyata cahaya kehijauan yang kami lihat tadi berasal dari mustika yang ditemukan Steve , kini ia mempersilahkan kami untuk memegangi mustika berwarna hijau ini.
Memet : " yang dikasih bang renggo warnanya jingga stiv , katanya buat ngelancarin jodoh , kalo yang ijo ini gunanya apa ? "
Steve : " ijo ini buat jaga kesehatan aja "
Niken : " biar gak gampang sakit gitu ya stiv ? "
Steve : " iya mbak , kan hubungannya sama chakra anahata "
Pendik : " gak nyongko stiv , di sini ada mustika kayak gini "
Steve : " di air terjun biasanya emang ada mustikanya mas , ya untung untungan juga sih dapetnya "
Zul : " air terjun di malang kan banyak ndik , berarti ada mustikanya semua itu "
Pendik : " iyo stiv , masih ada coban talun , coban rais , coban kethak "
Steve : " ya mungkin ada mustikanya juga di air terjun yang lain mas "
Me : " kapan kapan aja kita nyoba maen ke air terjun yang lain , siapa tau bisa dapet juga stiv "
Steve : " aku juga pengen tau mas , mungkin ada mustika yang warnanya macem macem "
Ada begitu banyak air terjun yang tersebar di daerah Pujon hingga Kasembon , mungkin saja di tiap air terjun itu ada batuan mustika yang tersembunyi secara gaib... di lain hari kami berencana untuk mengunjunginya satu persatu , siapa tau Steve bisa mendapatkan mustika yang berbeda beda warna dan kegunaannya.
MALANG MYSTERIO EXO - Keangkeran Makam Meneer Dinger
ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar awal tahun 2009 ketika aku masih kuliah semester 4
Hari ini perkuliahan berlangsung lebih singkat daripada biasanya , hanya ada mata kuliah komunikasi massa yang berlangsung mulai jam 7 hingga setengah 10 pagi... kini seusai kuliah aku dan teman temanku memutuskan untuk uklam uklam ke kota Batu , tempat yang akan kami tuju adalah kawasan wisata Selecta yang terletak di daerah Bumiaji , di sana kami bisa menikmati indahnya hamparan taman bunga dan juga sejuknya hawa udara pegunungan.
Pendik : " sopo maneh seng kolem rek ? "
Danang : " gw ikut sekalian ndik , daripada di kosan cuma tiduran doang "
Niken : " ha.. ha.. kayak kebo aja lu tidur melulu nang "
Eva : " aku juga ikutan deh ndik "
Pendik : " oyi wes , saiki njukuk helm dhewe dhewe yo rek "
Dengan berombongan mengendarai sepeda motor kami berangkat menuju kota Batu , hawa dingin langsung terasa saat kami tiba di daerah Bumiaji yang dipenuhi perkebunan sayur mayur , tak butuh waktu lama kamipun tiba di kawasan wisata Selecta yang tampak sepi hari ini , beda dengan hari libur dimana pengunjungnya bisa mencapai ratusan orang.
Niken : " yuk patungan duit buat beli tiket guys ! "
Pendik : " ayo cepet rek duweke endi ?! "
Me : " duwekku kurang limang ewu ndik , tambelono "
Memet : " iki ae vig , duwekku sek turah "
Setelah patungan duit kamipun mulai membeli tiket dan kemudian memasuki kawasan wisata ini , begitu masuk kami langsung disambut oleh patung Ken Dedes yang duduk bersila di bawah pepohonan rimbun , seperti biasa kami menyempatkan diri berfoto ria di sini.
Danang : " ayo nik potoin ! "
Niken : " ntar abis ini ganti lu yang motoin ! "
Danang : " oke "
Selepas berfoto di depan patung Ken Dedes kami mulai meneruskan langkah kaki menuju jembatan yang bertuliskan 'Selecta' sementara di bawahnya terdapat kolam yang dipenuhi ikan tombro besar besar.
Memet : " iwak kok guedi gedi yo ndik "
Pendik : " digoreng enak met , nggo lawuh "
Eva : " ih lucu banget ikannya pada mangap mangap gitu "
Zul : " pada minta makan itu va ikannya "
Niken : " yuk guys kita poto poto lagi , lu yang motoin duluan vig ! "
Me : " oyi nik "
Kini kami mulai berfoto ria di atas jembatan ini , secara bergantian kami mulai memotret dari tepian kolam agar seluruh sisi jembatan dapat terlihat secara utuh " slap !.. slap !.. slap !... " terabadikan sudah pose kami yang berdiri berjejeran di atas jembatan bertuliskan 'Selecta' ini.
Niken : " siip guys potonya , ntar gw tag di fesbuk "
Pendik : " ayo wes mlaku maneh rekk ! "
Tanpa berlama lama kami mulai melanjutkan langkah kaki menuju area berikutnya yang berupa kolam renang , selain itu juga ada restoran dan hotel yang bangunannya terlihat klasik karena merupakan peninggalan kolonial Belanda.
Zul : " gak ada yang mau renang nih ? "
Danang : " ngapain renang zul ?!.. duingin gini ma tahan gw "
Niken : " langsung ke taman bunga aja yuk ! "
Tak satupun dari kami yang berniat menceburkan diri di kolam renang , selain tak membawa baju ganti hawa udaranya juga sangat dingin sehingga rasanya malas kalau menyentuh air , langsung saja kami meneruskan langkah kaki menuju area selanjutnya yang letaknya lebih tinggi lagi , setelah berjalan melalui jalur yang menanjak akhirnya kami tiba di hamparan taman bunga yang sangat luas dan indah , beraneka bunga dengan warna berbeda beda tampak terhampar di sekeliling kami , ada bunga mawar , lili , tulip , chrysan dan lain sebagainya.
Niken : " paling seneng gw kalo udah di sini va "
Eva : " emang indah banget sih taman bunganya , siapa yang ngga betah coba ? "
Berjalan jalan mengitari hamparan taman bunga ini rasanya begitu menentramkan hati , bunga bunga beraneka warna itu merekah dengan indahnya seolah tengah menyambut siapapun yang datang ke sini , apalagi hawa udara khas pegunungan terasa begitu menyegarkan dan membuat kami betah berlama lama di sini.
Niken : " yuk guys kita poto lagi ! "
Memet : " ayo ayo nik , mesti apik ki dadine "
Pendik : " pokoke kipa ilakes yo met "
Secara bergantian kami berfoto di tengah hamparan taman bunga ini sebelum akhirnya kami beristirahat di salah satu gazebo , dengan santai kami rebahan sambil melihat lihat semua photo yang telah kami ambil tadi.
Zul : " wah makin banyak nih poto kita nik "
Niken : " kurang cangar sama telaga ngantang yang belum ada zul "
Danang : " yang di jatim park gw gak ada nih "
Niken : " lu diajakin ke jatim park ogah ogahan sih nang "
Danang : " he.. he... nyesel gw gak ikutan nik "
Eva : " eh kapan kapan kita main ke agrowisata aja nik , katanya bisa metik apel sama stroberi loh "
Niken : " ntar aja va pas abis uas , rame rame main ke sono sama anak anak sekelas "
Cukup lama kami bersantai di gazebo ini hingga tanpa terasa waktu telah menunjukkan jam 1 siang , lekas saja kami beranjak meninggalkan taman bunga sambil merundingkan rencana selanjutnya , kami masih ingin main ke tempat lain dan baru akan pulang menjelang sore nanti.
Danang : " ke payung aja deh , gw pengen makan jagung bakar "
Zul : " kejauhan nang kalo ke payung , ke alun alun aja enaknya "
Niken : " males nih gw , pengennya main ke tempat yang sepi sepi gitu guys "
Me : " yang sepi ya ke kuburan nik.. ha.. ha.. "
Niken : " iya ke kuburan vig , sekalian lu gw kuburin idup idup.. ha.. ha.. "
Kami masih bingung mau main kemana lagi setelah ini , selepas meninggalkan Selecta kami mampir di sebuah warung dan memesan kopi , sambil ngopi kami kembali merundingkan tempat yang akan kami tuju selanjutnya.
Memet : " aku terserah ae wes , pokoke apik dinggo poto panggonane "
Eva : " aku juga pengennya poto poto tempat yang keren gitu "
Niken : " trus yang enak juga suasananya , kalo ke alun alun kan mesti rame banyak orang "
Pendik : " yok opo nek dolen ke makam belanda ae rek ? "
Niken : " makam belanda ?!.. makamnya siapa ndik ? "
Pendik : " meneer dinger nik , jan van dinger "
Eva : " ihh kok malah main ke makam sih ndik ?!.. kan aku takut sama yang serem serem gitu "
Pendik : " makamnya ngga serem kok va , malah kipa ilakes buat poto poto "
Niken : " makam belanda yang bentuknya gede gitu ya ndik ? "
Pendik : " iyo nik , makamnya kan mausoleum gede koyok di eropa "
Niken : " kayaknya keren tuh ndik , pengen tau juga gw "
Memet : " trus angker po gak ndik makame iku "
Pendik : " ora met , mayite meneer dinger wes gak nok , wes dipindah nang negorone londo kono "
Me : " adoh po gak panggonane ? "
Pendik : " cedak vig , sek nang bumiaji kene "
Pendik mengusulkan sebuah makam peninggalan Belanda sebagai tempat tujuan berikutnya , katanya tempat itu keren buat berfoto dan lokasinya juga masih berada di daerah Bumiaji... kelar ngopi kamipun bergegas menuju ke sana , aku merasa penasaran ingin tau seperti apa bentuk makam meneer Belanda yang bernama Jan Van Dinger itu.
Dengan lambat motor kami melaju melintasi jalanan yang agak menanjak , setelah melewati pemukiman dan juga areal perkebunan akhirnya kami tiba di lokasi makam yang kami tuju.... makam meneer Dinger tampak megah menjulang di tengah tengah perkebunan sayur mayur , apalagi makam itu dibangun di atas tanah yang konturnya lebih tinggi daripada area perkebunan di sekelilingnya.
Pendik : " yok opo rek ?!.. kipa ilakes tho makame meneer dinger ? "
Niken : " ni makam gede banget ya ndik , sampe dikasih jembatan di depannya "
Danang : " enak nih tempatnya buat nongkrong , di tengah kebun kayak gini "
Eva : " iya tuh nang , udaranya juga seger banget lagi "
Pendik : " ayo wes kita jalan rek ! "
Untuk menuju ke makam itu kami harus melewati anak tangga dan juga jembatan sepanjang 8 meteran , setelah berjalan melewati anak tangga akhirnya kami tiba di jembatan yang berada di depan makam , saat aku melongok ke bawah ternyata tak ada parit atau saluran irigasi sehingga aku bingung sendiri kenapa di depan makam ini harus dibangun jembatan.
Me : " gak nok kalene ndik ?!.. lapo kok digawe jembatan barang ? "
Pendik : " jarene mbahku kebun iki mbiyen asline kolam uombo vig "
Me : " kolam ?!.. "
Pendik : " iku delengen ndek pinggire kebun onok bekas pagere kolam , masio wes ajur tapi kan nggenah nek iku bekas pagere kolam "
Kata Pendik area perkebunan yang mengelilingi makam ini dulunya adalah sebuah kolam , sejenak aku membayangkan betapa indahnya suasana makam ini di masa lalu , sebuah makam berbentuk mausoleum berdiri megah di tengah tengah kolam yang begitu luas.... pastilah meneer Dinger itu termasuk orang penting yang sangat kaya raya sehingga keluarganya bisa membuat makam seperti ini untuk menyemayamkan jenasahnya.
Niken : " ini pintunya digembok ndik "
Pendik : " digembok sama orang dinas pariwisata nik "
Eva : " hii.. dalemnya pasti serem tuh ndik "
Pendik : " mayatnya udah gak ada va , udah dipindah ke belanda "
Danang : " trus dalemnya ini apaan isinya ndik ? "
Pendik : " aku yo gak ngerti isine opo nang "
Mausoleum ini sebenarnya cuma seukuran toilet namun bagian atapnya sangat tinggi sehingga terlihat megah dipandang dari kejauhan , sementara pada bagian depan terdapat pintu kayu yang telah lapuk dan berlumut , namun pintu ini terkunci gembok sehingga tak ada seorangpun yang bisa memasuki ruangan di dalamnya.
Niken : " jadi kalo ngubur di dalem ruangannya ini ndik ? "
Pendik : " iyo nik petinya ditaruh di dalem ruangan "
Memet : " berarti gak diuruk yo ndik mayite ? "
Pendik : " nek makam mauseoum ancene gak diuruk mayite met , yo mek didekek thok petine "
Entah seperti apa ruangan di dalam mauseoum ini , aku hanya bisa membayangkan interiornya mungkin seperti gereja kuno khas Eropa , apalagi pada bagian atap terdapat jendela jendela kecil yang bentuknya hampir mirip dengan yang ada di gereja.
Niken : " tapi kok kotor gak keurus gini ya ndik ?!.. katanya udah dipegang sama dinas pariwisata "
Pendik : " babah nik , paling yang diurusin cuma tempat wisata yang gede gede thok "
Niken : " sayang banget nih , padahal ini kan termasuk situs sejarah "
Zul : " mestinya dipagerin ya nik , itu temboknya juga kotor banget sampe dicoret coret orang "
Memang memprihatinkan melihat kondisi mausoleum yang tampak terlantar ini , seluruh sisi dindingnya tampak kusam kehitaman penuh lumut dan ironisnya ada segelintir orang jahil yang iseng mencoret coret dengan Pilox... hal ini tak akan terjadi jika dinas terkait bersedia mengurus mauseoum ini dan menjadikannya sebagai situs sejarah.
Pendik : " ayo liat belakang , bentuke keren rek "
Memet : " onok opone ndik ? "
Pendik : " reneo delengen dhewe met ! "
Kini Pendik mengajak kami melihat lihat bagian belakang mausoleum ini , ternyata terdapat sebuah ruang tambahan berukuran kecil yang hampir mirip seperti ruangan untuk imam masjid , sementara bagian atapnya berbentuk membulat dan lebih rendah dari atap di ruangan utama... dugaanku ruangan ini digunakan untuk menaruh peti jenazah dengan cara diberdirikan.
Me : " mungkin petine didekek ndek kene ndik , posisine ngadek "
Pendik : " yo mungkin ae ngono vig "
Niken : " yukz guys balik ke depan lagi ! "
Sekejap kemudian kami kembali ke jembatan yang ada di depan mausoleum lalu secara bergantian kami berfoto mengabadikan pose pose narsis berlatarkan kemegahan mausoleum ini.
Niken : " siip guys makin lengkap nih photo kita "
Eva : " keren tuh buat dipamerin di fesbuk nik "
Zul : " eh kita nongkrong dulu aja deh , suasananya asik nih "
Danang : " iya zul , gw juga betah udaranya seger gini "
Setelah berfoto kami pada duduk di pagar jembatan sambil melihat lihat suasana perkebunan di sekeliling mausoleum ini , rata rata sayuran yang ditanam di sini adalah wortel dan sawi.
Memet : " enak yo ndik howone seger ndek kene "
Pendik : " pemandangane ijo royo royo yo met "
Zul : " kalo kita punya rumah di sini enak ya ndik "
Kulihat ada beberapa petani yang tampak sibuk bercocok tanam di dekat jembatan , iseng iseng aku turun ke perkebunan dan menghampiri salah satu petani itu... aku ingin menanyakan hal hal yang terkait dengan mausoleum meneer Dinger.
Me : " nyuwun sewu pak "
Pak Tani : " wo nggeh mas , wonten kerso nopo ? "
Me : " bade tanglet mawon pak , pengen ngertos sejarahe makam meneer dinger niku "
Pak Tani : " nek niku pun dangu mas makame , kaet taun sewu sangangatus pitulas "
Me : " meneer dinger niku sinten pak ? "
Pak Tani : " yo meneer londo mas , wonge sugih nduwe kebun uombo dhewe sak bumiaji mas "
Aku terus menyimak apa yang diceritakan bapak petani ini , namun aku jadi agak terkejut saat beliau bilang bahwa meneer Dinger meninggal dengan cara yang tragis , katanya kepala meneer itu dipenggal oleh seorang pemberontak pribumi dan konon potongan kepalanya sering terlihat menggelinding di sekitar mausoleum.
Pak Tani : " temenan ceritoku iki mas , wong wong kene wes bolak balik ngerti tugelan sirahe iku nek pas wayah surup utowo bengi "
Me : " kok medeni tha pak ?!.. jarene konco kulo mayite meneer dinger sampun dipindah teng londo "
Pak Tani : " nek mayite ancen wes gak nok ndek kene mas , tapi tugelan sirahe mbiyen iku ilang mas "
Me : " ilang pripun pak ?! "
Pak Tani : " seng dikubur ndek kene iki mek awake meneer dinger thok mas , lha bagian sirahe ilang digowo wong seng mateni "
Me : " trus arwahe gentayangan pak ?! "
Pak Tani : " mestine gentayangan mas , mungkin sirahe iku moro mrene mergakno nggoleki awake seng dikubur "
Mendengar apa yang dikatakan bapak petani ini membuatku agak merinding juga , jika malam hari area perkebunan ini pasti akan terlihat sepi , gelap dan berkabut , lebih menyeramkannya lagi potongan kepala meneer Dinger bisa sewaktu waktu muncul dengan cara menggelinding... terus terang aku cukup merinding membayangkannya , aku juga sama sekali tak berminat beruji nyali di sini meskipun sebelumnya aku pernah menjumpai potongan kepala yang berlumuran darah di kampusku... jika ada seseorang yang berani beruji nyali di sini kurasa ia patut mendapatkan gelar pemberani sejati.
MALANG MYSTERIO EXO - Latihan Astral Projection
ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar awal tahun 2009 ketika aku masih kuliah semester 4
Jika tidak ada jadwal manggung biasanya aku menghabiskan malam dengan berlatih astral projection , atau lebih tepatnya berlatih meditasi dan menyempurnakan teknik pernafasan , sejauh ini aku masih kesulitan mengendalikan pikiranku , sangat sulit untuk fokus dan mencapai tahapan trance.... masalah ini bukan aku saja yang mengalami , Zul dan Pendik juga senasib denganku , hanya Steve saja yang selalu berhasil trance dan kemudian melepas sukma dengan gampang.
Me : " kita ntar gimana stiv ?.. pernafasan diitung berapa kali ? "
Steve : " 25 kali kuat ngga mas ? "
Zul : " kayaknya gak kuat stiv , diitung 15 kali aja kayak biasanya "
Steve : " terlalu dikit mas , prananya kurang "
Pendik : " wes diitung 20 kali aja , biar pas ngga ngoyo "
Steve : " ya udah 20 kali aja mas "
Teknik pernafasan yang diajarkan Steve adalah pernafasan segi empat , kami harus menarik nafas dalam dalam hingga perut kami membuncit dan kemudian menahannya selama 15 kali detak jantung , setelah itu kami harus menghembuskannya hingga perut kami mengempis dan kemudian menahan 15 kali detak jantung lagi sebelum mengambil nafas berikutnya... metode ini hanya berhasil menurunkan gelombang otakku ke alpha namun masih sulit untuk mencapai theta , karena itulah sesuai kesepakatan kami akan menambah hitungan detak jantung sebanyak 20 kali biar lebih banyak energi prana yang terkumpul dan cepat mencapai trance.
Steve : " matiin lampunya mas ! "
Zul : " pintunya kunci juga vig ! "
Me : " oyi "
Lekas kumatikan lampu kamarku lalu kukunci pintu biar teman teman kosku ngga mengganggu , kini kami semua duduk bersila di atas karpet dengan posisi lotus , telunjuk kami menyatu dengan jempol sementara punggung harus tetap tegak berdiri untuk menjaga kelancaran aliran prana di nadi sumsumna yang terletak di aura.
Steve : " siap semuanya ya mas ? "
Me : " oyi "
Pendik : " oyi "
Zul : " oyi "
Suasana mulai terasa hening ketika kami bermeditasi " ahh !!...ahh !!... " hanya hela nafas kami saja yang terdengar di kamar ini , hingga perlahan tak lagi terdengar suara apapun... masing masing dari kami telah larut dalam meditasi dan entah ada kemajuan apa kali ini.
Pikiranku masih sulit untuk fokus , selalu ada saja bayangan yang silih berganti mengganggu konsentrasiku... pada tahap ini aku mencoba meningkatkan hitungan nafasku menjadi 25 kali detakan jantung , perlahan bayangan bayangan yang ada di pikiranku mulai lenyap serta mulai kurasakan sengatan ringan yang menjalar dari dadaku , energi listrik tubuh ini perlahan semakin menjalar hingga memenuhi seluruh dada , perut dan leherku , semakin banyak sengatan yang kurasakan semakin aku merasa rileks , setelah itu ada sensasi seperti melar atau menggelembung pada anggota tubuhku yang telah sepenuhnya terselimuti energi listrik... jika seluruh anggota tubuhku telah mengalami sensasi seperti ini artinya aku telah mencapai tahapan trance dan proses melepas sukma baru bisa dilakukan , namun sayangnya hal ini bukanlah perkara mudah dan lagi lagi aku mengalami kegagalan.
Lantunan ayat ayat Quran telah berkumandang dari masjid dekat kosanku , secara serempak kami semua mengakhiri meditasi yang telah berlangsung selama 3 jam lebih , kini sambil leyeh leyeh kami saling bercerita mengenai apa yang kami alami selama sesi meditasi tadi , ternyata tak ada satupun dari kami bertiga yang berhasil mencapai tahapan trance.
Zul : " susah amat stiv , ngga ada kemajuan nih "
Steve : " ya semua kan ada prosesnya mas "
Pendik : " iyo zul , ojok nyerah !.. kita ini kan masih pemula "
Me : " paling ngga kita udah usaha , siapa tau aja ntar bisa "
Meskipun tak ada kemajuan signifikan namun aku cukup yakin apa yang kami upayakan ini akan membuahkan hasil suatu saat nanti , lagipula semuanya butuh proses yang entah akan memakan waktu berapa lama.... yang jelas aku tak akan menyerah begitu saja , aku akan terus berusaha hingga sukmaku dapat menjamah angkasa.
MALANG MYSTERIO EXO - Astral Eye
ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar akhir tahun 2009 ketika aku masih kuliah semester 5
Mata astral memang unik , di tengah kegelapan malam aku masih bisa melihat segala objek yang ada di sekelilingku dengan jelas walaupun warnanya terlihat lebih pucat... masih dapat kulihat bentuk bentuk bangunan dan juga beberapa tower sutet yang berdiri berjejeran di area persawahan daerah Karangploso ini , semua terlihat jelas bentuknya walaupun dalam radius hampir 1 km.
Me : " gw masih bingung stiv , keadaannya gelap tapi kok masih bisa liat ? "
Steve : " mata astral emang bisa nangkep partikel foton banyak mas , kalo mata fisik kan terbatas nangkep fotonnya "
Aku merasa senang dengan keistimewaan mata astral ini dan tentunya sangat menunjang aktivitas astral projection yang selama ini selalu kulakukan saat malam hari , mungkin dengan mata astral ini aku bisa mengintip bidadari yang lagi mandi di air terjun.
MALANG MYSTERIO EXO - Dilihatin Anjing Pas Lagi Ngastral
ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar akhir tahun 2010 ketika aku masih kuliah semester 7
" Guuk !!... gukk !!... gukk !!...." seekor anjing terus menggonggong saat kami sedang melayang di atas sebuah rumah mewah yang berada di kawasan jl Ijen , sambil menggonggong anjing itu juga mondar mandir di halaman dan kepalanya terus mendongak ke atas , tak salah lagi yang dilihat oleh anjing itu adalah sukma kami.
Pendik : " bener yo stiv , anjing bisa lihat sukma kita "
Steve : " iya mas , apa aja yang ngga kasat mata bisa dilihat sama anjing "
Me : " kalo kita turun gimana stiv ? "
Steve : " biasanya jadi agresif mas anjingnya "
Me : " kan ngga bisa nggigit sukma kita tuh anjing "
Pendik : " aku yo penasaran stiv , pengen njaraki bentar ae "
Steve : " ya udah coba aja mas "
Pendik : " kita turun bareng rek ! "
Me : " ayo ndik ! "
Aku dan Pendik penasaran ingin melihat reaksi anjing itu dari dekat , perlahan kami mulai turun dan kemudian nangkring di atas pagar yang cukup tinggi , seketika anjing itu mendekat dan menggonggong makin keras " guuk !!... gukk !!... gukk !!... " meskipun agak kaget namun kami tetap nangkring di atas pagar.
Pendik : " ora iso nyokot asune vig "
Me : " he.. he.. "
" Gukk !!... gukk !!.. gukk !!... " sedari tadi anjing itu tak berhenti menggonggong , sementara kedua kaki depannya terus mencakar cakar pagar seolah ingin memanjat dan menerkam kami.... beberapa menit kemudian sang empunya rumah keluar gara gara mendengar gonggonggan anjingnya yang ngga kunjung berhenti.
Steve : " udah dikandangin anjingnya mas "
Pendik : " yo wes ayo miber maneh vig ! "
Me : " ayo ! "
Perlahan kami mulai melayang lagi dan kemudian melesat terbang meninggalkan kawasan jl Ijen , karena bingung mau ngastral kemana akhirnya kami malah bablas ke tempat wisata Sengkaling.... di sana ada kebun binatang mini dan kami penasaran ingin mengetes hewan apa saja yang bisa melihat sukma kami yang tak kasat mata ini.
Saat tiba di Sengkaling suasananya sangat gelap dan sunyi , tempat pertama yang kami tuju adalah kandang singa dan macan yang terletak di depan , tak terlalu jauh dari parkiran.
Pendik : " iki singo , sebelahe macan vig "
Me : " ayo njajal mlebu kandange ndik ! "
Pendik : " wani gak kon ? "
Me : " lapo gak wani ? "
Dengan perasaan gamang kami memasuki kandang singa namun tak terjadi apa apa , sepasang singa di kandang ini tampak sedang meringkuk tidur dan kami juga tak ingin membangunkannya , lekas saja kami berpindah memasuki kandang macan yang berada di sebelahnya... kulihat ada seekor macan yang tengah mondar mandir ngga jelas namun kepalanya tak menoleh ke arah kami , sepertinya hewan itu tak bisa melihat sukma kami.
Me : " ngga bisa lihat kayaknya stiv "
Steve : " macan kayaknya kurang peka matanya "
Pendik : " yo wes ayo ke kandang boyo ae ! "
Dari kandang macan kami berpindah ke kandang buaya yang terletak di belakang , namun setelah mengitari kandang ini kami tak dapat menemukan buayanya... mungkin reptil buas itu lagi tidur di dalam air.
Me : " paling wes turu boyone ndik "
Pendik : " kewan kok podo turu kabeh "
Me : " lha kate lapo nek gak turu ?.. mosok kate dolen nang dolly ? "
Pendik : " he.. he.. nek iku buaya darat jenenge "
Tak banyak hewan yang ada di Sengkaling dan tak satupun yang dapat melihat sukma kami , akhirnya kami menyimpulkan bahwa hewan yang penglihatannya peka hanyalah spesies anjing saja.
MALANG MYSTERIO EXO - Obrolan Soal Astral Projection 4
ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar awal tahun 2012 ketika aku masih kuliah semester 10
Saat tengah malam aku diajak Bang Renggo mampir ke warnet dekat kampus Unmer , ia membuka forum jual beli Kaskus dan melayani sejumlah orderan dari luar kota , sesekali ia tertawa girang saat mendapati orderan dalam jumlah banyak , bisa kupastikan angka di rekeningnya akan segera bertambah sekian digit.
Me : " lagi laris nih bos "
Renggo : " hua.. ha.. emang kalo udah rejeki gak bakalan kemana mana vig "
Me : " trus gak ada acara seneng seneng nih ? "
Renggo : " kalo mau seneng seneng sih gampang vig , besok malem deh kita mabok rame rame , gimana ? "
Me : " oyi ae aku bos "
Biasanya jika lagi untung besar Bang Renggo akan mengajakku bersenang senang , kadang ia mengajakku ke tempat karaoke atau dugeman , kadang juga sekedar acara makan makan di restoran atau minum minum di kontrakan.
Renggo : " oke dah beres nih , besok pagi mau ditransfer duitnya , trus pas sore lu temenin gw maketin barang ya vig ? "
Me : " oyi oyi bos "
Hampir 2 jam Bang Renggo membuka forum jual beli Kaskus dan kini ia beralih membuka forum lain yang ada di situs ini , ada suatu forum yang khusus membahas hal supranatural dan ada sejumlah trit yang menurutku menarik.
Me : " itu kok ada trit meraga sukma bos ? "
Renggo : " itu sih isinya orang yang pada belajar ngastral vig "
Me : " coba deh buka bang ! "
Kusuruh Bang Renggo membuka trit meraga sukma yang ternyata isinya adalah pembahasan tata cara melakukan astral projection , sekilas tak jauh beda dengan apa yang biasa kulakukan selama ini , hanya sedikit beda ketika mencapai tahapan melepas sukma dari tubuh fisik , di sini dibabarkan beberapa teknik yang menurutku malah semakin rumit.
Me : " itu teniknya ngelepas sukma kok mesti guling guling bang ?!.. meditasinya sambil tiduran dong kalo gitu ? "
Renggo : " itu ngga efektif menurut gw , kalo meditasinya sambil tiduran ujung ujungnya malah ketiduran beneran vig "
Me : " trus itu ada teknik visualisasi tali tuh gimana bang ?!.. bingung gw "
Renggo : " itu juga sambil tiduran vig , ntar kalo pas trance ngebayangin ada tali di atas trus langsung ditarik gitu "
Me : " ditarik gimana maksudnya ? "
Renggo : " ya bayangan talinya ditarik pake tangan astral "
Me : " malah makin bingung gw bang "
Renggo : " gw juga males yang ribet ribet gini vig , ya mending kayak kita aja simpel "
Entah darimana sumbernya penulis trit ini mendapatkan teknik teknik pelepasan sukma yang cukup rumit , saat kubaca beragam komentar dari para pembaca ternyata tak ada satupun yang berhasil melakukannya , bahkan untuk mencapai tahapan trance saja mereka masih kesusahan.
Me : " banyak yang gak bisa ternyata bang "
Renggo : " lu dulu latihannya berapa lama vig ? "
Me : " mulai akhir 2008 bang , trus baru bisa pas akhir 2009 "
Renggo : " ya setahun itu menurut gw paling ideal , kalo gw liat orang orang yang komen ini baru latian sebulan dua bulan udah nyerah "
Me : " gw sama anak anak dulu juga hampir nyerah bos , tapi ya tetep aja lanjut latihan terus "
Renggo : " emang gak gampang vig , pilot aja kudu sekolah penerbangan biar bisa nerbangin pesawat.. ya harus paham ilmunya juga dong , trus disiplin itu yang penting "
Me : " ya kan gw juga banyak belajar dari steve , minjem buku bukunya juga bos "
Renggo : " lu tau kan perintah pertama tuhan buat manusia itu iqro.. ya pokoknya iqro apa aja vig , termasuk hakekat yang gak bisa kita jangkau pake panca indra... kalo orang jawa kan ada istilahnya sangkan paraning dumadi , elu orang jawa ngga bisa disebut jawa kalo belum njowo soal itu vig "
Me : " ngerti gw bos "
Renggo : " contohnya kayak gw nih , kan dari dulu udah latihan macem macem , ya itu akhirnya jadi penunjang gw buat sampai ke taraf njowo itu tadi... jadi gw njowo soal hakekat bukan dari buku atau kata orang , tapi gw ngalamin sendiri soalnya gw punya kemampuan vig "
Me : " iya bos , emang banyak yang harus dilatih sama dipelajarin "
Renggo : " nah itu dia , makanya tu orang orang pada gagal ngastral soalnya ngga punya dedikasi sama disiplin , maunya cepet cepet bisa tapi usahanya cuma segitu doang "
Memang dengan kemampuan astral projection ada banyak misteri alam semesta yang bisa disingkap , namun proses menguasai kemampuan itu tidaklah instant sama sekali... berkali kali aku frustasi dan ingin berhenti berlatih karena tidak ada kemajuan apapun , tapi entah kenapa ada sesuatu dalam diriku yang seolah memaksaku untuk terus berlatih dan berlatih... mungkin karena aku selalu penasaran dengan apa saja yang tak kupahami.
Me : " kalo dipikir gw ini terus ngerasa penasaran sama apa aja bang , dulu kan gw penasaran sama demit sampe gw bela belain uji nyali , trus gara gara steve bisa ngastral akhirnya gw latihan terus sampe bisa kayak sekarang ini bang "
Renggo : " ya bagus tuh vig , buktinya sekarang lu udah bisa ngastral kemana mana.. udah tau kehidupannya golongan jin , tau yang lain lainnya juga "
Me : " ha.. ha.. kalo dulu gw nyerah pasti gak bakalan bisa ngapa ngapain gw sekarang ini bang "
Renggo : " ya itulah pentingnya proses vig , kalo kita terlalu mikirin hasil ujung ujungnya malah kecewa "
Kekecewaan adalah hal yang paling dihindari manusia tapi lucunya justru banyak orang yang akhirnya merasa kecewa dalam hal apapun , aku tahu persis bagaimana rasanya kekecewaan itu namun kehidupan telah mengajarkanku untuk memandang segalanya dengan cara yang berbeda... aku hanyalah seorang insan yang terus berproses dari suatu pencapaian ke pencapaian lainnya , mungkin proses itu terasa berat dan melelahkan namun tetap saja aku harus menjalaninya dengan penuh totalitas , jika tidak ada yang membawaku ke langit maka aku akan berlatih untuk bisa terbang , jika aku terjatuh maka aku akan berusaha bangkit lalu terbang lagi... karena aku tahu bahwa melihat matahari dari langit jelas berbeda daripada melihat matahari dari bumi.
MALANG MYSTERIO - Bencong Ngamen di Perempatan jl Veteran
ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar akhir tahun 2010 ketika aku masih kuliah semester 7
Ratusan boneka beraneka bentuk tampak terpajang dimana mana , ada yang berukuran kecil dan apa pula yang berukuran sangat besar , seperti boneka Shrek yang lagi dipegang oleh Rani itu , kepalanya saja seukuran buah semangka , apalagi perutnya buncit kayak karung tepung... entah berapa harga boneka Shrek super jumbo itu , kurasa aku harus bersiap merogoh kocek dalam dalam karena Rani sepertinya menyukai boneka itu.
Rani : " yang ini aja gimana mas ? "
Me : " kegedean nih "
Rani : " tapi aku sukanya yang ini mas , pikakeuheuleun pisan kan ? "
Me : " boneka shrek yang kecil ajalah "
Rani : " yang kecil ngga ada atuh mas , ini aja yah ?!.. "
Me : " emang brapa harganya ? "
Rani : " bentar aku liat dulu labelnya mas "
Aku merasa deg degan saat Rani menunjukkan label harga yang menempel di boneka Shrek itu , ternyata harganya 420 ribu rupiah sementara uang yang ada di dompetku cuma sekitar 200 ribuan saja... dengan muka kusut kubilang pada doi kalau duitku kurang.
Rani : " trus kumaha atuh mas ?!.. "
Me : " milih yang agak murah ajalah , kan masih banyak yang lain "
Rani : " huuff !!... ya udah deh mas , tapi janji yah kapan kapan beliin aku yang ini ?! "
Me : " iya gampang , ntar kalo ada duit pasti tak beliin "
Raut muka Rani langsung berubah cemberut gara gara ngga jadi beli boneka Shrek itu , kini doi beralih mengamati boneka boneka yang terpajang di rak lain... ada boneka tokoh tokoh Toy Story , Winnie the Pooh , Snow White dan sebangsanya.
Me : " yang itu aja keren , buzz lightyear "
Rani : " ngga suka , jelek "
Me : " yang piglet tuh lucu mukanya "
Rani : " ngga mau "
Selama beberapa menit kubiarkan Rani memilih sendiri boneka yang disukainya , dengan raut muka serius doi mengamati tiap tiap boneka yang terpajang di rak , hingga akhirnya pilihannya jatuh pada sebuah boneka Genie seukuran galon aqua.
Rani : " ini lucu kan mas ?!.. jinnya aladin lho ini "
Me : " oh iya lucu nih "
Rani : " nih mas , harganya cuma 160 ribu kok , teu kamahalan kan ? "
Me : " ya udah yang ini aja "
Untung saja uangku cukup untuk membeli boneka Genie warna biru itu , lekas saja kami ke kasir buat bayar dan kemudian bergegas keluar meninggalkan toko Istana Boneka ini.
Saat pulang kami melewati jl Veteran yang tampak ramai sore ini , tiba di perempatan ITN kuhentikan laju mobilku karena lampu lalu lintas sedang merah , namun ada hal yang menarik perhatianku di sini , kulihat di depanku ada gerombolan bencong yang lagi ngamen sambil joget joget ngga jelas " aku mau dimanja manja tapi kamu cuek cuek aja , aku bete sama kamu , aku bete bete bete !!!... " walaupun suara mereka sumbang tapi penampilannya terlihat modis semua , mereka mengenakan wig , tank top , rok mini , stocking dan juga sepatu highell... sekilas hampir mirip seperti perempuan asli.
Rani : " dih , kok ada bencong ngamen di sini sih mas ? "
Me : " tau tuh bencong darimana "
Entah sejak kapan gerombolan bencong itu ngamen di sini , biasanya setiap kali melewati jalan ini aku tak pernah melihat mereka... kini aku merasa agak ketar ketir karena salah satu bencong itu berjalan menuju mobilku , buru buru kutekan tombol power window karena aku takut jika bencong itu menggodaku.
Tadinya kupikir bencong itu akan berlalu begitu saja karena jendela mobilku tertutup , tapi ternyata ia tetap mengamen di sebelah mobilku " tuhan berikan aku hidup satu kali lagi hanya untuk bersamanya , kumencintainya sungguh kumencintainya... " dengan suara sumbang bencong itu terus bernyanyi sambil memukul mukul botol aqua dan aku mulai tidak tahan mendengarnya.
Me : " beb , ada recehan ngga ? "
Rani : " ada mas , lima ratusan nih "
Perlahan kubuka jendela mobilku lalu kusodorkan sekeping uang 500 an pada bencong sialan ini , tapi ia tidak mau menerimanya dan malah ketawa tawa ngga jelas.
Bencong : " mas !.. mas e seng ngganteng dhewe !... mosok tarifku mek limang atus repes thok ?!.. yo emoh tho eike "
Me : " wes tak ke'i duwek malah protes kon ! "
Bencong : " yo tambahono tho mas !.. rong ewu opo limang ewu sisan , ngko tak bonusi cipok.. muuaachh !!... "
Me : " jancuk kon !!.. "
Bencong bertampang menor ini benar benar menjengkelkan , ia tidak mau menerima uang recehan dan malah memintaku membayar lebih , lekas kucari cari selembar uang seribuan atau 2 ribuan di dompetku tapi aku tak menemukannya , yang ada hanya uang 10 ribuan saja.
Me : " beb , punya seribuan atau dua ribuan ngga ? "
Rani : " duh ngga ada nih mas , kasih lima ribu aja yah ? "
Me : " jangan , kebanyakan kalo dikasih segitu "
Aku merasa sayang kalau harus memberi uang 5 ribuan sama bencong sialan itu , karena merasa bingung akhirnya kututup saja kaca jendelaku dan kuharap lampu lalu lintas segera berubah jadi hijau.
" Takk !!... takk !!... takk !!... " kaca jendela mobilku tiba tiba dipukuli menggunakan botol aqua , sekejap kemudian bencong itu mendekatkan mukanya pada kaca jendela mobilku sambil marah marah " endi duweke mas ?!... endi duweke ?!... cepet duweke endi mas ?!... "
Rani : " mas !!.. tuh bencongnya ngeselin !!.. matak keuheul pisan ih !! "
Me : " biarin aja , bentar lagi ijo lampunya "
Untung saja tak lama kemudian lampu lalu lintas berubah jadi hijau , dengan tergesa aku langsung tancap gas sementara bencong itu malah misuh misuh ngga jelas " kuonthol kowe mas !!... kuonthoool !!... " dalam hati aku merasa lega bisa lolos dari gangguan bencong sialan itu , semoga saja satpol PP segera menciduknya.
MALANG MYSTERIO EXO - Rumah Kontrakan Angker part 1
ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar awal tahun 2012 ketika aku masih kuliah semester 10
Dengan santai Bang Renggo memacu motornya memasuki gang sempit yang berada di sebelah kampus Poltek , sementara aku yang duduk di boncengan terus mengamati suasana gang yang tampak ramai ini , kulihat ada banyak mahasiswa Poltek yang berjalan hilir mudik kesana kemari , warung makan dan kos kosan juga tampak berjejeran dimana mana... sekilas suasananya tak jauh beda dengan gang gang di daerah Kerto atau Sumbersari.
Me : " temen lu nungguin di mana bos ? "
Renggo : " dia nungguin di warung mamah vig , bentar lagi nyampe nih "
Beberapa menit kemudian Bang Renggo menghentikan laju motornya di depan sebuah warung makan yang cukup ramai , ketika kulihat papan namanya tertulis 'Mama' sebagai nama dari warung ini.
Me : " rame bos warungnya "
Renggo : " ayo masuk vig , temen gw udah ada di dalem "
Begitu memasuki warung kami langsung disambut oleh temannya Bang Renggo yang tampangnya agak mirip Andre Stinky , setelah berkenalan dengannya barulah aku tahu kalau namanya adalah Sam Ridwan dan asalnya dari Pandaan.
Sambil makan aku terus menyimak percakapan antara Bang Renggo dan temannya itu , usut punya usut ternyata Bang Renggo disuruh untuk mengecek rumah kontrakan Sam Ridwan yang katanya berhantu.
Renggo : " gw deteksi dulu wan , siapa tau ada arwah orang mati di situ "
Ridwan : " yo terserah awakmu wes nggo , aku gak paham nang omahku ki onok opo "
Me : " sampeyan diganggu terus yo sam ? "
Ridwan : " nek bengi yo lumayan sering ngganggu , kadang onok suoro wong nangis , suoro wong adus , kadang mambu wangine kembang kamboja... barang barang yo kerep ilang dhewe "
Me : " trus penampakane opo iku sam ? "
Ridwan : " nek penampakan ki seng kerep mek ayang ayang thok tapi cepet ngilange , mboh opo aku yo gak ngerti "
Renggo : " abis ini deh gw deteksi langsung rumah lu wan "
Ridwan : " yo wes mari ngene langsung ke rumahku nggo "
Waktu masih menunjukkan jam setengah 3 sore ketika kami beranjak meninggalkan warung Mama , dengan laju santai kami menuju rumah kontrakan Sam Ridwan yang berada di jl Pisang Kipas , tak terlalu jauh dari kampus Poltek.
Dari jl Pisang Kipas kami memasuki gang sempit yang berujung di tepi sawah , sekejap kemudian kami tiba di rumah kontrakannya Sam Ridwan yang suasananya tampak sepi , tak ada satupun motor yang terparkir di halaman atau terasnya... kata Sam Ridwan semua penghuni rumah ini telah mengungsi karena tidak tahan dengan gangguan gaib yang terjadi hampir setiap hari.
Renggo : " enak juga tempatnya wan , ngadep sawah gini jadi seger gw kena angin "
Ridwan : " tapi kalo malem sepi nggo , omahe tonggo yo adoh jarake "
Menurutku suasana rumah ini cukup nyaman karena berhadapan langsung dengan areal persawahan yang cukup luas , namun kalau malam sepertinya memang terasa sepi karena di kiri kanan rumah ini hanya ada lahan kosong saja , selain itu tak ada satupun tiang lampu yang terpasang di sekitar sini sehingga saat malam hari keadaannya bakalan gelap gulita.
Ridwan : " ayo mlebu ! "
Renggo : " gw langsung deteksi aja wan "
Aku dan Sam Ridwan hanya duduk di teras sementara Bang Renggo sibuk mendeteksi energi makhluk gaib yang menghuni rumah ini , selama beberapa menit ia terus mondar mandir di antara lebatnya pepohonan mangga yang tumbuh di halaman , hingga akhirnya ia berteriak memanggil kami untuk mendekat ke salah satu pohon mangga.
Ridwan : " onok opo nggo ndek uwet iki ? "
Renggo : " biasa wan , yang putih putih rambutnya panjang "
Ridwan : " lho lho ?!.. onok kuntilanake nggo ?! "
Renggo : " oyi bener wan "
Kata Bang Renggo ada sesosok Kuntilanak yang bersemayam di salah satu pohon mangga , sekejap kemudian Bang Renggo menyuruh Sam Ridwan untuk mengambil baskom besar berisi air yang katanya akan digunakan sebagai alat pembuktian.
Renggo : " cepet ambilin wan ! "
Ridwan : " enteni sek nggo "
Dengan tergesa Sam Ridwan masuk ke dalam rumah dan kemudian keluar lagi sambil membawa baskom berisi air , setelah menaruh baskom itu di bawah pohon Bang Renggo menyuruh kami untuk terus mengamati air yang ada di dalam baskom.
Me : " ntar bakalan kenapa bang airnya ? "
Renggo : " lu liat aja vig "
Ridwan : " tapi gak bahaya ya nggo ? "
Renggo : " ngga pa pa wan , lu tenang aja "
Aku dan Sam Ridwan terus mengamati permukaan air di dalam baskom sementara Bang Renggo menghadapkan mukanya ke arah pohon mangga " ayo keluar !!... ayo keluar !!.. ayo dolenan banyu !!.. ayo dolenan banyu !!.. " sedari tadi Bang Renggo terus berbicara sendiri , rupanya ia sedang menyuruh kuntilanak penghuni pohon mangga untuk keluar dan bermain air di baskom ini.
Ridwan : " nggo ?!... kuntine mau main air baskom ? "
Renggo : " oyi wan , biar kamu liat sendiri kalo emang ada kunti di pohon ini "
Menit demi menit terus berlalu namun tak terjadi apa apa dengan air baskom ini , hingga akhirnya kami merasakan hembusan angin yang menerpa muka kami disertai dengan bau wangi yang cukup menyengat.
Me : " bang ?!.. kok gini ?! "
Ridwan : " waduh nggo , ambune opo iki ?! "
Renggo : " ha.. ha.. tetap tenang saudara saudara sekalian "
Aku menduga kuntilanak yang dimaksud Bang Renggo telah keluar dari pohon mangga dan mungkin saat ini sedang berdiri bersama kami , dugaanku tepat karena tak lama kemudian kulihat permukaan air baskom mulai beriak riak.
Me : " bang ?!.. airnya gerak gerak tuh ! "
Ridwan : " lho lho ?!.. kok iso nggo ?! "
Renggo : " kuntinya lagi main air sekarang wan "
Seandainya kami bisa melihat mungkin sosok kuntilanak itu sekarang sedang berjongkok di sebelah baskom sambil memainkan air , satu satunya yang bisa kami lihat adalah riak riak air baskom yang tak kunjung berhenti , bahkan sesekali airnya bercipratan mengenai celana kami.
Ridwan : " berarti yang suka ganggu itu kuntilanak iki yo nggo ? "
Renggo : " bisa iya bisa engga wan "
Ridwan : " lha trus ?! "
Renggo : " gw kan belum ngecek dalemnya rumah lu ini , kayaknya sih masih ada yang lainnya wan "
Ridwan : " yo wes ayo dicek saiki ae nggo "
Bang Renggo merasa jika penghuni rumah ini bukan cuma kuntilanak saja , kini ia mulai masuk ke dalam rumah dan mengecek tiap tiap ruangan sementara kami menguntit di belakangnya.
Renggo : " kamar mandi mana wan ? "
Ridwan : " belakang nggo , deket jemuran "
Kamar mandi rumah ini terletak di pekarangan belakang dan terpisah dengan bangunan induk , di pekarangan ini terdapat tiang tiang jemuran , tumpukan ember , perkakas usang dan juga tanaman liar yang tumbuh lebat.
Ridwan : " temenku kalo malem sering denger suara orang mandi nggo , tapi pas dicek nggak ada "
Renggo : " ya berarti yang mandi tu demit wan "
Ridwan : " mangkane cariin nggo demite ndek endi "
Renggo : " ini mau gw deteksi wan "
Dengan langkah mengendap endap Bang Renggo mulai berjalan di pekarangan sementara kedua telapak tangannya terus menghadap ke depan , beberapa menit kemudian ia duduk berjongkok di dekat pipa septitank.
Renggo : " woe !!.. ayo pada ke sini ! "
Ridwan : " opo'o nggo ?! "
Aku dan Sam Ridwan langsung menghampiri Bang Renggo yang masih duduk berjongkok di dekat pipa septitank , entah makhluk apa yang bersemayam di tanki pembuangan tai ini.
Me : " ada apaan bang di dalemnya ? "
Ridwan : " tapi mosok seh onok lelembute ndek njero kene ? "
Renggo : " wan ?!.. tadi lu bilang sering denger suara orang mandi sama orang nangis kan ? "
Ridwan : " iyo nggo , kiro kiro opo yo iku ? "
Renggo : " ini yang ada di dalem septitank bukan demit wan , tapi arwah orang "
Ridwan : " arwah orang ?!.. "
Renggo : " lu tau kenapa arwahnya ada di dalem septitank ? "
Ridwan : " waduh opo'o nggo ?!.. aku maleh wedi nek ngene iki "
Renggo : " dulu ada orang mati dibunuh di rumah ini wan , mayatnya di kubur di dalem septitank "
Ridwan : " mayatnya masih di dalem septitank nggo ?! "
Aku dan Sam Ridwan cukup kaget mendengar penjelasan Bang Renggo barusan , ternyata rumah ini juga dihuni oleh sesosok arwah gentayangan yang mayatnya terkubur di dalam septitank... sulit untuk membayangkan bahwa di dalam septitank ini ada seonggok tulang belulang manusia yang tercampur dengan tai , sebenarnya pernah terjadi peristiwa tragis apa di rumah ini ?!...
MALANG MYSTERIO EXO - Rumah Kontrakan Angker part 2
Sam Ridwan masih tak percaya kalau ada mayat seseorang yang tertimbun di dalam septitank , raut mukanya mulai berkeringat dan terlihat agak menegang... sepertinya ia cukup shock mengetahui fakta bahwa di rumahnya ini pernah terjadi peristiwa pembunuhan.
Ridwan : " kok iso aku nyewo omah koyok ngene nggo ?!.. nek ngerti omah bekas pembunuhan aku gak sido ngontrak ndek kene "
Renggo : " trus ini mau digimanain wan ?.. "
Ridwan : " opo aku pindah ae yo nggo ? "
Renggo : " emang sisa kontrak masih lama wan ? "
Ridwan : " sek setahun lebih nggo , belum ada 2 bulan aku ngontrak omah iki "
Rasanya sayang juga kalau rumah ini ditinggalkan begitu saja sementara kontraknya masih tersisa lumayan lama , Bang Renggo menyarankan agar Sam Ridwan tetap menempati rumah ini karena nanti malam ia berencana untuk melakukan ritual pengusiran , walaupun ia juga tak terlalu yakin apakah arwah yang bersemayam di dalam septitank mau pergi dari sini.
Ridwan : " lha trus mayite ndek njero septitank yok opo nggo ? "
Renggo : " itu mayit biarin aja di situ , mana bisa kita ngambil ?!.. lagian udah jadi tulang wan "
Ridwan : " lha arwahe opo gelem ngaleh nek mayite gak dipindah soko septitank ? "
Renggo : " ini yang gw gak yakin wan , ya dicoba aja ntar malem "
Kurasa memang tak ada salahnya untuk mencoba mengusir arwah dan kuntilanak yang menghuni rumah ini , rencananya nanti malam kami akan datang ke sini lagi sementara Sam Ridwan mempersiapkan upo rambe untuk melaksanakan ritual pengusiran.
Selepas Isya kami berkumpul di warung kopi lesehan dekat O2 Suhat , kali ini Sam Ridwan mengajak seorang cewe berjilbab yang ternyata adalah pacarnya... cewe ini bernama Mbak Wiwiek dan ia seorang kodew Ngalam asli.
Wiwiek : " temenan a onok mayit ndek septitank sam ? "
Renggo : " ya kalo arwahnya di situ berarti mayatnya juga di situ wik "
Wiwiek : " kalo ntar mediumisasi aku gak po po yo sam ?!.. aku kuatire nek arwahe nemplok terus nang awakku "
Renggo : " gak pa pa wik , kan gw netralisir kalo udah kelar mediumisasi "
Wiwiek : " trus jarene onok kunti ndek uwet sam ?!.. temenan a iku ? "
Renggo : " ada beneran wik , ntar kuntinya dulu yang kita usir "
Ternyata Mbak Wiwiek sengaja diajak sebagai sukarelawan untuk proses mediumisasi nanti , meskipun terlihat agak cemas namun sepertinya ia cukup siap meminjamkan tubuhnya untuk dirasuki oleh kuntilanak dan arwah itu.
Me : " udah pernah kesurupan tha mbak ? "
Wiwiek : " pernah sih , tapi wes suwe banget yo , jamane kemah ndek coban rondho mbiyen "
Ridwan : " ha.. ha.. sakjane kepekso iki mau melok aku , lha renggo ngongkon aku ngejak kodew nggo mediumisasi "
Wiwiek : " iyo kepekso temenan aku kolem iki mau , yo wes lah dijajal ae... bismillah mugo mugo aman "
Renggo : " upo rambene dah lu siapin wan ? "
Ridwan : " wes nggo , tak taruh ndek omah "
Sekitar jam 9 malam kami mulai beranjak meninggalkan warung kopi , tak sampai seperempat jam kemudian kami telah tiba di rumahnya Sam Ridwan , saat kulihat keadaan sekeliling yang lumayan gelap dan sepi aku jadi merasa agak merinding juga... entah apa yang akan terjadi saat kami menggelar ritual pengusiran nanti , kuharap segalanya akan berjalan dengan lancar dan aman aman saja.
Ridwan : " kita urus mana dulu ini nggo ? "
Renggo : " kunti pohon mangga dulu wan , upo rambe bawa ke sini semuanya "
Ridwan : " enteni sek nggo "
Dengan tergesa Sam Ridwan masuk ke dalam rumah dan kemudian keluar lagi sambil membawa beberapa sesaji , ada kembang beraneka rupa , sepiring beras merah , sebungkus hio dan juga segelas darah... mungkin itu adalah darah ayam betina.
Wiwiek : " aku sakjane wedi sam ngene iki , temenan a onok kuntine ndek uwet iki ? "
Renggo : " beneran ada kuntinya wik , makanya kita usir malem ini juga.. gw jamin lancar kok , tenang aja pokoknya "
Wiwiek : " trus aku kudu lapo saiki sam ? "
Renggo : " duduk di bawah pohon sambil merem wik , ntar biar masuk kuntinya "
Wiwiek : " tapi temenan gak po po yo sam ? "
Renggo : " don't worry !.. santai aja wik , serahin sama gw "
Wiwiek : " yo wes sam , bismillahirahmanirahim "
Mbak Wiwiek tampak gamang saat disuruh duduk bersila di bawah pohon mangga , dengan mata terpejam ia terus mengucap Bismilah berkali kali , sementara Bang Renggo sibuk menyiapkan semua upo rambe untuk ritual mediumisasi ini.
Renggo : " vig , hionya nyalain 3 batang aja ! "
Me : " bentar bang "
Ridwan : " lha darah ayame buat apa nggo ? "
Renggo : " ntar lu bakalan tau buat apaan wan "
Baru saja kusulut 3 batang hio dan kemudian kutancapkan di tanah , aromanya terasa menyengat dan membuat suasana terasa lebih menyeramkan , apalagi tak ada satupun lampu di halaman depan ini sehingga suasananya tampak cukup gelap , satu satunya penerangan hanyalah pancaran lampu mercuri dari teras saja.
Me : " udah siap bang ?! "
Renggo : " udah , sekarang diem semua jangan pada berisik "
Aku dan Sam Ridwan duduk bersila di belakang Bang Renggo yang berhadap hadapan dengan mbak Wiwiek , menit demi menit terus berlalu hingga akhirnya terasa ada hembusan angin yang menerpa muka kami... sepertinya kuntilanak itu baru saja keluar dari pohon mangga.
Mbak Wiwiek yang sedari tadi duduk bersila tiba tiba jatuh terkulai di tanah , sekejap kemudian terdengar lengkingan suara tawa dari mulutnya " iihiihiiii... iihiihiiii... iihiihiii... " ternyata kuntilanak penghuni pohon mangga telah merasukinya.
Ridwan : " nggo ?!.. opo'o iki nggo ?! "
Renggo : " ssttt !!.. tenang wan tenang !! "
Sam Ridwan tampak cemas saat melihat pacarnya itu kesurupan , sekejap kemudian Bang Renggo mulai mencoba untuk menanyai sosok kuntilanak yang merasuki Mbak Wiwiek.
Renggo : " sopo namanya ? "
Wiwiek : " aku sulistiyowati "
Renggo : " udah lama di sini ? "
Wiwiek : " wes kaet mbiyen mas , luaaamaa pol "
Renggo : " mulai sekarang kamu pergi !!... kamu pergii !!!.. "
Wiwiek : " emooohh !!! "
Kedua mata Mbak Wiwiek tampak melotot seperti orang marah , sementara mulutnya terus berteriak tanpa henti " emooh !!... aku emohh !!.... " sambil berteriak Mbak Wiwiek terus menggerakkan tubuhnya yang masih terkulai di atas tanah , bahkan tak lama kemudian ia mulai berdiri lalu mencoba untuk memanjat pohon mangga.
Ridwan : " waduh nggo ?!.. yok opo iki ?! "
Renggo : " tenang wan biar gw pegangin "
Dengan sigap Bang Renggo langsung berdiri dan memegangi tubuh Mbak Wiwiek yang masih mencoba untuk memanjat pohon " aaahhh !!... ahhh !!... iki omahku !!.. aku emoh ngaleh !!!... " mulut Mbak Wiwiek terus berteriak teriak sementara kedua kakinya menendang nendang ke segala arah.
Renggo : " wan !.. cepet kamu olesin kembang di mukanya wiwik "
Ridwan : " kembangnya dioles di muka ?!.. semua nggo ?! "
Renggo : " iya cepetan !! "
Ridwan : " oyi oyi bentar "
Sam Ridwan tampak panik ketika disuruh Bang Renggo untuk mengoleskan kembang di muka pacarnya , biar makin cepat akhirnya kuputuskan untuk membantunya... kugenggam kembang kembang ini lalu kuoleskan di muka Mbak Wiwiek hingga belepotan " aaahhh !!!.... ahhh !!!... " lamban laun teriakan Mbak Wiwiek mulai terdengar lemah hingga akhirnya ia jatuh terkulai di tanah.
Me : " udah keluar bang ? "
Renggo : " belum vig , tu kembang cuma buat nenangin aja "
Tubuh Mbak Wiwiek masih terkulai di tanah sementara tatapan matanya terlihat agak sayu , sekejap kemudian Bang Renggo duduk bersila di hadapannya dan mengajaknya berbicara lagi.
Renggo : " ini udah ada darah ayam sama beras merah "
Wiwiek : " ahh !!.. ahh !!.. "
Renggo : " kamu makan berasnya , trus kamu minum darahnya , tapi kamu harus pergi ya ?! "
Wiwiek : " aahh !!.. ahh !!.. "
Perlahan Mbak Wiwiek mulai duduk bersimpuh sementara Bang Renggo menyodorkan sepiring beras merah padanya , dengan tangan gemetar Mbak Wiwiek meraih piring itu dan kemudian memakan beberapa genggam beras merah " kletak !!.. kletak !!.. kletak !!.. " sedari tadi mulutnya tak berhenti mengunyah dan sesekali ia menatap kami semua yang duduk di hadapannya.
Renggo : " wan ?!.. darahnya ambilin ! "
Ridwan : " bentar nggo "
Beras merah yang ada di piring hanya tersisa sedikit sementara Bang Renggo menyodorkan segelas darah ayam kepada Mbak Wiwiek , secara perlahan darah ayam itu mulai direguk hingga habis tak tersisa , kulihat mulut Mbak Wiwiek tampak belepotan darah yang baru saja diminumnya.
Renggo : " sekarang kamu pergi dari sini ya ?! "
Wiwiek : " iiya.. iiya mas... aaku ngaleh saiki !! "
Aku merasa lega saat kuntilanak yang merasuki Mbak Wiwiek bersedia pergi dari rumah ini , sekejap kemudian mata Mbak Wiwiek tampak melotot disertai kejang kejang ringan pada tubuhnya , hingga akhirnya ia berteriak nyaring lalu tergolek pingsan begitu saja.
Me : " udah beres bang ? "
Renggo : " beres vig , udah minggat tuh kunti "
Ridwan : " berarti udah gak di pohon lagi nggo kuntinya ? "
Renggo : " udah minggat wan , gw gak deteksi energinya lagi "
Ridwan : " kalo balik lagi gimana nggo ? "
Renggo : " ya lu jadiin babu aja wan "
Ridwan : " ha.. ha.. malah guyon kon "
Renggo : " sekarang udah tenang hidup lu , tu kunti udah gak bakalan balik ke sini lagi wan... udah aman pokoknya "
Ridwan : " yo wes alhamdulilah nggo "
Kini kami mulai beranjak meninggalkan halaman sementara Sam Ridwan membopong tubuh pacarnya yang masih pingsan itu , begitu tiba di teras kami beristirahat sejenak sambil membicarakan rencana selanjutnya.
Ridwan : " tapi yayangku semaput ngene nggo , gak iso mediumisasi maneh iki "
Renggo : " opo ditunda besok aja wan ? "
Ridwan : " aku gak wani turu ndek kene nggo , kate ngeterno wiwiek moleh yo gak mungkin areke sek semaput ngene "
Renggo : " gini deh wan , gw sama vigo nginep sini aja malem ini "
Ridwan : " ngono nggo ?!... yo wes , kalo ada temene aku wani nginep kene "
Me : " kalo arwah di septitank gangguin kita gimana bang ? "
Renggo : " pokoknya tenang aja vig , kan ada gw "
Rencana pengusiran arwah kami tunda hingga besok malam karena Mbak Wiwiek terlanjur pingsan , akhirnya malam ini aku dan Bang Renggo menginap di sini untuk menemani Sam Ridwan... semoga saja arwah yang bersemayam di dalam septitank itu tidak membuat ulah.
MALANG MYSTERIO EXO - Rumah Kontrakan Angker part 3
Mbak Wiwiek masih belum siuman sementara kami bertiga menungguinya sambil nonton tv , namun tiba tiba perhatian kami tersita oleh suara tangisan perempuan yang terdengar dari pekarangan belakang.
Ridwan : " waduh yok opo iki nggo ?!... suara nangise sering kedengeren jam semene "
Renggo : " lu di sini aja wan , gw mau ngecek dulu ke belakang "
Me : " gw ngikut bang "
Renggo : " ayo vig ! "
Lekas saja aku dan Bang Renggo beranjak meninggalkan Sam Ridwan yang masih berada di ruang tengah , dengan langkah mengendap endap kami berdua berjalan menuju pekarangan belakang " huu !!... huu !!.. " tangisan itu masih terdengar sayup sayup dan membuatku jadi agak bergidik juga.
Renggo : " siap vig ?!.. gw mau buka pintunya nih "
Me : " oyi , siap bos "
Tangan kanan Bang Renggo terulur meraih gagang pintu dapur lalu secara perlahan ia membukanya , namun saat kami tiba di pekarangan suara tangisan itu tak terdengar lagi... sepertinya arwah itu mengetahui kedatangan kami dan entah akan ada kejutan apa kali ini.
Me : " gimana bang ? "
Renggo : " kita awasin dulu vig , kali aja ada penampakannya "
Selama beberapa menit kami terus mengamati pekarangan yang tampak gelap remang remang ini , tak ada apapun yang terlihat aneh hingga akhirnya Bang Renggo mengajakku kembali ke ruang tengah.
Me : " apa kita gak ngastral aja bang ?!... kan bisa ketemu langsung sama arwah di belakang itu "
Renggo : " gak usah deh vig , gw perkirain tu arwah wujudnya udah jadi serem gak karuan... lha mayatnya aja ditaruh di septitank "
Me : " tapi gw penasaran pengen liat bang "
Renggo : " udah gak usah ngastral , ntar kalo lu liat bakalan ngeri sendiri vig "
Sewaktu ngastral kami cukup sering bertemu dengan arwah arwah gentayangan yang wujudnya lumayan mengerikan , namun kali ini Bang Renggo menolak ajakanku untuk menemui arwah di pekarangan belakang itu secara astral , ia memperkirakan kalau wujud arwah itu jauh lebih mengerikan daripada arwah arwah yang pernah kami temui sebelumnya.
Sekarang sudah nyaris jam 2 dini hari dan kami bertiga masih belum tidur , sementara Mbak Wiwiek juga belum siuman dari pingsannya... di saat seperti ini kami harus tetap awas dengan keadaan , siapa tahu arwah di pekarangan belakang itu akan membuat ulah.
Renggo : " hoahm !!... ngantuk juga gw sebenernya wan "
Ridwan : " podo nggo "
Berkali kali kami menguap karena rasa kantuk yang semakin tak tertahankan , berhubung besok pagi aku harus masuk kuliah maka kuputuskan untuk tidur sejenak.
Saat kubuka mata ternyata hari sudah terang , kulihat Mbak Wiwiek dan Sam Ridwan sudah tak ada di ruang tengah... hanya ada Bang Renggo yang masih rebahan di depan tv sambil nonton siaran berita pagi.
Me : " mana mbak wiwiek bang ? "
Renggo : " lagi dianterin pulang ke kosannya vig "
Me : " pas gw tidur ngga ada kejadian apa apa bang ? "
Renggo : " tadi pas shubuh si wiwiek baru bangun trus minta dianter ke kamar mandi , eh pas di belakang ada bau busuk gak jelas "
Me : " bau apaan tuh bang ? "
Renggo : " ya mungkin bau arwahnya itu vig , ngga jadi ke kamar mandi tuh si wiwiek malah suruh nganter ke musholla "
Me : " trus ntar malem rencananya gimana ? "
Renggo : " ngga tau nih gw , si wiwiek kayaknya kapok diajak mediumisasi lagi "
Me : " trus siapa dong yang jadi sukarelawan ntar ? "
Renggo : " gak tau gw vig , liat aja ntar "
Entah siapa yang akan jadi sukarelawan untuk mediumisasi nanti malam , kuharap Mbak Wiwiek masih bersedia melakukannya sekali lagi biar semua permasalahan di rumah ini cepat berakhir... kini aku harus buru buru kembali ke kosanku dan kemudian berangkat ke kampus , nanti sore aku akan kembali lagi ke sini.
MALANG MYSTERIO EXO - Rumah Kontrakan Angker part 4
Selepas maghrib kami kembali berkumpul di warung tahu telor dekat stasiun Radio RRI , kali ini Mbak Wiwiek ikutan juga namun ia tak lagi menjadi sukarelawan seperti malam sebelumnya... ada seorang cewe bernama Mbak Nurul yang akan menggantikan posisinya.
Wiwiek : " nurul iki ibadahe rajin loh , areke alim puol "
Nurul : " ngga kok mas , biasa ae aku iki "
Renggo : " tapi beneran udah siap kan ? "
Nurul : " iya mas , insya allah aku siap kok "
Ridwan : " sakjane aku gak penak ambek kon rul , ngejaki seng gak nggenah ngene iki "
Nurul : " yo gak po po lah mas , seng penting iso ndang beres persoalane "
Mbak Nurul terlihat alim dan juga agak pendiam , ia tidak banyak bicara dan sedari tadi terus membaca ayat ayat Quran melalui aplikasi blackberry... kurasa ia benar benar menyiapkan diri untuk menjadi sukarelawan mediumisasi malam ini.
Menjelang Isya kami beranjak meninggalkan warung ini , begitu tiba di rumah kontrakan Sam Ridwan langsung menyiapkan upo rambe di pekarangan belakang yang dipenuhi tanaman liar , dengan cekatan ia menggelar tikar kloso cukup lebar sebagai alas untuk duduk bersila , sementara piring piring berisi kembang ditaruh di dekat pipa septitank.
Me : " iku kok onok kembang melati sam ? "
Ridwan : " lha jarene renggo kon nggowo kembang melati vig "
Renggo : " kalo arwah emang suka sama bau kembang melati vig , ya biar tenang gak ngamuk ngamuk "
Wiwiek : " nek arwahe ngamuk yo serem sam "
Renggo : " ha.. ha.. gw jamin gak bakalan ngamuk kok wik "
Upo rambe kali ini tidak sama dengan malam sebelumnya , tak ada sepiring beras merah maupun segelas darah ayam betina , yang ada hanya 3 piring kembang melati saja.... setelah semuanya beres kami segera duduk bersila di atas tikar sementara Mbak Nurul harus duduk di dekat pipa septitank.
Wiwiek : " siap temenan a rul ? "
Nurul : " insya allah siap wik "
Ridwan : " wes , mugo mugo lancar bengi iki "
Mbak Nurul tampak begitu tenang duduk bersila di dekat pipa septitank , kami yang duduk berhadapan dengannya hanya bisa berharap semoga ritual kali ini akan berjalan aman aman saja.
Renggo : " udah gw nyalain hionya , sekarang pada diam semuanya "
Me : " oyi bos "
Wiwiek : " bismilah hirahmanirrahim "
Ada 5 batang hio yang tertancap di hadapan kami , semerbak aromanya terasa begitu menyengat hidung , bahkan Mbak Nurul sampai terbatuk batuk karena menghirup asapnya.
Wiwiek : " rul ?!.. gak po po a ? "
Nurul : " uhuk !.. uhuk !.. aku gak po po kok wik "
Ridwan : " nggo , hione dipindah ae agak jauhan , mesakno nurul "
Renggo : " gw pindahin sampingnya septitank aja deh wan "
Kasihan juga melihat Mbak Nurul terbatuk batuk karena posisi hio itu terlalu dekat dengannya , lekas saja Bang Renggo mencabuti semuanya dan kemudian menancapkannya lagi di kiri kanan septitank , dengan jarak semeteran lebih kepulan asapnya tak lagi membuat Mbak Nurul terbatuk batuk.
Renggo : " gini aja enaknya wan "
Ridwan : " yo wes ayo mulai nggo "
Kini kami semua bersiap memulai ritual mediumiasi , Bang Renggo duduk paling depan dan berhadap hadapan dengan Mbak Nurul , ia menyuruh cewe berjilbab itu untuk memejamkan mata sementara kami bertiga disuruh membaca Al Fatihah berulang kali , beberapa menit kemudian terjadilah sesuatu yang mengejutkan kami semua " hhuaaa !!... hhuuaaa !!... " tangisan nyaring terdengar dari mulut Mbak Nurul seiring mukanya yang tiba tiba menunduk , rupanya arwah itu telah merasukinya.
Me : " bang ?!.. udah masuk arwahnya "
Wiwiek : " serem sam nangise "
Ridwan : " yok opo iki nggo ?! "
Renggo : " gw tanyain dulu ya "
" Huaa !!... huua !!... " Mbak Nurul yang telah kesurupan masih terus menangis dan semakin lama tangisannya semakin menjadi jadi " huuaaa !!!.... huaa !!!... " kali ini ia malah berguling guling di dekat septitank sehingga Bang Renggo harus memegangi tubuhnya.
Me : " nangis terus bang "
Wiwiek : " iso ditanya tanya nggak sam ? "
Renggo : " makanya gw mau nyoba nanyain nih wik "
Selama beberapa menit Bang Renggo membiarkan Mbak Nurul menangis sementara ia tetap memegangi tubuhnya agar tidak berguling guling lagi , hingga perlahan tangisannya mulai mereda seiring dengan gerak tubuhnya yang mulai tenang... kini kami semua berdiri di belakang Bang Renggo yang sedang bersiap siap menanyai arwah yang merasuki Mbak Nurul.
Renggo : " kamu siapa ? "
Nurul : " aaku... mmirna "
Renggo : " mirna ?!.. asalnya dari mana ? "
Nurul : " aaku dari cilacap "
Renggo : " cilacap ?!.. trus kenapa ada di malang ?!.. kuliah atau kerja ? "
Nurul : " aaku ngontrak sini sama suamiku , dia pegawai bank "
Renggo : " kapan itu ? "
Nurul : " ttahun 86 "
Renggo : " trus matinya kenapa mirna ? "
Nurul : " aaku... aaku... dibunuh suamiku.. hua !!... hua !!... "
Begitu disinggung soal kematiannya arwah yang merasuki Mbak Nurul itu langsung menangis sejadi jadinya sementara Bang Renggo berusaha menenangkannya... sejenak aku teringat dengan kejadian serupa di kosan Tirto Utomo gang 8 , arwah yang ada di kosan itu juga mati dibunuh oleh orang terdekatnya dan hingga kini tak mau pergi dari kosan , entah apakah arwah yang satu ini mau disuruh pergi dari sini.
Wiwiek : " duh sam kok nangis terus iki ?! "
Ridwan : " yok opo iki nggo ?! "
Renggo : " ambilin bunga melatinya wan ! "
Ridwan : " semua nggo ?! "
Renggo : " oyi , semuanya bawa sini !! "
Dengan panik kami bertiga mengambili piring piring berisi bunga melati , sekejap kemudian Bang Renggo menyuruh kami untuk mengolesi muka Mbak Nurul dengan bunga bunga melati , perlahan tangisannya mulai mereda seiring gerak tubuhnya yang mulai tenang kembali.
Wiwiek : " wes mari nangise sam "
Renggo : " sekarang mau gw tanyain lagi wik "
Ridwan : " ayo wes lanjut nggo "
Tubuh Mbak Nurul terkulai lemas di dekat septitank sementara Bang Renggo mulai bersiap melanjutkan interaksinya , kami yang menyaksikannya merasa harap harap cemas dengan apa yang akan terjadi setelah ini , semoga saja arwah itu mau disuruh pergi dari sini.
Renggo : " mirna... dulu kenapa kok dibunuh ? "
Nurul : " ssuamiku.. ssuamiku selingkuh "
Renggo : " trus kamu ngga terima ? "
Nurul : " kkenapa nasibku jadi gini ?!?... hikz !.. hikz !.. "
Renggo : " tenang mirna !... tenang !.. biar masuk neraka itu suamimu "
Nurul : " hikz !!... aaku mau dia mmati !!... mati !!.. mati !!.. "
Renggo : " iya iya , pasti mati masuk neraka dia "
Bang Renggo sangat berhati hati berinteraksi dengan arwah yang merasuki Mbak Nurul , sebisa mungkin ia mencegah agar arwah itu tak lagi menangis dan berguling guling seperti tadi , hingga akhirnya Bang Renggo menyuruh secara halus agar arwah itu mau pergi meninggalkan rumah ini.
Renggo : " rumah ini udah ada yang nempatin mirna , kamu harus pergi dari sini ya ?! "
Nurul : " tapi ttolong !!... ttolong kuburkan tubuhku ! "
Renggo : " tubuhmu ada di dalem septitank ? "
Nurul : " iiya... hikz !!.. ttolong kuburkan !!. hikz !!.. "
Permintaan arwah itu terasa sulit untuk dipenuhi , ia baru mau pergi dari sini kalau jasadnya yang terkubur di dalam septitank telah diambil dan kemudian dikebumikan secara layak... entah bagaimana caranya kami tak tahu.
Me : " gimana bang ? "
Renggo : " apa boleh buat vig , mau gak mau kita harus ambil tu mayatnya "
Ridwan : " trus yok opo carane nggo ?! "
Renggo : " kita pikirin besok aja wan "
Sepertinya tak ada cara lain selain harus menggali septitank untuk mengambil jasad itu , hal ini akan sangat merepotkan namun mau tak mau kami harus melakukannya agar arwah yang bernama Mirna itu mau pergi dari sini.
Renggo : " gw keluarin sekarang ya arwahnya ? "
Wiwiek : " yo wes sam , mesakno nurul aku "
Tanpa berlama lama lagi Bang Renggo mulai bersiap mengeluarkan arwah yang merasuki Mbak Nurul , dengan sigap ia menaruh telapak tangan kanannya di ubun ubun Mbak Nurul dan sekejap kemudian cewe berjilbab itu langsung kejang kejang hebat sambil berteriak nyaring " uuuahh !!!... uuahh !!!... "
Wiwik : " duh merinding dhewe aku krungu bengak bengoke nurul "
Me : " biasa mbak , mari ngene paling semaput mbak nurule "
Perlahan teriakan itu tak lagi terdengar seiring tubuh mbak Nurul yang tak lagi bergerak gerak , kini cewe berjilbab itu tergeletak pingsan di dekat septitank sementara Bang Renggo bersiap membopongnya masuk ke dalam rumah.
Renggo : " beresin semuanya wan ! "
Ridwan : " oyi oyi nggo "
Dengan tergesa Sam Ridwan menggulung tikar kloso sementara Mbak Wiwiek mengambili piring piring yang tergeletak di dekat septitank , beberapa menit kemudian kami semua telah berkumpul di ruang tengah sambil menunggui Mbak Nurul yang masih tergolek pingsan.
Wiwiek : " iki nurul yok opo sam ? "
Renggo : " paling jam 1 malem dia udah bangun "
Ridwan : " trus soal mayite yok opo nggo ? "
Renggo : " besok siang kita urusin wan "
Sepertinya esok akan menjadi hari yang sangat merepotkan bagi kami semua , mau tak mau kami harus mengurusi mayat yang terkubur di dalam septitank itu dan kemudian menguburkannya di pemakaman terdekat... setelah semuanya tuntas Sam Ridwan akan menggelar acara tahlilan agar arwah bernama Mirna itu bisa tenang.
Langganan:
Postingan (Atom)