Menjelang akhir Oktober 1945 para pejuang , santri , polisi dan milisi di Jombang mulai bersiap siap pergi berperang ke Surabaya , semuanya merasa berat harus meninggalkan anak , istri dan keluarganya masing masing , namun tekat untuk mempertahankan kemerdekaan sudah membakar jiwa sehingga semua orang tak lagi ragu untuk berjuang hingga titik darah penghabisan , apalagi Hadratussyaikh Hasyim Ashari turut memberi doa restu kepada mereka semua agar semakin mantap imannya untuk berjihad fisabilillah melawan para kafir penjajah.
Keberangkatan menuju Surabaya berlangsung secara besar besaran karena sangat banyak orang yang ikut berperang , puluhan truk yang mengangkut para pejuang , santri , polisi dan milisi terus berjalan beriringan disertai kibaran bendera merah putih dan teriakan takbir tanpa henti , sementara di sepanjang jalan para penduduk berdiri berjejeran sambil terus melambaikan tangan atau membagikan nasi bungkus , tak ketinggalan anak anak kecil juga turut bersorak sorai sambil berteriak " merdekaa !!... merdekaa !!.... " itu semua adalah bentuk dukungan moril agar orang orang yang berangkat berperang ke Surabaya jadi semakin bersemangat dalam memperjuangkan harapan rakyat.



Saat tiba di Surabaya jalanan sudah dipenuhi dengan kertas pamflet yang bertebaran dimana mana , kertas kertas itu baru saja disebarkan pesawat sekutu agar orang orang Indonesia bersedia menyerahkan senjata hingga batas waktu esok hari , tentu saja tak ada seorangpun yang mau melakukannya karena tekat mempertahankan kemerdekaan telah berkobar di hati sanubari masing masing orang , apalagi di Surabaya telah berkumpul para pejuang , santri dan milisi dari berbagai daerah yang telah siap berperang walaupun dengan persenjataan ala kadarnya , mereka hanya membawa celurit , parang , golok , keris , kujang dan juga bambu runcing.


Malam harinya tak ada seorangpun yang bisa tidur , semua orang sedang berusaha menguatkan mentalnya menghadapi perang esok hari , sementara para komandan berbagai korps pejuang seperti BKR , BPRI , PRI , Hizbullah maupun polisi istimewa sibuk berkoordinasi menentukan strategi terbaik menghadapi pasukan sekutu yang didukung persenjataan lengkap , dalam hal ini arek arek Suroboyo sangat paham seperti apa denah kotanya sehingga mereka yang akan menunjukkan jalur jalur untuk menyerang atau bertahan di tiap tiap sektor wilayah.
Selepas shubuh Darmanto beserta sekompi pejuang , santri dan milisi mulai bergerak menuju daerah Ketintang yang isinya pertokoan orang orang Tionghoa , ketika tiba di sana mereka langsung memanjat atap toko dan bersiap siaga menyerang pasukan sekutu yang akan melewati daerah itu , hingga akhirnya saat menjelang fajar mulai terdengar bunyi sirene nyaring yang menandakan perang telah dimulai " nguuiing !!... nguuiing !!... " tak lama kemudian pasukan sekutu mulai membuka serangan dengan gempuran meriam artileri yang entah berada dimana " bluarr !!.. bluarr !!.. bluarr !!.. " dentuman nyaring terdengar berulang kali hingga terasa menciutkan nyali , sementara di saat bersamaan ada banyak bangunan yang meledak dan terbakar dilalap api.

Para pejuang , santri dan milisi yang mulai kocar kacir semakin tidak terkoordinasi pergerakannya , namun dari pengeras suara yang terpasang di sudut sudut kota terdengar seruan Bung Tomo yang begitu berapi api dan terus meneriakkan takbir berkali kali " allahu akbar !!... allahu akbar !!..jangan gentar saudara saudara !!... majulah !!.. majulah karena allah bersama kita !!.... allahu akbar !!.. " semua yang mendengarnya serasa semakin terbakar semangatnya , dengan tanpa rasa gentar para pejuang , santri dan milisi mulai bergerak maju menghadang iring iringan tank yang terus menembak ke segala arah " duuar !!.. duuar !!.. " korban mulai berjatuhan hingga jalanan penuh dengan mayat yang bergelimpangan , sementara ledakan granat dan rentetan tembakan juga terus terdengar dimana mana " dreett !!.. dreett !!... duarr !!... duarr !!.. " Darmanto yang masih bertahan di atap toko terus menembaki iring iringan tank dan kompi pasukan sekutu yang lewat di jalanan , pasukan itu terdiri dari tentara Inggris dan juga tentara Gurkha dari India yang jumlahnya cukup banyak , karena semakin terdesak Darmanto beserta para pejuang , santri dan milisi yang tersisa akhirnya mundur dari Ketintang dan bergabung dengan kompi pejuang lain yang masih berada di sektor selatan , rencana mereka adalah menyerang gedung sekolahan HBS yang merupakan salah satu titik penting pertahanan pasukan sekutu di sektor tengah.
Untuk menuju gedung HBS tidaklah mudah karena ada banyak senapan gatling terpasang dimana mana , kalau nekat maju secara frontal sudah pasti akan ada banyak korban berjatuhan , untuk meminimalkan resiko para pejuang , santri dan milisi harus lihai menyelinap gang gang kecil di sepanjang jalan menuju gedung HBS , taktik seperti ini berjalan mulus karena tentara Inggris yang menjaga senapan gatling bisa diserang dari belakang dan kemudian direbut persenjataannya.
Ketika tiba di pelataran gedung HBS para pejuang , santri dan milisi langsung menghadapi tentara Inggris yang berjaga di luar , upaya ini tidaklah mudah karena mereka terus dihujani tembakan senapan gatling tanpa henti " dreett !!... dreett !!... dreet !!... dengan sigap mereka terus bergerak dan berlindung dibalik mobil atau truk sambil terus menembak dan melemparkan granat " duaar !!.. duaar !!... bluaar !!... " setelah melalui pertempuran sengit yang menewaskan puluhan orang barulah mereka berhasil masuk ke dalam gedung HBS.

Begitu memasuki gedung HBS para pejuang , santri dan milisi langsung menyerbu tentara Inggris dan Gurkha yang berada di dalam , ruangan demi ruangan terus disapu bersih hingga semua pasukan Inggris dan Gurkha tewas tak tersisa , keberhasilan merebut gedung sekolahan HBS ini dirayakan dengan minum minum whisky sambil bernyanyi lagu lagu perjuangan " maju tak gentar membela yang benar !!... maju tak gentar hak kita diserang !!... maju tak gentar tentu kita menang !!... "
Banyak persenjataan , amunisi dan logistik yang tertinggal di gedung HBS sehingga para pejuang membagi bagikannya kepada tiap orang , ada yang mendapat bayonet , pisau kukri , mortir , granat , ranjau , pistol revolver , senapan bedil enfield , senapan semi mesin sten hingga senapan mesin bren , selain itu banyak juga kendaraan jeep dan truk yang tertinggal di luar sehingga bisa digunakan untuk transportasi ke titik penyerangan berikutnya , namun sebelum melanjutkan peperangan para pejuang , santri dan milisi sibuk memeriksa mayat mayat yang bergelimpangan di dalam dan di luar gedung HBS , kalau ada teman temannya yang masih hidup dan terluka parah akan langsung dibawa ke pos palang merah yang berada di pinggiran Surabaya , namun kalau ada tentara Inggris atau Gurkha yang masih hidup akan langsung ditembak kepalanya.
Siang hari para pejuang , santri dan milisi bersiap melanjutkan penyerangan ke titik pertahanan musuh yang berbeda beda , sementara Darmanto beserta regu pejuang yang terdiri dari belasan orang memutuskan untuk menyerang penjara Koblen karena di sana ada banyak pejuang lain yang tertangkap , dengan mengendarai truk mereka langsung berangkat menuju penjara Koblen namun perjalanan menuju ke sana tidaklah mudah sama sekali , pasukan sekutu ternyata telah memblokade beberapa jalan dengan kawat berduri dan kendaraan panser yang dilengkapi senapan mesin kaliber besar , saat melihat truk yang ditumpangi para pejuang panser itu langsung mengejar sambil terus menembak tanpa henti.

Sungguh sulit meloloskan diri dari kejaran panser itu , ruas demi ruas jalan terus dilalui namun tetap saja truk yang ditumpangi para pejuang terkejar , hingga akhirnya saat melewati gereja Katholik para pejuang memutuskan untuk masuk ke halamannya yang dipenuhi pepohonan lebat , di sana mereka bersembunyi cukup lama agar panser yang mengejar mereka kehilangan jejak.
Setelah keadaan aman para pejuang berniat untuk meninggalkan gereja , namun seorang romo tiba tiba muncul dan mengajak mereka masuk ke dalam ruangan gereja yang ternyata dipenuhi oleh para pengungsi dan pejuang yang terluka , di sini Darmanto juga bertemu lagi dengan rekan rekan eks PETA yang sedang terluka parah dan tak dapat melanjutkan peperangan , mereka menyuruh Darmanto untuk menemui para tentara Jepang yang sedang berkumpul di hotel Decordina , para tentara Jepang itu juga berencana menyerbu penjara Koblen karena di sana ada banyak tentara Jepang lain yang ditawan.
Menjelang sore Darmanto beserta para pejuang memutuskan untuk pergi ke hotel Decordina yang letaknya cukup jauh dari gereja , dengan mengendarai truk mereka menempuh perjalanan melewati jalan jalan kecil agar tidak ketahuan oleh pasukan sekutu yang memblokade jalan raya , untungnya perjalanan itu berjalan lancar hingga dalam waktu singkat akhirnya mereka berhasil tiba di hotel Decordina.
Bangunan hotel ini tampak rusak dan berantakan , kaca kacanya banyak yang pecah sementara di dindingnya banyak lobang bekas tembakan peluru , selain itu di luar hotel juga banyak mayat bergelimpangan hingga menimbulkan bau anyir , beberapa mayat itu adalah rekan rekan sesama eks PETA sehingga Darmanto merasa bersedih atas kematian mereka.
Saat sedang memeriksa mayat di luar hotel tiba tiba Darmanto dihampiri seseorang yang ternyata adalah rekannya sesama eks PETA , tanpa berlama lama ia dan para pejuang lainnya langsung diajak masuk ke dalam hotel yang dijadikan tempat bersembunyi para tentara Jepang , sebagian besar kondisi mereka terluka parah karena tadi siang terjadi baku tembak di depan hotel , lebih buruknya lagi mereka juga kehabisan obat obatan dan hanya punya morphin untuk mengurangi rasa sakit , sementara tentara Jepang yang masih sehat jumlahnya hanya sedikit dan mereka juga kehabisan amunisi.
Setelah berkoordinasi akhirnya para pejuang beserta tentara Jepang memutuskan untuk kembali ke gedung HBS , kemungkinan di sana masih ada sisa senjata , amunisi , ransum dan obat obatan yang bisa dipergunakan untuk tentara Jepang , tanpa berlama lama mereka semua langsung pergi ke gedung HBS dengan melewati rute yang lebih jauh agar tidak ketahuan pasukan sekutu.
Selepas maghrib para pejuang beserta tentara Jepang akhirnya tiba di gedung HBS , suasana di sini sangat ramai karena para pejuang dari berbagai korps telah menjadikan gedung ini sebagai pos pertahanan , sementara di dalam telah berkumpul para komandan BKR , BKR laut dan polisi istimewa yang sedang sibuk merencanakan sejumlah penyerangan , dari mereka Darmanto mengetahui kalau penjara Koblen telah diserang oleh peleton pejuang yang berangkat sore tadi , namun tak ada seorangpun yang tau apakah penyerangan itu berhasil atau gagal.
Setelah mengambil amunisi dan obat obatan Darmanto langsung mengajak para pejuang dan tentara Jepang untuk pergi ke penjara Koblen , dengan mengendarai truk mereka berangkat melewati rute yang telah dibersihkan oleh peleton pejuang sebelumnya sehingga perjalanan ini tidak menemui rintangan apapun , hingga akhirnya saat tiba di dekat penjara Koblen mulai terdengar suara rentetan tembakan yang berlangsung tanpa henti , ternyata peleton pejuang sebelumnya masih terlibat baku tembak di jalanan depan penjara , jumlah mereka hanya tersisa beberapa orang saja sementara sebagian besar rekan rekannya sudah mati bergelimpangan di jalan.

Dengan sigap Darmanto dan para pejuang yang ikut bersamanya langsung turun dari truk , begitu juga dengan para tentara Jepang yang langsung tiarap di jalanan sambil terus menembaki tentara Inggris atau Gurkha yang terlihat " dreett !!... dreett !!... duaar !!... duaar !!... aksi baku tembak itu berlangsung terus menerus hingga akhirnya para pejuang dan tentara Jepang berhasil merangsek maju mendekati penjara Koblen , namun saat mereka hampir mencapai keunggulan tanpa diduga muncul beberapa tank dari jalanan di kiri kanan penjara " bluaar !!... bluuarr !!... bluaarr !!... " seketika para pejuang mulai kocar kacir dihujani tembakan tank tank itu , mereka terpaksa mundur lagi sambil berlindung di balik mobil , truk atau panser yang ditinggalkan di pinggir jalan , namun upaya itu percuma saja karena tembakan tank bisa meledakkan apa saja yang digunakan berlindung , akhirnya banyak pejuang yang mati terkena ledakan sementara sisanya panik tak tau harus berbuat apa.

Tank tank itu tak bisa dihancurkan dengan senapan apapun , sementara untuk melempar granat harus dilakukan dari jarak yang cukup dekat tapi tak ada seorangpun yang berani melakukannya , di saat seperti ini tanpa diduga para tentara Jepang tiba tiba nekat melakukan serangan bunuh diri , sambil membawa ranjau mereka terus berlari hingga berhasil menyelinap di bawah tank tank itu , sekejap kemudian terdengar teriakan " banzaaiiii !!!.. " yang diikuti dengan meledaknya tank tank itu satu persatu " bluuarr !!!... bluuarr !!!... bluaarr !!!... " kobaran api langsung melalap tank tank yang baru saja meledak itu , sementara para tentara Inggris yang berada di dalamnya juga ikut terbakar sambil terus berteriak kesakitan.
Keberanian para tentara Jepang itu membuat para pejuang terkejut , sementara Darmanto melakukan penghormatan dengan membungkukkan badan di dekat tank yang terbakar , selain itu ia juga memungut sebilah pedang samurai milik tentara Jepang yang meledakkan diri tadi , pedang samurai itu ia bawa untuk menggantikan pedangnya yang telah lama hilang di Blitar.
Darmanto beserta para pejuang yang tersisa akhirnya maju meneruskan penyerangan , sisa sisa tentara Inggris dan Gurkha yang berada di depan gerbang penjara bisa dihabisi dengan mudah , setelah itu dengan lemparan granat mereka berhasil meledakkan gerbang depan sebelum akhirnya mereka masuk dan menembaki tentara Gurkha yang berada di dalam " dreet !!.. dreet !!.. dreett !!... " aksi baku tembak berlangsung terus menerus seiring pergerakan para pejuang melewati sel demi sel yang dihuni para tawanan , tak lama kemudian penjara Koblen telah berhasil direbut sementara para tawanan yang berjumlah banyak itu dibebaskan dari selnya masing masing , mereka terdiri dari puluhan pejuang berbagai korps dan juga tentara Jepang kaigun anak buah marsekal Shibata Yaichiro yang ditangkap beberapa hari sebelumnya.
Keadaan di penjara Koblen masih belum aman karena pasukan sekutu akan segera mengirim bala bantuan , sebelum mereka tiba para pejuang dan juga tentara Jepang langsung terburu buru kabur melewati gang gang kecil yang gelap gulita , di tengah kegelapan malam mereka terus berjalan tertatih tatih mencari rute teraman untuk kembali ke gedung HBS , hingga saat menjelang tengah malam mereka akhirnya bertemu dengan truk pejuang lain yang langsung mengangkut mereka kembali ke gedung HBS.
Saat tiba di gedung HBS Darmanto dan teman teman seperjuangannya langsung disambut dengan penuh suka cita , keberhasilan menyerbu penjara Koblen turut melengkapi catatan kemenangan hari ini dimana sejumlah penyerangan di lokasi yang berbeda juga mengalami keberhasilan , sektor barat , timur dan sebagian sektor tengah kota Surabaya sudah berhasil dikuasai pihak Republik , bahkan pos pos pertahanan sekutu yang berada di sektor tengah dan utara sudah terputus sambungan listrik , telepon dan juga saluran airnya , selain itu mereka tak bisa lagi menerima suplai logistik dari Jakarta karena para pejuang di Jawa Barat sudah mencegat kereta api sekutu dan membajak muatannya untuk dikirim ke pihak Republik di Surabaya , sungguh suatu bentuk perjuangan yang benar benar solid dimana semua pihak saling berusaha bahu membahu demi kemenangan di Surabaya.

Saat tengah malam para pejuang yang sudah kelelahan dan mengantuk langsung tidur di sembarang tempat , sementara di luar ada beberapa orang yang siaga berjaga sambil mereguk whisky dan bernyanyi riang , Darmanto sendiri tak bisa tidur dan memilih untuk menyendiri di atap gedung HBS , berbatang batang rokok kretek habis ia hisap sembari merenungi apa yang telah ia alami hari ini , ia telah melihat banyak orang yang tewas terbunuh dan ia merasa bersyukur masih bisa hidup tanpa ada sebutir peluru yang bersarang di tubuhnya , namun ia juga merasa takut kalau peperangan esok hari akan membuatnya mati terbunuh , ia tak bisa membayangkan kalau maut akan memisahkan dirinya dengan anak dan istri yang dicintainya , ia benar benar tak ingin hal itu terjadi namun ia merasa tak kuasa untuk menyingkirkan bayang bayang kematian , hanya dengan bermunajad kepada Allah Darmanto berusaha menguatkan kembali jiwanya yang mulai goyah , baginya hidup atau mati hanyalah kuasa Allah semata , yang jelas selama masih bernafas ia akan terus berjuang demi harapannya bisa hidup berbahagia dalam suatu bangsa yang merdeka , kalaupun ia mati paling tidak anak cucunya kelak yang akan menikmati indahnya kemerdekaan.