Tampilkan postingan dengan label BORNEO YO BRO. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label BORNEO YO BRO. Tampilkan semua postingan

BORNEO YO BRO - cover

 trit ini merangkum cerita petualanganku di pulau Borneo pada bulan Desember 2017 , tepatnya di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur


vigo , renggo


BORNEO YO BRO - Intro

 


Hingar bingar pesta pernikahan Stevanus dan Laurica baru saja berakhir beberapa jam lalu , kini aku dan teman teman lamaku nongkrong di tepi pantai Bonang Lasem sambil menikmati suasana malam yang begitu tenang , di saat seperti ini kami asik bercengkrama dan bercanda sepuas puasnya sebelum besok kami harus berpisah kembali ke kota masing masing.

Renggo : " besok gw balik ke kalimantan , ada yang mau ikutan gak ? "

Pendik : " sakjane pengen bang tapi gak iso , repot lagi akeh gawean "

Priono : " gw juga mesti ngojek nggo , kapan kapan ae nek duwekku akeh tak dolen mrono "

Renggo : " kalo lu gimana vig ?!.. gak pengen maen ke kalimantan ? "

Me : " pengen banget bang , gw udah sumpek di jakarta "

Renggo : " nah kan lu bisa ambil cuti bentar tuh vig "

Seumur umur aku belum pernah mengunjungi pulau Kalimantan dan kurasa sekarang adalah saat yang tepat untuk pergi kesana , aku butuh pelarian dari kesumpekan hidup di Jakarta dan aku masih punya jatah cuti semingguan yang bisa kumanfaatkan untuk refresing , tanpa pikir panjang langsung kuiyakan ajakan bang Renggo yang katanya akan mengajak jalan jalan keliling Kalimantan Selatan hingga Kalimantan Timur.

Me : " minggu depan aja gw ambil cuti semingguan bang "

Renggo : " nah pas itu semingguan di kalimantan vig , gw mau ajakin lu kemana mana , pokoknya lu bakal enjoy di sono "

Besok saat kembali ke Jakarta aku akan langsung mengurus perijinan cutiku , mungkin minggu depan aku sudah bisa terbang ke pulau Borneo yang penuh keindahan dan sekaligus penuh misteri itu , mungkin selama di sana aku juga akan mendapatkan inspirasi untuk menulis cerita baru di Kaskus.

3 Des 2017

BORNEO YO BRO - Borneo Yo Bro !!

 


Saat keluar dari pesawat kepalaku masih terasa pening sementara rasa mual terus menyiksa perutku , penerbangan dari Jakarta ke Banjarmasin membuatku mengalami jetlag karena sebelumnya aku belum pernah terbang sejauh ini , kini dengan langkah lunglai aku berjalan menuju toilet bandara karena aku merasa mau muntah.

" Hoek !!.. hoek !!.. " muntahanku berhamburan mengotori lobang closet , berkali kali aku muntah hingga badanku terasa lemas , sungguh buruk sekali kondisiku saat ini hingga saat keluar dari toilet aku merasa seperti orang yang baru saja dioperasi perutnya.

Kini aku duduk di kursi sambil menunggu kedatangan bang Renggo , cukup lama aku menunggunya hingga setengah jam kemudian aku mendapati sosok dirinya yang sedang berjalan kemari , langsung saja aku berdiri sambil tersenyum sumringah padanya.

Renggo : " vig vig , nyampe sini juga lu akhirnya.. ha.. ha.. "

Me : " ha.. ha.. lama amat datengnya bos ? "

Renggo : " biasa tadi ngantri pas isi bensin , ayo kita cari makan dulu ! "

Dengan bersemangat ia menjabat erat tanganku dan kemudian langsung menenteng koper kecil yang kubawa , sekejap kemudian aku sudah berada di dalam mobilnya yang perlahan mulai melaju meninggalkan bandara Syamsudin Noor.

Me : " makan dimana bang ? "

Renggo : " soto banjar limau kuwit aja vig "

Di sebuah depot soto kami makan bersama sambil bercerita banyak hal , terutama mengenai rencana kami menjelajahi beberapa daerah di Kalimantan Selatan hingga Kalimantan Timur , aku sendiri tidak tahu seperti apa daerah daerah yang akan kami jelajahi itu karena memang baru pertama kali ini aku menginjakkan kaki di bumi Borneo , yang jelas bang Renggo menjanjikan padaku kalau daerah daerah itu memiliki keindahan alam yang menawan sehingga sangat cocok untuk refreshing.

Renggo : " kalo kayak banjarmasin ini kan kota gede vig , isinya cuma gedung doang , gak ada istimewanya "

Me : " manut ae bos , pokoke apik "

Renggo : " kalo gitu besok kita ke daerah paminggir aja "

Me : " ada apaan di sono ? "

Renggo : " ada rawa rawa luas banget , asik suasananya vig , ntar bisa mancing ikan juga di sono "

Me : " trus ada yang angker gak ? "

Renggo : " kalo kita nginep di sono , kita bisa ketemu puake antu laot pas malem malem "

Me : " puake ular naga gede itu bang ? "

Renggo : " iya vig , naga puaka itu , dulu gw pernah lihat di sono , tapi gak tau sekarang masih ada apa ngga "

Sepertinya hari esok akan menjadi petualangan yang mengasikkan , kata bang Renggo daerah yang bernama Paminggir itu geografisnya berupa rawa rawa yang luas dan ada makhluk gaibnya juga di sana , sosok ular naga raksasa yang biasa disebut Puake Antu Laot itu pernah kudengar mitosnya dan kurasa akan sangat menakjubkan kalau aku bisa melihatnya secara langsung , lagipula aku ingin membandingkan wujudnya dengan naga raksasa yang ada di telaga Ngebel Ponorogo atau goa Kalak Pacitan.

Me : " berarti besok kita nginep di sono bang ? "

Renggo : " iya besok kita nginep di sono vig , gw ada temen yang kerja jadi guru di paminggir "

Aku senang jika ada sesuatu yang bersifat gaib di tempat atau daerah yang aku kunjungi , itu bisa kujadikan bahan untuk menulis cerita horor di Kaskus seperti yang kulakukan sejak tahun 2016 silam , karya karyaku macam 'MALANG MYSTERIO atau 'PONOROGO PRAKOSO' settingnya hanya di Jawa Timur saja namun untuk kali ini aku berkesempatan menulis cerita yang bersetting di daerah yang berbeda , lagipula urusan tulis menulis ini sudah aku niatkan sebelum aku tiba di sini.

Me : " gw ntar mau nulis cerita di kaskus lagi bang "

Renggo : " pasti keren tu vig , gw lihat banyak orang yang seneng trit lu "

Me : " ha.. ha.. kita lihat aja ntar bakalan gimana ceritanya "

Entah apa yang akan kualami selama berada di tanah Borneo ini , yang jelas semuanya akan kutuliskan menjadi rangkaian cerita yang terangkum dalam suatu trit yang kuberi judul 'BORNEO YO BRO !! '

11 Des 2017

BORNEO YO BRO - Semalam di Banjarmasin

 


Kota Banjarmasin tampak gemerlapan di malam hari , suasananya tak jauh beda dengan kota kota besar di Jawa namun di sini jalanannya lebih lebar dan lalu lintasnya tidak macet , cukup lama aku diajak jalan jalan sebelum akhirnya perhatianku tersita oleh sebuah patung monyet besar yang disinari spotlight warna warni , kerennya lagi mulut patung itu terus menyemburkan air mancur yang mengarah ke sungai di depannya.

Me : " itu keren patungnya bang "

Renggo : " oh itu patung bekantan vig , mampir bentar ya "

Perlahan bang Renggo mulai melambatkan laju mobilnya dan kemudian memarkir tak jauh dari patung bekantan yang menghadap sungai itu , sementara kulihat ada banyak orang yang berada di sana sambil asik berfoto ria atau sekedar nongkrong , kupikir memang asik suasana tempat ini buat nongkrong di saat malam hari begini , apalagi jembatan yang terbentang di sungai juga dipasangi lampu hias warna warni.

Renggo : " kalo aline ikut ke sini pasti demen dia vig , kayak di singapura kan patungnya "

Me : " ha.. ha.. ayo deh foto foto dulu bang ! "

Dengan bermodal kamera mirrorless kuabadikan pose poseku di depan patung bekantan besar yang ternyata terbuat dari perunggu ini , selepas berfoto bang Renggo mengajakku duduk di tepi sungai sambil menikmati jajanan macam cilok dan batagor.

Renggo : " ini namanya sungai martapura vig , nyabang sama sungai barito yang nyampe kalteng itu "

Me : " trus pasar apungnya dimana bang ? "

Renggo : " kalo pasar apung paling top itu lok baintan namanya , di kabupaten banjar itu deket dari sini , besok pagi aja kita ke sono "

Aku senang bisa berada di sini dan menikmati suasana seperti ini , Banjarmasin menjadi pembuka dari kunjungan pertamaku di Kalimantan ini dan kurasa hari hari esok aku akan mendapati bermacam keindahan yang tersaji di daerah lainnya , yang jelas akan kunikmati sepuas puasnya liburanku di sini sehingga aku bisa melupakan kepenatanku selama berada di Jakarta.

Renggo : " besok pagi kita ke pasar apung trus abis itu langsung bablas ke paminggir "

Me : " oyi bos , trus kalo gw mau beli mandau adanya dimana bang ? "

Renggo : " lu pengen mandau ?!.. ntar di tenggarong ada tukang bikin mandau , lu gw beliin aja di sono , gak usah bayar lu "

Me : " yo wes , suwun yo bang "

Bang Renggo memang seorang tuan rumah yang baik , selama aku berada di Kalimantan ia yang menanggung semua kebutuhanku sehingga aku sama sekali tak mengeluarkan uang sepeserpun , kebaikan seperti ini akan kubalas kalau suatu saat ia ingin datang ke Jawa.

Me : " kita kemana lagi abis ini bang ? "

Renggo : " udah kelewat malem ini vig , ya langsung balik ke rumah gw aja "

Bang Renggo beserta anak istrinya memang menetap di Barabai namun keluarga besarnya berdomisili di kota ini , selepas dari patung bekantan bang Renggo langsung mengajakku ke rumah keluarganya yang tampak begitu mentereng dibandingkan rumah rumah di sekitarnya , sebuah rumah besar berlantai 3 yang katanya hanya ditempati oleh orang tua dan seorang adiknya saja.

Renggo : " ini rumah gw vig , udah sepi gara gara gw tinggal di barabai "

Me : " trus adek lu yang cewe kenapa gak di sini lagi bang ? "

Renggo : " kalo adek gw yang cewek ikut lakinya di singkawang vig , ya di rumah cuma ada adek gw yang cowo aja "

Gerbang rumah baru saja dibuka lalu dengan tergesa bang Renggo mulai memasukkan mobilnya ke halaman yang tampak rindang dipenuhi pepohonan palem , sekejap kemudian ia mengajakku masuk dan memperkenalkanku pada kedua orang tuanya dan juga adik laki lakinya yang bernama Ihsan , keramahan mereka terasa begitu hangat bagi tamu dari jauh seperti diriku ini , bahkan ibunya bang Renggo langsung memasak makanan spesial untukku yaitu keong keong sungai yang dibumbui oseng oseng pedas.

Renggo : " ini tengkuyung namanya vig , keongnya diambil dari sungai bakau "

Ihsan : " nyaman banar , pian makan bahimat mas "

Me : " oyi "

Di meja makan kami rakus menyantap hidangan yang tersaji sembari ngobrol ngalor ngidul , Ihsan adiknya bang Renggo ini ternyata masih duduk di bangku SMA dan sayangnya ia tak punya kesaktian seperti abangnya , ia cuma anak jangkung kerempeng yang memakai kacamata berbingkai tebal seperti hacker.

Renggo : " ya namanya orang itu beda beda minatnya vig , dulu ihsan ini gw paksa belajar tenaga dalam tapi ya dia gak ada semangatnya soal gituan "

Ihsan : " ngalih keitu pang , ulun gaer kada kawa.. ha.. ha.. "

Renggo : " kalo udah maen game baru dia semangat , namatin game sampe berhari hari aja dia kuat "

Ihsan : " ha.. ha.. udah keranjingan ngegame dari kecil mas "

Selepas makan bang Renggo mengajakku ke kamarnya yang berada di lantai 3 , sebuah kamar yang cukup luas dan memiliki balkon di depannya sehingga kami bisa nongkrong sambil memandangi keadaan sekitar.

Renggo : " gw bikin kopi dulu ya vig "

Me : " cepetan bang , adem howone "

Dengan tergesa sang tuan rumah itu turun ke lantai 1 untuk membuat kopi , beberapa menit kemudian ia kembali lagi sambil membawa 2 cangkir kopi hitam , langsung saja kami menyeruputnya pelan pelan sembari ngobrol ngalor ngidul.

Renggo : " lu mestinya nikahin aline tahun depan vig , masak keduluan sama steve "

Me : " gw masih bingung bang "

Renggo : " bingung apaan lagi lu ?!.. kan katanya lu mau S2 di malang ? "

Me : " itu belum fix keputusan gw bang "

Renggo : " lha trus ? "

Me : " gak tau bang "

Kehidupanku di Jakarta sudah mencapai titik jenuh dan aku ingin secepatnya keluar dari ibukota yang semrawut itu , rencananya tahun depan aku akan resign dari media tempatku bekerja dan setelah itu mungkin aku akan melanjutkan study S2 di Malang , namun entahlah aku sendiri belum terlalu yakin dengan rencana itu.

Renggo : " udah ngantuk belum lu ? "

Me : " jam berapa sekarang ? "

Renggo : " udah jam 1 vig "

Me : " yo wes ayo turu saiki ae bos , besok pagi kan mau ke pasar apung kita "

Renggo : " ayo ke kamar ! "

Malam sudah semakin larut dan kami juga sama sama sudah mengantuk , tanpa berlama lama kami langsung beranjak tidur di kamar yang diterangi lampu kecil redup " zzz !!.. zzz !!... zzz !!... zzz !!... " selamat tidur Banjarmasin.

11 Des 2017

BORNEO YO BRO - Rawa Rawa Paminggir

 



Pagi pagi buta bang Renggo membangunkan aku yang masih tertidur pulas , ia akan mengajakku mengunjungi pasar apung yang legendaris itu sehingga aku langsung bersemangat seketika , buru buru kucuci mukaku dan kemudian kukenakan jaket karena cuaca terasa begitu dingin.

Renggo : “ ntar kita ngopi di sono aja , enak suasananya “

Me : “ manut bos “

Dari rumah kami melaju hingga tiba di sebuah dermaga kecil tepian sungai Martapura , ternyata bang Renggo menitipkan mobilnya di sini dan kemudian menyewa perahu kecil yang bentuknya pipih memanjang , kata bang Renggo perahu ini disebut klotok.

Me : “ tukang perahunya mana bang ? “

Renggo : “ gak pake tukang perahu vig , ya gw sendiri yang ngendaliin perahunya “

Me : “ emang bisa bang ngendaliin perahu ? “

Renggo : “ ha.. ha.. dari jaman masih ingusan gw udah bisa naek perahu sendiri “

Tadinya kupikir ada orang lain yang akan mengemudikan perahu klotok ini , tapi ternyata justru bang Renggo sendiri yang duduk di dekat mesin sambil memegangi tuas panjang untuk mengendalikan laju perahu ini , kurasa perjalanan melintasi sungai ini akan menjadi sangat menyenangkan sehingga aku sangat bersemangat saat duduk di bagian depan perahu.

Me : “ pasarnya masih jauh bang ? “

Renggo : “ pasar lok baintan itu deket vig , tapi nyantai aja kita jalannya , biar enjoy “

Mesin telah dinyalakan dan secara perlahan perahu klotok ini mulai berjalan melintasi sungai Martapura yang tampak ramai pagi ini , kulihat ada banyak perahu klotok lain yang tampak hilir mudik kesana kemari , selain itu juga ada perahu agak besar yang ditumpangi oleh banyak orang , bahkan atap perahu itu bisa untuk mengangkut beberapa sepeda motor juga.

Renggo : “ gimana vig ?!.. asik gak ?! “

Me : “ asik ini bang , rame sungainya “

Sungai ini cukup luas dan memiliki banyak percabangan sungai sungai kecil yang entah mengarah kemana , sementara di sepanjang tepian sungai ada banyak rumah rumah kayu yang didirikan di atas permukaan air , itu adalah rumah panggung yang katanya bang Renggo sudah ada sejak jaman dulu karena memang orang Kalimantan hidupnya tidak bisa jauh jauh dari sungai.

Bang Renggo memacu perahu klotok ini dengan lambat sehingga aku bisa terpuaskan menikmati suasana di sepanjang sungai Martapura , semakin lama kulihat ada banyak ibu ibu yang mengenakan caping lebar tampak sedang mendayung perahu yang bermuatan buah buahan atau sayuran , sepertinya lokasi pasar apung yang kami tuju sudah semakin dekat jaraknya.

Beberapa meter di hadapan kami telah tampak puluhan perahu yang bersandar di dermaga tepian sungai , itu adalah pasar apung Lok Baintan yang menjadi tujuan kami dan suasananya benar benar sangat ramai sekali , saat kami tiba bang Renggo langsung mematikan mesin dan kemudian mendayung perahu klotok yang kami tumpangi.

Renggo : “ kita cari kopi dulu vig “

Me : “ mana bang warungnya ? “

Renggo : “ itu di depan “

Me : “ mana ? “

Renggo : “ itu di perahu jukung yang ada atapnya “

Tadinya kupikir bang Renggo mau mengajak minum kopi di warung tapi ternyata kami malah ngopi di perahu lebar yang ada atapnya atau disebut jukung , tak cuma kopi saja yang dijual di perahu ini tapi juga ada jajanan khas pasar macam kue apem , bikang dan juga lepet.

Renggo : “ enak vig itu burasnya , lu makan deh “

Me : “ buras apaan bang ? “

Renggo : “ itu yang dibungkusin daun “

Me : “ itu lepet bang “

Renggo : “ lha iya kalo di sini namanya buras vig “

Ternyata buras yang dimaksud bang Renggo itu adalah lepet , makanan ini memang enak kalau disantap sambil ngopi di atas perahu begini , apalagi suasana pasar apung Lok Baintan yang tampak hiruk pikuk terasa begitu menyenangkan untuk dilihat.

Renggo : “ lu tau pasar apung ini pasti dari iklan rcti oke kan vig ? “

Me : “ iya bang , jaman gw masih sd itu “

Renggo : “ ya sekarang lu udah tau sendiri kayak gimana pasar apungnya “

Me : “ ha.. ha.. asik kalo udah liat langsung gini , habis ini kita foto foto ya bang “

Setelah ngopi aku jadi merasa lebih segar dan bersemangat , kini lekas kusuruh bang Renggo untuk mendayung perahu ke dermaga karena aku ingin berfoto sebentar berlatarkan pasar apung Lok Baintan ini.

Renggo : “ dah keren nih fotonya , kita rokokan dulu deh vig “

Me : “ abis ini kemana lagi bang ? “

Renggo : “ ya ke paminggir langsung aja vig , lumayan jauh itu jaraknya ke sono “

Sebatang rokok baru saja kusulut sementara bang Renggo sedang menelpon temannya yang tinggal di daerah Paminggir , rencananya setelah ini kami akan langsung berangkat kesana dan sekalian menginap semalaman , ada kemungkinan kalau di sana kami bisa menjumpai sosok naga Puaka yang sudah menjadi mitos di kalangan orang Kalimantan.

Jarak daerah Paminggir ternyata sangat jauh , selama berjam jam kami menempuh perjalanan mengendarai mobil sebelum akhirnya tiba di dermaga kecil yang berada di kabupaten Hulu Sungai Utara , dari sini bang Renggo menitipkan mobilnya dan menyewa perahu klotok lagi karena katanya daerah Paminggir itu letaknya terpencil dan hanya bisa ditempuh melalui sungai saja.

Me : “ ini masih jauh bang kalo naik perahu ? “

Renggo : “ ya lumayan jauh vig , sejam paling nyampe sono “

Hari sudah siang dan matahari bersinar lumayan terik sehingga aku tak terlalu menikmati perjalanan di sepanjang sungai , yang kulakukan hanya menyandarkan punggung sambil sesekali kusapukan tangan kananku di permukaan air sungai yang tampak keruh , sementara bang Renggo yang duduk di dekat mesin tampak santai memegangi tuas kemudi sembari terus menghisap rokoknya.

Setengah jam lebih perahu klotok ini melaju hingga akhirnya aku mulai menyaksikan pemandangan yang berbeda , kini di sepanjang tepian sungai aku melihat hamparan rawa rawa yang tampak begitu luas membentang hingga berhektar hektar , bahkan luasnya mungkin melebihi luas perkotaan.

Renggo : “ udah mau nyampe paminggir ini vig “

Me : “ rawa rawa doang gini bang “

Renggo : “ ya gini paminggir ini vig , tapi asik kan ?! “

Aku langsung terpesona melihat hamparan rawa rawa di sepanjang tepian sungai yang kami lewati ini , sambil berdiri di atas perahu aku terus memandangi dengan perasaan takjub luar biasa , rawa rawa yang terbentang luas itu tampak begitu hijau karena tertutupi oleh ribuan eceng gondok berdaun lebat , sungguh indah sekali alam yang tersaji di daerah Paminggir ini.

Renggo : “ bentar lagi udah masuk desa vig “

Me : “ pelan aja bang jalannya , biar enak kalo liat liat “

Bang Renggo mulai melambatkan laju perahu sementara aku masih berdiri di bagian depan sambil terus memandangi suasana tepian sungai , kulihat ada banyak kerbau kerbau besar yang tampak sedang berendam sembari dimandikan oleh beberapa orang , selain itu juga ada beberapa anak SD yang mengendarai perahu klotok sendirian tanpa didampingi oleh orang dewasa , mungkin mereka terbiasa pulang pergi ke sekolah dengan cara seperti itu.

Me : “ anak sd aja bisa naek perahu sendiri bang “

Renggo : “ ya namanya hidup di sungai vig , udah biasa kayak gitu “

Ketika memasuki desa aku semakin takjub karena pemukiman di sini bukan berdiri di atas tanah daratan tetapi didirikan di atas rawa rawa , rumah rumah panggung yang terbuat dari papan kayu tampak saling berjejejeran di sepanjang tepian sungai yang kami lewati , bahkan juga ada rumah rakit yang mengapung apung di permukaan air sungai.

Me : “ gak ada daratannya ini bang , rumahnya di atas rawa semua “

Renggo : “ di sini emang gak ada daratannya vig , kalo bikin rumah ya di atas rawa “

Me : “ kok kayunya gak lapuk kena air sampe lama ? “

Renggo : “ itu bahannya pake kayu ulin vig , tahan air kuat banget pokoknya “

Bagi orang seperti diriku bisa berada di sini dan menyaksikan kehidupan di atas rawa rawa adalah suatu pemandangan yang baru , ketika perahu merapat bang Renggo langsung mengajakku keliling desa dan aku dibuat makin terkagum kagum melihat suasananya , ternyata jalan jalan di desa ini semuanya terbuat dari titian papan kayu yang disusun layaknya jalan di daratan , bahkan orang orang terlihat santai mengayuh sepeda pancal tanpa takut tercebur ke rawa , selain itu tak ada satupun orang yang terlihat sedang mengendarai motor karena kata bang Renggo orang sini tak ada yang punya sepeda motor , bagi mereka lebih penting punya perahu karena hanya itu satu satunya transportasi yang berguna di rawa rawa.

Me : “ baru sekarang gw liat desa kayak gini bang “

Renggo : “ unik kan vig , di jawa gak ada yang kayak gini “

Me : “ trus kita kemana lagi ini bang ? “

Renggo : “ ayo ke rumah temen gw ! “

Kami terus melangkahkan kaki di atas jalan yang terbuat dari titian papan kayu ini , hingga akhirnya kami tiba di sebuah rumah kecil berdinding kayu yang dicat warna biru , sementara seorang pria yang mengenakan sarung langsung menyambut kedatangan kami dan mempersilahkan untuk masuk ke rumahnya , pria itu adalah temannya bang Renggo yang bernama bang Fajri.

Fajri : “ ikam lawas banar kada kemari nggo “

Renggo : “ ha.. ha.. baru bulikan ka banjar jri , di barabai sibuk kerjaan terus “

Dua orang ini tampak berbincang akrab sementara aku hanya terdiam sambil menghisap rokok , beberapa menit kemudian istrinya bang Fajri datang menyajikan kopi dan langsung kami seruput bareng bareng.

Fajri : “ wah pian dari jakarta itu jauh banar “

Me : “ ya baru pertama ini ulun ke kalimantan bang “

Fajri : “ pian kada usah heran maliat kampung ulun keini , namanya jua orang rawa mas “

Me : “ ulun malah senang liat suasana di sini bang , di jakarta sumpek tiap hari macet “

Renggo : “ sini biar cuma rawa rawa tapi asik ya jri “

Fajri : “ ha.. ha.. pokoknya ulun jamin pian nanti segar pikirannya di sini mas “

Setelah lama berbincang bang Fajri berniat mengajak kami memancing , ia membawa 2 batang pancingan , sebilah pisau , 3 buah gelas plastik dan juga sebuah termos yang berisi kopi , walaupun aku tak suka memancing namun sepertinya akan sangat menyenangkan kalau aku menghabiskan sore ini di rawa rawa sambil sekalian berfoto ria , biar teman temanku di Jakarta jadi kagum dan menganggapku sebagai orang yang suka bertualang.

Perahu klotok mulai melaju kencang melintasi sungai hingga akhirnya kami meninggalkan desa , kini di sekeliling kami hanyalah rawa rawa yang dipenuhi enceng gondok lebat sementara kulihat ada beberapa orang yang sedang asik memancing di atas perahunya masing masing , segera saja bang Fajri melambatkan perahunya dan kemudian merapat di tepi sungai.

Renggo : “ cari kodok dulu vig “

Me : “ ngapain cari kodok ? “

Renggo : “ buat umpan ikan “

Entah ikan jenis apa yang ada di sungai ini hingga bang Renggo harus mencari kodok untuk umpan pancing , kini ia dan bang Fajri turun dari perahu klotok lalu sibuk mengaduk aduk lumpur di bawah enceng gondok , tak lama kemudian mereka sudah mendapatkan beberapa ekor kodok yang langsung dimasukkan ke dalam ember kecil.

Renggo : “ dapet banyak vig kodoknya “

Fajri : “ nanti dapat iwak kita makan bareng “

Kedua orang ini baru saja naik perahu lagi dan langsung menyiapkan peralatan pancingnya masing masing , sementara kodok kodok yang dijadikan umpan itu dilemparkan ke sungai dan terus bergerak gerak kesana kemari.

Me : “ ikannya apaan aja bang di sini ? “

Renggo : “ ada ikan haruan sama sidat , kadang juga ada udang “

Ketika mereka sedang asik memancing aku hanya duduk menyaksikan sambil sesekali memotret , beberapa ikan mereka dapatkan hanya dalam waktu kurang dari sejam dan itu sudah cukup untuk acara makan bareng sore ini , tanpa berlama lama bang Fajri mulai bersiap memacu perahunya meninggalkan rawa rawa ini.

Fajri : “ kita besampan ke tambak amun handak bakar iwak “

Renggo : “ ayo cepetan jri ! “

Perahu klotok yang kami tumpangi perlahan mulai melaju lambat melintasi sungai sebelum akhirnya berbelok melewati percabangan sungai sungai kecil dan berakhir di daratan yang berupa tanah urukan becek , ketika kuinjakkan kakiku tanah ini langsung ambles sedikit karena memang diuruk di atas rawa rawa.

Renggo : “ ayo bantuin cari ranting kayu kering vig ! “

Me : “ oyi “

Kami bertiga mencari cari ranting kayu yang berserakan di atas tanah ini dan kemudian mengumpulkannya jadi satu , sekejap kemudian bang Fajri langsung membakarnya hingga tercipta kobaran api yang cukup besar.

Fajr : “ ayo bakar semua iwaknya ! “

Renggo : “ iwak haruannya bahadulu unda bakar “

Ikan ikan itu ditusuk ranting dan langsung dibakar di atas kobaran api yang menyala nyala , ketika sudah matang kami menyantapnya sambil duduk bercengkrama , di saat seperti ini baru terasa petualangan yang sesungguhnya dimana kami serasa menyatu dengan alam yang begitu indah ini , apalagi matahari semakin tenggelam dan langit yang berwarna jingga tampak begitu mempesona untuk dipandangi.

Renggo : “ nih kopinya , habis makan ikan ya ngopi lah enaknya “

Me : “ ha.. ha.. enjoy banget kalo kayak gini bang “

Renggo : “ ya jelas enjoy vig , lu di jakarta kalo ngopi di starbuck doang kan ? “

Me : “ itu buat gaya doang bang , biar gak dibilang ndeso “

Renggo : “ ha.. ha.. “

Dengan santai kami menikmati indah suasana senja sambil mereguk kopi yang dituang ke dalam gelas plastik , sungguh tak sia sia aku jauh jauh datang kemari dan menikmati semua yang tersaji di sini , aku jadi merasa dekat lagi dengan alam setelah sekian lama aku terjebak dalam rimba belantara Jakarta , dimana senja terhalang oleh gedung gedung yang menjulang dengan angkuhnya.

12 Des 2017

BORNEO YO BRO - Puake Antu Laot

 


Ketika malam hari hawa udara di desa ini terasa dingin dan lembab sehingga tak heran kalau warga desa memilih berdiam diri di dalam rumah , suasana jadi terasa sepi dan kulihat juga tak ada penjual makanan apapun di desa ini , padahal kalau di Jawa banyak tukang bakso atau nasgor yang jualan keliling kampung hingga larut malam.

Me : " kalo laper pas malem bisa gawat ini bang "

Renggo : " mesti masak sendiri ini kalo malem malem laper vig "

Untungnya kami sudah kekenyangan makan sehingga malam ini kami tak lagi kelaparan , kini yang kami lakukan cuma menyeruput kopi di beranda rumah sembari mendengar bang Fajri bercerita mengenai sosok naga Puaka , katanya sejumlah warga di daerah Paminggir ini pernah melihat penampakan sosok ular gaib raksasa itu.

Fajri : " dulu malem jam 1 ada orang yang lagi maiwak tiba tiba maliat air sungai muncrat seperti ada perahu klotok lewat , tapi dia kaget ternyata yang lewat itu naga puaka raksasa yang badannya panjang "

Renggo : " trus yang kebo mati itu kapan jri kejadiannya ? "

Fajri : " itu tahun 2014 ada kebo warga ilang kada ketemu pang dicari cari seharian , barulah isuknya ada orang besampan ketemu bangkai kebonya itu di rawa udah hancur runcam tinggal tulang saja , pasti dimakan naga puaka itu "

Sosok Puake Antu Laot pernah kulihat foto penampakannya di Google walaupun aku tak tahu itu foto asli atau editan , ular gaib raksasa itu terlihat tengah berenang di sungai dan ukuran tubuhnya juga sangat panjang , aku sendiri meyakini eksistensi sosok ular gaib yang dianggap mitos itu dan akan kubuktikan sendiri malam ini juga.

Pada saat tengah malam aku dan bang Renggo melakukan astral projection , badan kami duduk bersila di dalam rumah sementara sukma kami telah melayang tinggi di atas hamparan rawa rawa yang tampak gelap gulita , dari atas sini kami dapat mengamati keadaan di segala penjuru daerah Paminggir walaupun tak terlalu jelas juga kami melihatnya , maklum mata astral punya keterbatasan jarak pandang yang menyebabkan foton tidak bisa mencapai objek yang terlalu jauh.

Me : " bisa deteksi energinya bang ? "

Renggo : " gak kerasa ini vig "

Kami terbang terlalu tinggi dan tak bisa melihat ada dimana sosok naga Puaka itu , lebih baik kami turun dan menelusuri hamparan rawa rawa saja agar bang Renggo bisa mendeteksi energinya , siapa tahu kalau ular raksasa itu sedang bersembunyi di dalam sungai.

Me : " bisa kelamaan bang deteksi energinya , rawanya luas banget kayak gini "

Renggo : " ya mau gimana lagi vig "

Hamparan rawa rawa di daerah Paminggir ini begitu luas hingga melebihi luasnya perkotaan , butuh waktu lama untuk menelusurinya dengan cara terbang rendah agar energinya terdeteksi oleh bang Renggo.

Renggo : " nyoba belok ke sungai yang kanan vig "

Me : " oke "

Penelusuran kami berlangsung sangat lama dan nyaris membuat kami putus asa , rawa rawa dan sungai yang bercabang cabang telah kami telusuri sejak tadi namun upaya kami masih belum membuahkan hasil.

Me : " apa emang gak ada di sini bang puakenya ? "

Renggo : " gw gak tau vig , tapi gw dulu pernah liat di sini "

Di tengah kondisi nyaris patah arang kami memutuskan untuk terbang santai saja dan tidak terlalu ngoyo mencari cari keberadaan ular raksasa itu , kami hanya terbang rendah di atas lebatnya enceng gondok yang memenuhi hampir seluruh permukaan rawa , hingga akhirnya bang Renggo tersentak kaget saat ia merasakan ada energi makhluk gaib tepat di bawah kami.

Me : " beneran ada di bawah sini bang ? "

Renggo : " ada vig , tapi gerak terus ini kayaknya , gak diem "

Kami bisa memastikan kalau sosok naga Puaka sedang bersembunyi di balik lebatnya dedaunan enceng gondok yang ada di bawah kami , namun katanya makhluk itu terus melakukan pergerakan secara lambat dan kemungkinan sedang menuju sungai yang letaknya tak jauh dari sini.

Renggo : " ini panjang banget badannya vig , ayo kita ikutin terus sampe sungai "

Me : " gw takut bang "

Renggo : " puake gak nyerang , gak usah takut , kita ati ati aja terbangnya biar gak keganggu puakenya "

Kami harus berhati hati saat terbang rendah di atas hamparan rawa yang tertutupi enceng gondok ini , jangan sampai ular raksasa itu merasa terganggu karena diikuti oleh kami berdua , hingga beberapa menit kemudian kami telah mencapai sungai yang cukup lebar dan saat dilewati oleh naga Puaka permukaan air sungai itu tampak beriak riak.

Renggo : " pokoknya kita ikutin terus vig , ya siapa tau ntar dia keluar dari air "

Me : " ayo wes ! "

Dengan lambat kami mulai terbang rendah di atas sungai yang tengah dilewati oleh naga Puaka , sementara air sungai terus beriak riak dan sesekali kami dapat melihat sisik punggungnya yang menyembul keluar dari permukaan air sungai.

Renggo : " nah vig keliatan dikit tuh badannya "

Me : " tapi ini mau berhenti dimana bang puakenya ?!.. dari tadi renang terus gak berhenti "

Renggo : " ya makanya kita ikutin terus "

Entah mau kemana sosok ular raksasa yang tengah kami ikuti ini , dari tadi makhluk ini terus berenang dengan lambat dan kami tak tahu akan berhenti dimana nantinya , namun tanpa kami duga ketika mencapai percabangan sungai makhluk ini tiba tiba mengeluarkan kepalanya dari dalam air hingga membuat kami kaget seketika " byuuuaar !! " hanya sekejap saja kepala naga Puaka ini muncul sebelum akhirnya masuk kembali ke dalam air.

Me : " keluar bentar bang palanya tadi "

Renggo : " liat jelas gak lu tadi ? "

Me : " ya gak jelas bang , cuma bentar doang tadi "

Walaupun cuma muncul sebentar namun sekilas aku tadi sempat melihat kepala naga Puaka yang tampak ditumbuhi bulu bulu lebat di sekeliling kepalanya , selain itu aku juga sempat melihat gumpalan aneh di atas kepalanya namun aku tak tahu itu apa , yang jelas itu bukan tanduk atau cula.

Me : " di kepalanya ada apaan bang tadi ?!.. kok kayak ada gumpalan gede gitu "

Renggo : " kalo gw cerita ya gak seru dong vig , kita ikutin aja biar ntar lu bisa liat sendiri "

Semakin lama aku semakin penasaran ingin melihat seperti apa wujud naga Puaka ini secara keseluruhan , selepas berbelok di percabangan sungai makhluk ini masih terus berenang dengan lambat hingga akhirnya saat yang kutunggu tunggu tiba juga , beberapa meter di hadapan kami tampak daratan yang berupa tanah urukan dan makhluk ini semakin mengarah ke sana , ketika jaraknya semakin dekat barulah kepalanya keluar dari sungai diikuti tubuhnya secara keseluruhan yang langsung merayap lambat di atas tanah , karuan saja kami kegirangan melihatnya.

Me : " wah keluar ke darat juga bang akhirnya , kalo gini baru bisa liat "

Renggo : " jangan deket deket terbangnya vig "

Kini kami melayang di atas tanah daratan ini sambil mengamati wujud naga Puaka yang tengah merayap lambat di bawah kami , kulihat sisik sisiknya bertekstur halus dan berwarna ungu kebiruan , sementara gumpalan aneh di atas kepalanya itu ternyata adalah bagian yang mirip cengger ayam berwarna kekuningan , selain itu di bagian atas moncongnya ada duri duri kecil dan di belakang kepalanya ditumbuhi bulu bulu lebat berwarna hijau gelap.

Me : " beda ini bang sama naga di jawa "

Renggo : " naga itu ada banyak jenisnya vig , tiap daerah beda beda "

Me : " tapi kok gak ada kakinya bang ? "

Renggo : " ya emang gini puake antu laot itu vig , naga di kalimantan gak ada yang punya kaki "

Naga terbesar yang pernah kulihat adalah penghuni telaga Ngebel Ponorogo dan wujudnya berbeda jauh dengan sosok Puake Antu Laot ini , kulihat naga yang satu ini tak memiliki kaki sama sekali dan hanya bisa merayap saja di daratan , namun makhluk ini terus aktif bergerak menjauh dan tak ada tanda tanda akan berhenti.

Renggo : " kalo buat orang dayak makhluk yang sakral itu cuma burung anggang sama naga vig "

Me : " burung anggang kan penguasa langit , kayak patung di barabai itu kan ? "

Renggo : " iya , itu burung anggang ntar bersinergi sama naga yang jadi penguasa bumi , itu yang bikin ekosistem kalimantan terjaga secara gaib vig "

Aku senang melihat sosok naga Puaka yang tengah merayap dengan lambat itu , bagi orang yang belum pernah atau tidak bisa melihatnya makhluk itu hanya dianggap sebatas mitos belaka , namun bagi kami yang memiliki kemampuan astral projection sosok Puake Antu Laot itu benar benar nyata adanya , walaupun kami tidak bisa pamer foto di sosmed karena kami tak bisa membawa kamera saat melakukan astral projection.

Me : " puakenya gak berhenti bang , kita ikutin lagi apa ngga nih ? "

Renggo : " gak usah deh , udah cukup kan kita liatnya ? "

Me : " yo wes "

Perlahan sosok naga Puaka itu mulai meninggalkan daratan dan masuk kembali ke dalam sungai , entah akan pergi kemana lagi makhluk itu kami sudah tak mengikutinya seperti tadi , bagi kami sudah cukup melihat penampakan wujudnya walaupun cuma sebentar saja , biarkan sosok Puake Antu Laot itu menikmati kehidupannya di rawa rawa Paminggir yang begitu luas ini.

12 - 13 Des 2017

BORNEO YO BRO - Keliling Balikpapan

 


Perjalanan jauh dari kota Amuntai membuat kami kelelahan saat tiba di Balikpapan sore ini , kini tak ada yang kami lakukan selain bersantai melepas lelah di sebuah taman yang bernama Bekapai , letaknya berada di pusat kota dan suasananya juga cukup ramai , kulihat ada banyak orang yang pada nongkrong di gazebo sembari internetan menggunakan laptop atau tablet , kata bang Renggo taman ini memang menyediakan fasilitas wifi gratis sehingga tak heran kalau banyak orang yang memanfaatkannya tiap sore begini.

Renggo : " kita santai dulu deh vig , nongkrong sini sambil wifian bentar "

Me : " tapi abis ini foto foto di air mancur ya bos "

Renggo : " oyi gampang itu "

Kami berdua leyeh leyeh di gazebo sembari internetan menggunakan tablet masing masing , kulihat bang Renggo sedang asik membaca berita lokal sementara aku membuka channel Youtubeku sendiri dan memutar rekaman lagu mars Arema yang kunyanyikan menggunakan aplikasi Smule

Renggo : " lagi buka apa lu vig ?!.. kok ada lagu arema ? "

Me : " ini lagi buka youtube gw yang baru bang "

Renggo : " lu bikin youtube baru ? "

Me : " iya bos , buat upload lagu lagu smule "

Renggo : " smule apaan vig ? "

Me : " smule buat nyanyi pake hape bang , trus rekaman videonya gw upload ke youtube "

Renggo : " coba gw pengen lihat vig , youtube lu apaan namanya ? "

Me : " vigo vampiro "

Gara gara mendengar rekaman nyanyianku bang Renggo malah penasaran ingin melihat channel Youtubeku yang baru kubuat di awal tahun 2017 , aku memang membuatnya untuk menampung rekaman lagu lagu yang kunyanyikan menggunakan aplikasi Smule.

Renggo : " wah banyak banget vig lagunya ? "

Me : " ya tiap abis nyanyi di smule pasti gw upload ke youtube bos "

Renggo : " lagu rocknya apaan aja nih ? "

Me : " banyak itu bang , cari aja sendiri "

Kubiarkan bang Renggo memutar rekaman lagu lagu rock di channel Youtubeku sementara aku hanya melihat reaksinya saja , aku ingin tau seperti apa penilaiannya terhadap kualitas olah vokalku.

Me : " gimana keren gak suara gw ? "

Renggo : " ya lumayan vig , napa lu dulu gak nyoba ikutan indonesian idol aja ? "

Me : " gw pernah ikut audisi pas taun 2006 "

Renggo : " tapi kok gak lolos ? "

Me : " ya jurinya aja yang bego "

Renggo : " ha.. ha.. ha.. ngeles aja lu "

Hampir sejam bang Renggo asik mendengarkan lagu lagu di channel Youtubeku , aku sendiri hanya duduk termangu sambil memandangi air mancur yang ada di tengah tengah taman ini , semburan air mancur itu memancar dari sebuah tugu berbentuk aneh yang dikelilingi kolam melingkar.

Me : " kok aneh bang bentuk tugunya ? "

Renggo : " itu tugunya dari perunggu vig , simbol banua patra "

Me : " apaan itu banua patra ? "

Renggo : " kota penghasil minyak , kan banyak tuh kilangnya di bukit sampe teluk "

Aku baru tau kalau kota Balikpapan ini adalah daerah penghasil minyak dan tugu yang menyemburkan air mancur itu adalah simbolisasinya , kini lekas kuajak bang Renggo berfoto di sana mumpung hari masih belum beranjak gelap.

Selepas dari taman Bekapai bang Renggo langsung mengajakku jalan jalan keliling kota Balikpapan ini , kulihat suasananya tak jauh beda dengan Banjarmasin dimana ada banyak gedung dan juga pertokoan , namun setelah cukup lama mengamati barulah aku sadar kalau kota ini tampak lebih bersih dan rapi , tak ada ceceran sampah di pinggir jalan ataupun kertas kertas iklan yang biasanya ditempelkan di pohon atau tembok , bahkan baliho iklanpun jumlahnya sangat sedikit dan penempatannya juga tidak mengganggu pandangan mata.

Me : " kotanya kok rapi bersih gini ya bang ? "

Renggo : " lu tau vig ?!.. balikpapan ini kota terbersih seindonesia "

Me : " mosok ? "

Renggo : " gak cuma terbersih seindonesia tapi juga seasean , lu google aja kalo gak percaya "

Ternyata kota Balikpapan ini mendapat predikat sebagai kota terbersih seIndonesia dan juga seAsia Tenggara , tak heran kalau setiap sudut kota ini tampak bersih dan tertata rapi , beda jauh dengan Jakarta atau kota kota besar di Jawa yang suasananya tampak awut awutan.

Me : " enak kalo hidup di kota kayak gini bang "

Renggo : " gw dulu pas masih kecil juga tinggal di sini vig , listriknya sering mati trus kalo abis hujan pada keluar biawaknya "

Sedari tadi kami terus muter muter keliling kota Balikpapan sebelum akhirnya bang Renggo mengajakku ke pantai yang letaknya cukup dekat dengan kota , ketika kami tiba hari sudah beranjak petang sehingga kami bisa menyaksikan keindahan senja di pantai yang bernama Kemala ini.

Renggo : " santai dulu vig , kita ngopi di warung aja "

Me : " oyi bos "

Dua gelas kopi telah tersaji di meja kami yang berada di luar warung , sambil ngopi kami bisa melihat debur ombak yang bergulung gulung beberapa meter di hadapan kami " byuuarr !!... byuuarr !!... " mendengar suara deburannya membuatku merasa enjoy nongkrong di sini , apalagi hembusan angin laut terasa begitu segar saat menerpa mukaku.

Renggo : " menurut lu gimana kalo ibukota indonesia dipindah ke balikpapan sini ? "

Me : " ya kalo gw sih setuju aja bos mau dipindah ke balikpapan , samarinda , atau palangkaraya , kan posisi teritorialnya pas di tengah tengah indonesia , biar wilayah timur gak timpang pembangunannya "

Renggo : " gw juga setuju 100 % , lagian pulau jawa itu udah kelewat rusak , udah kotor energinya , butuh direcover "

Me : " tapi apa mungkin kalo ibukota beneran dipindah ke sini ? "

Renggo : " ya mungkin aja , tapi kayaknya masih lama "

Entah kenapa tiba tiba bang Renggo membicarakan wacana soal pemindahan ibukota Indonesia ke Balikpapan , tentu saja hal ini akan mempengaruhi banyak hal di segala bidang dan mungkin juga akan merubah wajah Indonesia di masa mendatang.

Renggo : " indonesia gak bakal jadi mercusuar dunia kalo ibukota masih di jakarta , cuma kalimantan ini yang paling cocok jadi titik pusatnya indonesia yang baru "

Me : " pikiran gw juga kayak gitu bang , pokoknya dipindahin ke kalimantan deh "

Renggo : " itu harapan besar gw di masa depan vig , udah waktunya indonesia transisi ke era yang bener bener baru "

Raut muka bang Renggo tampak berapi api saat membicarakan harapannya mengenai masa depan negara ini , aku sendiri sepemikiran dengannya dan kuharap ibukota Indonesia benar benar akan dipindahkan ke kota Balikpapan ini , kalau sampai hal itu terjadi kurasa bangsa ini benar benar akan bertransisi ke era baru , suatu era yang disebut Kalasuba oleh Prabu Jayabaya.

Selepas Isya kami beranjak meninggalkan pantai Kemala dan kemudian mampir makan di sebuah restoran sea food yang bernama Dandito , kata bang Renggo restoran ini menyediakan aneka macam masakan kepiting yang sangat digemari warga Balikpapan.

Renggo : " enak enak vig kepitingnya dandito ini , bondan winarno aja pernah ke sini "

Me : " gw bisa habis banyak kalo udah makan kepiting bos "

Renggo : " lu mau makan kepiting sampe teler juga gw bayarin vig "

Me : " ha.. ha.. mak nyos iki bos "

Dulu sewaktu tinggal di Pacitan aku biasa makan kepiting segar yang bisa dibeli murah di dermaga nelayan , saat itu pula aku mulai berhenti mengkonsumsi daging hewan darat dan beralih mengkonsumsi hewan laut karena energinya lebih bersih , apalagi waktu itu aku sedang menempa kemampuan supranaturalku sehingga makanan yang kumakan sangat mempengaruhi auraku.

Me : " rame banget bos ? "

Renggo : " ya namanya juga restoran top vig "

Di dalam restoran suasananya sangat ramai namun untungnya masih ada meja yang kosong , buru buru kami duduk di sana dan kemudian memilih menu yang ada di daftar.

Renggo : " lu mau apaan vig ? "

Me : " gw kepiting lada hitam aja "

Cukup lama kami menunggu pesanan hingga akhirnya seorang pelayan datang dan menurunkan kepiting kepiting besar di atas meja , semuanya terlihat menggiurkan dan seketika langsung kulahap dengan rakus.

Me : " wah mantep bang kepitingnya , ndaging banget iki "

Renggo : " ha.. ha.. kalo kurang nambah lagi vig "

Tak sampai setengah jam kami sudah menghabiskan hidangan masing masing dan kemudian beranjak meninggalkan restoran Dandito dengan penuh kepuasan , kini bang Renggo langsung mengajakku ke rumah neneknya karena kami akan menginap di sana malam ini.

Kureguk segelas teh hangat sembari duduk sendirian di teras rumah kecil ini , sementara bang Renggo masih berbincang dengan neneknya di dalam kamar dan aku mulai merasa ngantuk menungguinya dari tadi “ hoaahh !! “ berkali kali aku menguap sambil merenggangkan persendianku yang terasa pegal sebelum akhirnya aku terdiam dan kembali teringat dengan sosok Naga Puaka yang kujumpai semalam , masih terbayang jelas sosok ular gaib raksasa di rawa rawa Paminggir itu dan kurasa akan sangat menarik kalau ditulis menjadi cerita di trit ‘BORNEO YO BRO !! ‘ , lagipula banyak pembacaku yang menunggu cerita berbau mistis karena sejak dulu aku memang dikenal sebagai seorang penulis cerita horor atau mistis mistisan.

Kuraih tabletku lalu dengan malas kupencet pencet layar touchscreennya , perlahan mulai terangkai kata demi kata yang membentuk alur cerita kejadian semalam hingga akhirnya aku bertemu sosok Puake Antu Laot , cukup lama aku menulisnya sambil terkantuk kantuk hingga tanpa kusadari bang Renggo sudah duduk di dekatku.

Renggo : " lagi ngapain lu vig ? "

Me : " lagi nyicil nulis cerita kaskus bang "

Renggo : " lu nulis cerita pas kita ketemu puake semalem ? "

Me : " iya bos , keren itu dijadiin cerita mistis "

Renggo : " wah wajib lu tulis tuh ceritanya , biar orang tau kalo puake antu laot emang ada "

Me : " kalo di kutai ada apaan bang makhluknya ? "

Renggo : " lha ini yang seru vig , di kutai ada yang namanya lembuswana "

Me : " apaan itu bang ?! "

Renggo : " ya gak seru kalo gw cerita sekarang vig , besok kalo udah sampe kutai lu liat sendiri deh kayak apa lembuswana itu "

Me : " tapi nemunya susah apa gak ? "

Renggo : " ya kita usaha aja pokoknya , siapa tau aja bisa ketemu "

Bang Renggo punya segudang pengalaman bertemu dengan bermacam makhluk gaib di seantero Kalimantan , katanya ia pernah bertemu makhluk yang disebut Lembuswana sewaktu ngastral di hutan Kutai beberapa tahun lalu , entah seperti apa wujudnya aku tak bisa membayangkan karena bang Renggo tak mau menceritakannya padaku , yang jelas kalau besok aku bisa menemukan makhluk itu maka aku akan punya bahan lagi untuk menulis cerita mistis.

13 Des 2017

BORNEO YO BRO - Tanda Tanda Gempa Bumi

 


Saat lagi enak enaknya tidur bang Renggo tiba tiba membangunkanku , rupanya ia berniat mengajakku ngastral entah kemana , kini dengan malas aku mulai bermeditasi hingga akhirnya sukmaku terlepas dari tubuhku yang duduk bersila di dalam kamar.

Me : “ emang mau ngastral kemana bang ? “

Renggo : “ tadi priono nelpon gw , katanya dia mau ngastral ke balikpapan vig “

Me : “ trus kita nungguin dia dulu nih bang ? “

Renggo : “ kita tungguin di kilang minyak vig , ntar dia nyusul ke sono “

Perlahan kami melayang tinggi di atas kota Balikpapan sebelum akhirnya kami melesat terbang menuju kilang minyak Pertamina yang berada di tepi teluk , kulihat di sana ada banyak cerobong cerobong yang menjulang tinggi dan juga tangki tangki besar yang saling berjejeran satu sama lain.

Renggo : “ kita ndarat di atas tangki vig “

Me : “ oyi “

Ketika tiba di kilang minyak kami langsung mendarat di salah satu tangki besar , tak ada yang kami lakukan selain berdiri di sini sambil memandangi komplek kilang minyak yang begitu luas ini , lagipula kami sedang menunggu kedatangan teman lama kami bang Priono yang katanya akan segera ngastral kemari.

Renggo : “ ini priono udah ngastral apa belum ya vig ? “

Me : “ kecapekan abis ngojek paling bos , kan biasanya sampe malam dia ngojeknya “

Renggo : “ tungguin dulu aja “

Bang Priono masih belum datang juga padahal sudah cukup lama kami menunggunya di sini , yang kami khawatirkan kalau ia batal ngastral kemari gara gara kecapekan ngojek hingga larut malam , maklum saja profesinya sebagai tukang ojek online benar benar menyita waktu dan tenaga.

Me : “ apa kita yang ngastral ke malang ? “

Renggo : “ gak usah deh vig , tungguin sini aja “

Untung saja kami masih punya kesabaran untuk menunggu bang Priono hingga akhirnya ia benar benar tiba di sini , kulihat sukmanya yang mengenakan kaos putih tampak melayang di antara cerobong cerobong tinggi sebelum akhirnya ia mendarat tepat di hadapan kami berdua.

Renggo : “ lawas banar no ?!... gw tungguin dari tadi “

Priono : “ yo sepurane nggo , tadi kelamaan ngopi di warung “

Bang Priono berniat mengajak kami ngastral ke pesisir samudera Hindia yang katanya sudah berada dalam kondisi mengkhawatirkan , ia bilang rekahan lempeng tektonik yang memanjang mulai dari lautan Nias hingga Flores sudah terselimuti kabut hitam tipis yang disebut Samkara , kabut hitam itu bermuatan energi negatif yang berasal dari dalam bumi dan sejak tahun 2014 terus keluar secara berkala , kalau kabut hitam itu sudah keluar sedikit ke permukaan laut maka akan segera diikuti dengan keluarnya muatan energi negatif yang lebih besar di satu titik tertentu hingga akhirnya terjadi gempa bumi berkekuatan minimal 5 skala richter , itulah cara kami melihat tanda tanda gempa bumi secara astral yang tentunya beda jauh dengan apa yang dilakukan orang orang di BMKG.

Me : “ kita kemana dulu ini bang ? “

Priono : “ kita ke ntt dulu vig “

Renggo : “ ayo buruan no ! “

Dengan cepat kami terbang menyeberangi lautan sebelum akhirnya kami tiba di kepulauan yang ada di Nusa Tenggara Timur , di tengah hamparan lautan kami melihat kabut hitam tipis yang menyelimuti permukaan air laut hingga berkilo kilo meter , tanpa berlama lama kami mulai terbang menelusuri ke arah barat hingga mencapai pulau Nusa Penida dan kabut hitam ini masih ada hingga berkilo kilo meter ke arah barat.

Renggo : “ ini beneran sampe ke nias no ? “

Priono : “ lha ayo kita liat sendiri nggo ! “

Kami terus terbang ke arah barat hingga akhirnya kami tiba di pulau Jawa , kulihat sepanjang pesisir selatan pulau ini tampak terselimuti kabut hitam yang lebih pekat daripada sebelumnya , bahkan selepas melewati pulau Nusa Kambangan kami melihat betapa pekatnya kabut di sepanjang pesisir Jawa Barat hingga selat Sunda dimana terdapat anak gunung Krakatau.

Renggo : “ apa sini yang bakalan gempa no ? “

Priono : “ yo mungkin ae nggo , ayo lanjut miber terus ! “

Kabut hitam ini memanjang hingga mencapai pesisir barat pulau Sumatera dan tampak sama pekatnya dengan yang ada di pesisiran Jawa barat tadi , kondisi seperti ini membuat kami kesulitan memprediksi titik dimana akan terjadi gempa nantinya.

Renggo : “ apa bakalan gempa di sini no ? “

Priono : “ udah gempa di bengkulu , pas tanggal 6 kalo gak salah “

Renggo : “ kok gw gak tau kalo bengkulu gempa duluan no ? “

Priono : “ makanya baca berita nggo , biar gak kudet lu “

Ternyata semingguan lalu sudah terjadi gempa di Bengkulu dan entah akan terjadi dimana gempa berikutnya , kini kami terus terbang menelusuri hingga mencapai pulau Nias dan di sinilah berakhirnya kabut hitam itu , kulihat pesisir lautan yang mengarah ke Aceh tampak bersih tanpa ada kabut hitam sedikitpun.

Renggo : “ habis di sini no kabutnya “

Priono : “ lha emang gw bilang sampe nias “

Me : “ kira kira segede apa bang energi negatif yang bakalan keluar ntar ? “

Priono : “ gw gak tau vig , kalo gede banget ya bisa sampe 7 skala richter ke atas “

Renggo : “ wah kalo segitu ya bahaya no , bisa tsunami ntar “

Priono : “ ya moga aja gak tsunami “

Kata bang Priono gempa berikutnya akan terjadi lebih dahsyat lagi dan kemungkinan juga berpotensi menimbulkan gelombang tsunami , menurut perkiraannya gempa itu mungkin akan terjadi di pesisir laut Jawa Barat atau Sumatera Barat karena kabutnya sangat pekat sekali.

Me : “ kira kira kapan bang itu gempanya ? “

Priono : “ gw juga gak ngerti vig , paling gak sampe semingguan “

Renggo : " kalo emang udah waktunya gempa ya mau gimana lagi no ?!.. sekarang buminya udah sekarat , udah sakit sakitan "

Peradaban jaman sekarang bagaikan racun yang membunuh bumi secara pelan pelan sehingga wajar kalau belakangan sering terjadi bencana alam , itu adalah cara bumi untuk menyembuhkan dirinya sendiri dan manusia harus siap menghadapi segala konsekuensinya.

14 Des 2017

BORNEO YO BRO - Hari Pertama di Tenggarong

 


Dari balik kaca jendela mobil kuamati suasana kota Tenggarong yang ternyata tak seramai Balikpapan atau Banjarmasin , tak ada gedung atau pertokoan yang tampak mentereng di ibukota Kutai Kartanegara ini , bahkan masih banyak terdapat lahan kosong yang hanya ditumbuhi rerumputan , selain itu jumlah kendaraan yang melaju di jalan cuma sedikit sehingga kami bisa santai mengelilingi jalanan kota ini.

Me : " kita kemana dulu ini bang ? "

Renggo : " ngopi dulu vig , capek gw nyetir terus "

Dengan santai bang Renggo terus memacu mobilnya melintasi jalanan yang ditanami pepohonan palem di trotoarnya , beberapa menit kemudian kamipun tiba di sungai Makaham yang tampak begitu luas terbentang di sepanjang tepian jalan yang kami lalui ini.

Me : " gede juga sungainya bang "

Renggo : " ini sungai ngalir sampe ke selat sulawesi vig , kapal tongkang pada lewat sini semua "

Akhirnya kami mampir di sebuah warung yang berada di tepian sungai ini , sambil menyeruput kopi kami bisa menikmati suasana sungai yang membelah daratan kota Tenggarong ini , kulihat ada banyak perahu klotok yang wira wiri di sepanjang sungai ini , selain itu juga ada kapal agak besar yang bisa mengangkut beberapa mobil sekaligus.

Me : " itu mobil kok diangkut kapal bang ? "

Renggo : " itu kapal feri vig , orang kalo mau ke samarinda , sangatta atau bontang sering naek itu "

Aku senang melihat suasana sungai seperti ini , apalagi di sepanjang tepian sungai dibangun jalur pedestrian yang tampak bersih dan dipenuhi pepohonan rindang , sementara di kejauhan kulihat ada jembatan besar bercat kuning yang terbentang di atas sungai ini.

Me : " itu jembatan apa namanya bang ? "

Renggo : " itu jembatan kutai vig , dulu pernah ambruk pas tahun 2011 "

Me : " oh yang ambruk jembatan itu ya ? "

Renggo : " itu udah dibangun jembatan baru , dulu pas ambruk kalo mau nyebrang mesti naek feri "

Me : " apik yo bos jembatane "

Selepas ngopi kusempatkan untuk berfoto sejenak di tepi sungai ini sebelum akhirnya kami beranjak meninggalkan warung , kali ini bang Renggo langsung memacu mobilnya menuju jembatan Kutai dan sekejap kemudian kami mulai menyeberangi sungai Mahakam.

Me : " wah kipa ilakes bang diliat dari sini "

Renggo : " kalo direkam videonya pake drone keren vig "

Saat menyeberang aku merasa takjub memandangi sungai Mahakam dari jembatan ini , sementara tak jauh dari sisi kiri jembatan ada sebuah pulau kecil yang di tengah tengahnya terdapat menara yang menjulang tinggi , selain itu di ujung tepi pulau terdapat tulisan 'Pulau Kumala' yang menghadap ke jembatan ini.

Me : " pulau kumala tu apaan bos ? "

Renggo : " oh itu buat wisata vig , besok aja gw ajak lu mampir ke sono "

Kulihat di belakang tulisan 'Pulau Kumala' itu ada sebuah patung gajah besar berwarna keemasan yang mengenakan mahkota dan memiliki sepasang sayap seperti rajawali , entah aku tak tahu makhluk apa itu sebenarnya , yang jelas akan sangat keren kalau aku berfoto di sana esok hari.

Me : " itu patung gajah kok punya sayap bang ? "

Renggo : " ya itu yang namanya lembuswana "

Me : " itu lembuswana bang ? "

Renggo : " lha iya itu lembuswana vig , dulu dipake raja kutai buat tunggangan gaib "

Me : " berarti ada beneran dong makhluk kayak gitu ? "

Renggo : " ya ada lah vig , makanya besok malem gw mau ngajak lu ngastral ke hutan kutai biar lu bisa liat sendiri "

Ternyata patung gajah bersayap yang ada di pulau Kumala itu adalah makhluk yang disebut Lembuswana , kata bang Renggo makhluk itu dulunya digunakan sebagai tunggangan gaib raja raja di kerajaan Kutai Kartanegara dan juga Kutai Martadipura , bahkan saat terjadi peperangan gaib makhluk itu juga digunakan sebagai kendaraan tempur yang mampu meluluhlantakkan pertahanan pasukan musuh.

Renggo : " lu tau sendiri kalo kerajaan jaman dulu itu perangnya secara gaib juga vig , ya lembuswana itu yang dipake perang "

Me : " gajah ada sayapnya gitu mana bisa dikalahin bang ? "

Renggo : " lembuswana itu cuma bisa kalah sama naga erau vig , itu naga gede yang ada di teluk kaba kutai timur , deketnya muara sungai mahakam "

Aku terus menyimak apa yang dikatakan bang Renggo , ternyata di Kutai tak hanya ada Lembuswana saja tapi juga ada makhluk yang disebut naga Erau , semacam naga mirip Puake Antu Laot yang katanya berukuran lebih besar dan mendiami suatu teluk di wilayah Kutai Timur.

Renggo : " tadi di bundaran cbd kan ada itu patungnya naga erau vig , tapi besok pagi aja kita liat patungnya yang lebih keren di pulau kumala "

Me : " trus dulu pernah ketemu bang sama lembuswana atau naga erau itu ? "

Renggo : " ya pernah lah , dulu pas ngastral sama jalu ketemu tuh lembuswana sama naga erau "

Me : " trus ngapain pas udah ketemu ? "

Renggo : " dulu gw sama jalu niatnya mau jadiin khodam , tapi gak taunya kuat itu gak bisa dikalahin vig "

Me : " tapi sama raja kutai kok bisa dijadiin tunggangan ? "

Renggo : " ya raja kutai kan sakti sakti vig , mesti bisa nundukin makhluk begituan "

Selepas melintasi jembatan aku tak lagi menikmati suasana perkotaan , pikiranku sibuk sendiri membayangkan seperti apa wujud Lembuswana dan juga naga Erau itu di alam astral , selain itu aku juga merasa agak takut kalau nantinya terjadi apa apa sewaktu ngastral karena kata bang Renggo kedua makhluk itu termasuk ganas dan agresif.

Renggo : " lembuswana itu bisa terbang vig , dia kalo keganggu ya bakalan ngejar terus orang yang gangguin "

Me : " lha trus gimana kalo kita dikejar lembuswana ?!.. ayahab iku bos "

Renggo : " ya pokoknya kalo udah kepepet kita langsung buru buru balik ke badan aja "

Me : " kalo naga erau bahaya gak ? "

Renggo : " sama bahayanya vig , itu naga diem di dalem air tapi ntar kalo misalnya sukma kita terbang di atas sungai tau tau dia nyamber gitu aja "

Me : " wah kalo kesamber bisa mampus dong ? "

Renggo : " iyalah , bisa ancur sukma kita dimakan naga erau "

Selama melakukan astral projection aku selalu menghindari segala macam resiko namun untuk kali ini sepertinya aku harus bermain main dengan bahaya , kuanggap semuanya sebagai tantangan demi bisa membuktikan sendiri eksistensi makhluk makhluk itu di alam astral.

Menjelang petang kami check in di sebuah hotel kecil yang letaknya tak terlalu jauh dari stadion yang bernama Aji Imbut , kata bang Renggo stadion itu adalah homebasenya klub sepakbola Mitra Kukar yang menjadi kebanggaan warga Kutai Kartanegara.

Renggo : " besok pagi aja kita jalan jalan ke stadion vig , keren itu buat foto foto "

Me : " oyi bos , kalo abis ini kita kemana lagi ? "

Renggo : " kita nongkrong di taman kota raja vig , di sono suasananya enak trus yang jualan makanan juga banyak "

Selepas mandi kami beranjak meninggalkan hotel dan kemudian mampir di sebuah taman yang bernama Kota Raja , letaknya berdekatan dengan jembatan Kutai dan juga pulau Kumala yang berada di tengah tengah sungai Mahakam.

Me : " keren bang tamannya , lampu lampunya kayak pohon "

Renggo : " pemkab kutai emang demen bikin taman vig , ini aja baru kelar dibangun "

Taman Kota Raja ini terlihat indah karena ada deretan tiang tiang lampu berwarna ungu dan bentuknya seperti pohon , sementara letaknya yang berada di tepi sungai Mahakam membuat pengunjung bisa melihat indahnya jembatan Kutai dan juga patung Lembuswana yang berada di pulau Kumala , patung berukuran besar itu tampak indah dilihat saat malam hari karena ada sorotan spotlight di sekelilingnya.

Me : " kalo dilihat pas malem gini keren bang "

Renggo : " kerenan ini ya vig kalo dibandingin sama patung bekantan di banjarmasin "

Pulau Kumala berada tepat di seberang taman ini sehingga aku bisa melihat patung Lembuswana dengan lebih jelas lagi , ternyata sosok berkepala gajah itu memiliki tanduk panjang dan telinga mirip kerbau , sementara tubuhnya yang tampak pendek ternyata adalah tubuh singa , selain itu kaki kakinya juga memiliki cakar panjang seperti rajawali , sungguh benar benar aneh sekaligus mengerikan wujud Lembuswana itu , entah apa jadinya kalau aku benar benar menjumpainya di alam astral.

Me : " wujudnya aneh banget bang ternyata "

Renggo : " ha.. ha.. kalo di barat ada makhluk yang namanya griffin vig , itu campuran singa sama rajawali , tapi masih kalah aneh sama lembuswana ini kan ? "

Me : " kalo ini campuran singa , rajawali , kerbau sama gajah bang "

Renggo : " ya cuma di kutai ada makhluk beginian "

Aku begitu terpesona memandangi patung Lembuswana yang berada di pulau Kumala itu , apalagi melihat wujudnya yang aneh jadi membuatku merasa ngeri sekaligus penasaran ingin melihatnya langsung di alam astral , tentunya akan sangat menegangkan kalau melihat makhluk seaneh itu tak lagi diam mematung tapi benar benar hidup dan bergerak.

14 Des 2017

BORNEO YO BRO - Hari Kedua di Tenggarong

 



Semalam kota Tenggarong diguyur hujan deras sehingga pagi ini cuacanya benar benar terasa dingin , meskipun begitu kami tetap bersemangat lari lari di komplek luar stadion Aji Imbut yang pagi ini tampak diselimuti kabut tebal.

Me : " keren ya bos stadionnya , kanjuruhan sama gajayana kalah "

Renggo : " ha.. ha.. emang keren stadionnya pesut etam ini vig , udah kayak stadion eropa "

Sambil berlari aku terus mengamati bangunan stadion yang tampak megah dan modern ini , atapnya yang berbentuk melingkar membuatku teringat dengan stadion stadion top di Eropa , sementara komplek di sekelilingnya tampak tertata rapi dan bersih sehingga tak heran kalau ada banyak orang yang datang berolahraga pagi ini.

Me : " ayo bang foto foto bentar ! "

Renggo : " ayo deh , abis ini langsung balik ke hotel "

Sejenak kami menyempatkan diri untuk berfoto ria berlatarkan stadion Aji Imbut ini sebelum akhirnya kami kembali ke hotel , buru buru kami mandi dan kemudian langsung mencari sarapan di warung sekitar hotel.

Me : " abis ini langsung ke pulau kumala bang ? "

Renggo : " ntar agak siang aja ke sono , abis ini ke museum mulawarman dulu aja "

Me : " apaan tuh isinya bang ? "

Renggo : " ya barang barang peninggalan kerajaan kutai vig , biar lu tau sejarahnya dikit , trus buat foto foto juga keren di sono "

Sebelum mengunjungi pulau Kumala bang Renggo berniat mengajakku mengunjungi museum yang bernama Mulawarman , katanya di sana tersimpan benda benda peninggalan kerajaan Kutai yang merupakan kerajaan tertua di Nusantara , selain itu ia juga bilang kalau di sana keren buat foto foto karena bangunannya adalah peninggalan jaman dulu yang berarsitektur klasik kolonial.

Dengan santai bang Renggo memacu mobilnya melintasi jembatan Kutai sebelum akhirnya kami tiba di bundaran CBD dimana terdapat menara jam bercat kuning dan juga patung naga Erau yang berada di tengah tengah kolam bundaran.

Renggo : " mampir sini dulu ya vig , kan kemarin belum foto foto di sini "

Me : " oyi "

Perlahan bang Renggo melambatkan laju mobilnya dan kemudian memarkir di dekat menara jam bercat kuning , ia bilang menara jam itu disebut jam Bentong dan di dalamnya terdapat ruangan yang berfungsi sebagai visitor center.

Renggo : " masih tutup vig visitor centernya "

Me : " yo wes foto foto ae bos "

Kemarin sore kami langsung bablas menyeberangi sungai Mahakam dan tak sempat mampir ke sini , kini mumpung sudah berada di sini kamipun langsung berfoto ria berlatarkan jam Bentong dan juga patung naga Erau yang tampak tinggi menjulang di seberang jalan.

Renggo : " itu patung naga erau baru kelar dibangun vig "

Me : " kemarin pas lewat gak gw perhatiin bang "

Renggo : " kalo di alam astral gede itu aslinya , naga puaka yang kemarin gak ada apa apanya "

Patung sepasang naga Erau itu tampak tinggi menjulang di tengah tengah kolam bundaran , sementara wujudnya tak jauh beda dengan naga naga lain yang biasa kulihat di alam astral , namun naga Erau tak memiliki kaki dan ada mahkota yang menghiasi kepalanya.

Me : " kenapa kok naga erau pake mahkota kayak lembuswana ? "

Renggo : " ya soalnya itu kan peliharaannya kerajaan kutai vig "

Cuma sebentar kami di sini sebelum akhirnya bang Renggo mengajakku ke museum Mulawarman yang ternyata terletak tepat di seberang jalan , ketika tiba kulihat ada patung Lembuswana berukuran kecil yang menghiasi pelataran museum ini , lekas saja kuajak bang Renggo untuk berfoto di depannya.

Me : " ini kulitnya kok kayak sisik bang ? "

Renggo : " ya aslinya emang gitu vig , sisiknya kasar kayak trenggiling "

Saat melihat patung Lembuswana ini dari dekat aku baru sadar kalau kulitnya ternyata bersisik kasar mirip hewan trenggiling , sungguh benar benar aneh dan tak bisa dibayangkan seperti apa wujud aslinya di alam astral.

Saat masuk ke dalam museum kulihat ada banyak barang barang kuno peninggalan kerajaan Kutai , ada batu batu prasasti , meriam dan senapan kuno , peralatan pecah belah macam piring atau guci , hingga kursi singgasana raja dan ratu.

Renggo : " kutai kartanegara dulu perang sama kutai martadipura vig , pas menang akhirnya dianeksasi trus namanya ganti jadi kutai kartanegara ing martadipura "

Me : " berarti ini mulai abad ke 4 sampe abad 19 bang ? "

Renggo : " ya kan sempet ditaklukin sama majapahit juga vig , trus pas abad ke 17 jadi kesultanan islam , abis itu inggris sama belanda dateng "

Bang Renggo paham betul sejarah kerajaan Kutai dari abad ke abad , sedari tadi ia terus bercerita panjang lebar bak seorang guide sementara aku hanya mendengarkan sembari melihat barang barang di museum ini , tak cuma barang peninggalan kerajaan Kutai saja tapi juga ada barang khas Dayak macam mandau , tameng , kain tenun , alat musik sape dan beberapa tengkorak hasil ngayau.

Me : " tengkorak kok disimpen di sini bang ? "

Renggo : " ini dulu kepala orang yang kalah perang vig , biasanya kalo abis ngayau pada dikumpulin potongan kepalanya "

Sambil melihat barang barang aku juga menyuruh bang Renggo untuk memotretku berkali kali , aku ingin teman temanku di Jakarta menganggap diriku sebagai orang yang cinta sejarah.

Me : " jam berapa bang sekarang ? "

Renggo : " udah jam 10 nih vig , kita cabut sekarang aja ya "

Cukup lama kami berada di museum ini sebelum akhirnya kami beranjak keluar pada jam 10 pagi , tanpa berlama lama kami langsung bablas menuju jembatan penyeberangan menuju pulau Kumala yang letaknya tak terlalu jauh dari museum.

Renggo : " kalo nyebrang lewat jembatan repo repo ini vig "

Me : " asik nih , tinggal jalan aja nyampe pulau bang "

Tadinya kupikir jembatan yang terhubung dengan pulau Kumala ini bisa dilalui mobil tapi ternyata hanya pejalan kaki saja yang bisa lewat , kini dengan santai kami berjalan melintasi jembatan bercat kuning ini sementara di bawah kami mengalir sungai Mahakam yang arusnya tampak deras selepas hujan semalam.

Me : " keren bos jembatan kutai kalo dilihat dari sini "

Renggo : " ayo foto lagi aja ! "

Jembatan Kutai yang berada di kejauhan terlihat lebih keren kalau dilihat dari sini , kamipun menyempatkan diri untuk berfoto ria berlatarkan jembatan besar itu sebelum akhirnya melanjutkan langkah kaki ke pulau Kumala.

Saat tiba di pulau Kumala suasananya tampak sepi karena hari ini bukan hari libur , yang kami lakukan cuma berjalan kaki mengelilingi tiap jengkal pulau ini sambil melihat lihat apa saja yang ada di sini.

Renggo : " itu pura pasak vig , keren buat foto "

Me : " ayo ke sono ! "

Dengan bersemangat kami berjalan menuju sebuah pura yang disebut pura Pasak , bangunannya tak jauh beda dengan pura di Bali namun ada sepasang patung naga Erau di pagar serta patung Lembuswana di depan gapura , lekas saja kupasang kameraku pada tripod mini lalu kami berdua berfoto bersama di sini.

Me : " keren bang "

Renggo : " ayo jalan lagi ! "

Selepas dari pura Pasak kami berjalan lagi melewati rumah adat suku Dayak dan juga menara tinggi yang disebut sky tower , sayangnya kami tak bisa naik karena menara itu hanya dibuka saat hari libur saja.

Me : " kemana lagi kita ? "

Renggo : " ke kolam naga erau aja vig , di sono patungnya lebih keren "

Kali ini bang Renggo mengajakku ke sebuah kolam dimana terdapat sepasang patung naga Erau yang berukuran besar dan sebagian tubuhnya tampak terendam air kolam , sementara di tengah tengah kolam juga ada patung Lembuswana kecil dan ada sosok perempuan yang sedang berdiri di punggungnya.

Me : " itu siapa bang yang naek lembuswana ? "

Renggo : " kalo itu putri karang menelu namanya vig , dia istri raja kutai yang pertama , katanya sih pas masih bayi dia dibawa lembuswana ke hulu sungai mahakam trus dianter ke orang kerajaan yang ngasuh dia , nah pas udah gede dia sering naek lembuswana lewat sungai mahakam ini trus dicegat sama naga erau "

Me : " beneran gak tuh ceritanya bang ? "

Renggo : " ya gak tau vig , legendanya ya kayak gitu "

Cerita legenda terkadang bisa merupakan suatu kenyataan atau cuma sebatas karangan belaka , namun sejak menguasai kemampuan astral projection aku jadi semakin menyadari kalau cerita cerita legenda di berbagai daerah ternyata memang benar benar nyata dan pernah terjadi di masa lalu , untuk legenda di Kutai ini hal yang bisa dibuktikan mungkin cuma eksistensi Lembuswana dan naga Erau saja , sementara sosok putri Karang Menelu jelas tidak mungkin untuk ditemui di alam astral karena mungkin ia sudah moksa atau melanjutkan reinkarnasinya.

Berkali kali kami berfoto bareng berlatarkan patung naga Erau besar yang melingkari kolam ini , tak lama kemudian kami kembali melanjutkan langkah kaki mengelilingi pulau yang dipenuhi pepohonan lebat ini.

Renggo : " mestinya lu ngajak aline vig , kan dia bisa seneng seneng di sini "

Me : " ya kapan kapan aja gw ke sini lagi ngajak dia "

Fasilitas di pulau ini cukup lengkap selayaknya tempat wisata , kulihat ada resort yang dilengkapi kolam renang dan juga deretan cottage yang berbentuk rumah adat khas Dayak , tentunya akan sangat menyenangkan kalau suatu saat aku mengajak pacarku Aline kemari , biar dia tau kalau pulau Kumala ini jauh lebih keren daripada Ancol.

Renggo : " kita langsung ke patung lembuswana ya vig "

Me : " ayo wes ! "

Hari sudah beranjak siang ketika kami tiba di patung Lembuswana besar yang ada di ujung pulau Kumala ini , ternyata patung yang terbuat dari tembaga ini benar benar keren kalau dilihat dari dekat , rasanya seperti berhadapan langsung dengan makhluk aslinya yang kata bang Renggo juga seukuran dengan patung ini.

Renggo : " ini tingginya sekitar 15 meteran vig , kurang lebih sama kayak aslinya "

Me : " gede juga bang , gajah biasa aja cuma 4 meter "

Aku sampai merasa gamang saat menatap patung Lembuswana setinggi 15 meteran ini , bagaimana kalau makhluk sebesar ini benar benar hidup dan menyerang kami saat sedang ngastral ?!.. apalagi sepasang gadingnya tampak begitu panjang dan tajam.

Renggo : " gw sama jalu dulu pernah dikejar lembuswana ini vig , kalo terbang cepet banget , untung gak sampe kena sruduk gadingnya "

Me : " gw jadi ngeri bayangin kalo beneran ketemu "

Renggo : " tapi tenang aja , pokoknya ntar kalo udah kepepet kita langsung balik ke badan "

Meskipun merasa agak takut namun aku mencoba untuk terus menguatkan nyali , apalagi aku sudah sangat penasaran ingin tau seperti apa makhluk aslinya yang kata bang Renggo menghuni kawasan hutan di Kutai Timur , nanti malam kami akan ngastral ke sana dan entah apa yang akan terjadi.

Renggo : " ayo foto foto dulu , abis ini langsung ke dermaga "

Me : " oke "

Segera kupasang kameraku pada tripod mini sebelum akhirnya kami berfoto bareng berlatarkan patung Lembuswana besar ini , tak lama kemudian kami bergegas meninggalkan pulau Kumala dan bersiap menuju dermaga kota Tenggarong.

15 Des 2017

BORNEO YO BRO - Kemah di Hutan Kutai chapter 1

 


Saat tiba di dermaga ada kapal tongkang yang sedang melintas dan aku langsung nggumun melihatnya , kapal itu berjalan lambat menarik muatan batu bara yang tampak menggunung di belakangnya sehingga akan sangat keren kalau difoto dari dermaga , lekas saja kuserahkan kameraku pada bang Renggo lalu kusuruh ia untuk memotretku beberapa kali.

Renggo : “ vig vig , kapal tongkang aja difoto “

Me : “ keren bos kapal ngangkut areng buanyak kayak gitu “

Bagi bang Renggo kapal tongkang itu adalah hal yang biasa tapi bagi diriku yang baru pertama kali melihat kapal itu sungguh tampak luar biasa , setelah berfoto aku terus memandanginya hingga kapal itu berlalu dari dermaga , kata bang Renggo tujuan akhir kapal itu adalah selat Sulawesi yang jaraknya masih berkilo kilo meter lagi melewati sungai Mahakam.

Renggo : “ gw dulu kan pernah ikut naek tongkangnya perusahaan bokap gw vig , jauh banget dari sini sampe ke selat sulawesi , udah gitu jalannya pelan banget “

Me : “ sama perahu klotok aja kalah cepet itu bang “

Sejenak kami bersantai di dermaga ini sembari mengamati bermacam perahu yang terus wira wiri di sungai , rencananya setelah ini kami akan menuju daerah yang bernama Muara Kaman karena bang Renggo berniat mengajakku melihat pesut yang katanya sering muncul di sana.

Me : “ ada banyak bang pesutnya di sono ? “

Renggo : “ ya cuma dikit vig , sekarang populasinya makin turun “

Me : “ apa gak dilindungi pesutnya ? “

Renggo : “ ya sebenernya dilindungi vig , kan itu satwa endemik yang cuma ada di sungai mahakam “

Me : “ trus kok tinggal dikit ? “

Renggo : “ itu gara gara airnya makin kotor , kan orang desa biasanya suka nyuci di sungai “

Seumur umur aku belum pernah melihat pesut secara langsung sehingga aku merasa bersemangat diajak bang Renggo ke Muara Kaman , menjelang ashar kamipun bersiap berangkat ke sana dengan mengendarai perahu beratap yang disebut ces , bang Renggo menyewanya karena ia khawatir kalau sewaktu waktu turun hujan , apalagi saat ini mendung tebal tampak menggantung di langit kota Tenggarong.

Renggo : “ ayo buruan naek ! “

Me : “ pelan aja bos jalannya “

Perlahan perahu ces ini mulai beranjak meninggalkan dermaga dan terus melaju melintasi sungai Mahakam yang begitu luas terbentang , kunikmati perjalanan ini sambil duduk santai di depan sementara bang Renggo duduk di belakang sembari terus memegangi tuas kemudi.

Me : “ masih jauh bang ? “

Renggo : “ paling sejam udah nyampe muara kaman vig “

Bang Renggo mulai meningkatkan kecepatan perahu ces ini hingga dalam sekejap kapal tongkang pengangkut batu bara tadi terlewati , kini kami terus melaju semakin cepat sebelum akhirnya bang Renggo membelokkan laju perahu di percabangan sungai kecil yang mengarah ke kiri , semakin lama kulihat keadaan di sepanjang tepian sungai mulai tampak berbeda sebelum akhirnya kami melintasi hamparan rawa rawa yang dipenuhi enceng gondok lebat seperti di daerah Paminggir.

Me : “ nyampe rawa bang “

Renggo : “ bentar lagi nyampe muara kaman ini vig “

Kami terus melaju melintasi rawa rawa hingga tak lama kemudian kami tiba di suatu desa yang dipenuhi rumah rumah panggung di sepanjang tepian sungai , saat kuamati ternyata di dinding rumah rumah kayu itu banyak ditempeli poster besar yang bertuliskan ‘save the mahakam dolphin’ , sepertinya itu adalah semacam himbauan untuk mengedukasi masyarakat agar tidak memburu pesut atau mengotori habitatnya.

Desa baru saja terlewati dan tak lama kemudian kami berbelok di percabangan sungai yang suasananya tampak sunyi , sama sekali tak ada pemukiman di sekitar sini , yang ada hanya pepohonan lebat yang memenuhi daratan di sepanjang tepian sungai , kata bang Renggo di sinilah sering didapati kemunculan pesut saat sore hari begini.

Me : “ mana pesutnya bang ? “

Renggo : “ gw matiin dulu mesinnya vig , kita diem aja ditengah sungai "

Setelah mesin dimatikan kami berdiam diri di perahu ces yang mengapung apung di tengah sungai , sementara kulihat di sekelilingku sama sekali tak ada tanda tanda kemunculan pesut , entah harus berapa lama kami menungguinya di sini.

Me : “ mana bang ?!.. gak ada pesutnya “

Renggo : “ ya tunggu agak sorean dikit “

Hampir sejam kami berdiam diri di tengah sungai namun pesut yang kami tunggu tunggu tak kunjung menampakkan diri juga , aku mulai merasa bosan dari tadi terus menunggu dan sepertinya kami hanya buang buang waktu saja berlama lama di sini.

Me : “ gak muncul bang pesutnya “

Renggo : “ ini pesutnya gak muncul gara gara lu vig “

Me : “ kok gara gara gw ? “

Renggo : “ kan lu belum nikah “

Me : “ lah apa hubungannya ? “

Renggo : “ pesut gak suka sama orang yang belum nikah , makanya gak mau muncul “

Me : “ yang bener aja bang ? “

Renggo : “ loh beneran ini vig , orang yang belum nikah itu gak bisa dibilang setia , nah pesut gak suka itu “

Me : “ kok pesutnya bisa tau kalo gw belum nikah ? “

Renggo : “ ya mereka bisa ngerasain baunya orang yang belum nikah “

Me : “ ha.. ha.. ngasal aja kalo omong “

Renggo : “ ha.. ha.. dibilangin gak percaya lu “

Ada ada saja omongan bang Renggo ini , bisa bisanya ia bilang kalau pesutnya tidak mau muncul karena aku belum menikah , kurasa itu hanyalah semacam sindiran saja agar aku cepat cepat menikahi Aline.

Renggo : “ gw mau cerita vig “

Me : “ apaan ? “

Renggo : “ dulu ada cowok pendatang dari jawa , dia kerja di tambang batu bara trus pacaran sama cewek dayak yang tinggal di desa deketnya tambang “

Me : “ trus tu cewek dinikahin sama dia ? “

Renggo : “ janjinya sih mau dinikahin vig , tapi pas kontraknya si cowok di tambang itu habis dia langsung kabur balik ke jawa “

Me : “ ceweknya ditinggal dong ? “

Renggo : “ iya ditinggal gitu aja , padahal udah janji mau dinikahin “

Me : “ trus abis itu gimana ? “

Renggo : “ lu tau vig ?!.. tu cowok pas udah pulang ke jawa tau tau burungnya ilang “

Me : “ burungnya ilang ?!.. kok bisa ?! “

Renggo : “ soalnya itu cewek dayak kadung sakit ati dimainin sama si cowok jawa , udah kadung kecewa dikasih janji palsu , ya akhirnya dia minta dukun dayak buat ngilangin burungnya si cowok “

Me : “ trus akhirnya gimana tuh ?!.. bisa balik lagi gak burungnya ? “

Renggo : “ bisa , tapi si cowok jawa harus balik ke kalimantan buat nikahin si cewek dayak “

Me : “ emang ilmu apaan itu bang kok bisa ilangin burung orang ? “

Renggo : “ itu ilmu kuno dayak pedalaman , pokoknya kalo ada cowok pendatang yang mainin cewek dayak pasti bakalan ilang burungnya “

Me : “ wah serem bang “

Entah benar apa tidak ilmu Dayak yang dikatakan bang Renggo barusan , aku sendiri menangkap maksud pembicaraannya hanyalah soal pernikahan saja , mungkin ia khawatir kalau aku tidak jadi menikahi Aline yang telah kupacari selama hampir 3 tahun , apalagi semasa kuliah dulu ia mengenalku sebagai orang yang suka main perempuan.

Menjelang petang kami masih bertahan di sungai yang begitu sepi ini sementara pesut yang kami tunggu tunggu ternyata tak kunjung muncul juga , dengan kecewa kami kembali ke desa tadi dan kemudian mampir di sebuah warung rakit yang mengapung apung di tepian sungai.

Renggo : “ makan dulu deh vig “

Me : “ ntar rencananya gimana bang ? “

Renggo : “ tungguin temen gw dulu deh , ntar dia nyusul ke sini “

Malam ini rencananya kami akan berkemah di kawasan hutan konservasi Kutai namun kami masih harus menunggu kedatangan teman bang Renggo yang tinggal di kota Sangatta , dialah yang membawa peralatan camping dan sekaligus menjadi guide kami menjelajahi hutan esok pagi.

Me : “ ntar kita kemah di hutan sebelah mana bang ? “

Renggo : “ hutan perbatasan kutai timur vig , trus besok pindah kemah di hutan yang ada di muara deketnya teluk kaba “

Me : “ teluk kaba itu mana bang ? “

Renggo : “ teluk kaba itu udah perbatasan kutai timur sama bontang vig , kan hutan konservasi itu luasnya sampe sono “

Me : “ emang naga eraunya beneran ada di teluk kaba ? “

Renggo : “ dulu gw ketemunya di sono vig , moga aja masih ada “

Kami akan berkemah selama 2 malam untuk mencari keberadaan Lembuswana dan juga naga Erau , untuk nanti malam kami akan berkemah di hutan perbatasan Kutai Timur sementara untuk esok hari kami akan berpindah ke hutan di muara dekat teluk Kaba , semoga saja kami bisa menemukan kedua makhluk mitologi itu agar nantinya bisa kutuliskan menjadi cerita mistis di Kaskus.

Selepas maghrib ada perahu ces yang baru saja merapat ke warung ini dan penumpangnya adalah seorang pemuda berambut gondrong yang bernama Irfan , teman bang Renggo dari kota Sangatta itu membawa sejumlah peralatan camping yang ditumpuk di perahu dan langsung kami turunkan satu persatu , ada satu set tenda yang cukup besar , selehai tikar , tali temali dan sebuah panci kecil.

Renggo : “ ikam makan bahadulu fan ! “

Irfan : “ iya amang , ulun kada sempat makan dari sangatta tadi “

Di dalam warung kami cangkrukan bareng sambil ngobrol sebentar , ternyata Irfan yang usianya lebih muda dariku ini punya segudang pengalaman berpetualang ke alam liar di seantero Kalimantan , bahkan ia juga sudah biasa berhadapan dengan hewan buas macam ular atau buaya.

Irfan : “ pian percaya kada mas ?!... di sungai merabu ada anak handak besampan diserang buaya , ulun langsung lari ambil kayu panjang buat pukul buayanya , kena gigit patah kayunya tapi ulun nekat tendang kepalanya buaya sampe kaki ulun luka kena gigit keini , alhamdulilah pang ada teman yang bantu nolong ulun “

Renggo : “ slamet ikam fan , amun ikam mati kada kawa kita batamuan lagi “

Dengan bersemangat Irfan terus menceritakan pengalamannya berhadapan dengan bermacam hewan buas , bahkan ia juga memperlihatkan beberapa luka yang masih membekas di beberapa bagian tubuhnya.

Irfan : “ ini kaki kanan ulun kena gigit buaya , lumayan parah mas , trus di perut ini ada bekas kena sruduk babi hutan yang punya taring panjang “

Renggo : “ kada ada kapoknya ikam sampe luka keitu... ha.. ha.. “

Me : “ gila bos , gw digigit nyambik aja sakit “

Aku suka orang bernama Irfan ini , ia bagaikan versi Indonesia dari Coyote Peterson yang videonya biasa kutonton di Youtube , tipikal petualang sejati yang seolah tak punya rasa takut menghadapi bermacam hewan buas yang ada di alam liar , selain itu ia juga punya kepedulian tinggi terhadap kelestarian flora fauna di Kalimantan yang mulai terancam punah , bahkan poster ‘save the mahakam dolphin’ yang ada di desa ini ditempelkan oleh Irfan dan teman temannya.

Irfan : “ amun bukan kita siapa lagi pang yang peduli ?!.. kada kawa kita biarkan amun pesut atau orangutan punah “

Renggo : “ hebat ikam fan !!.. unda bangga bekawan lawan ikam “

Di Jakarta aku hanya menjumpai muda mudi yang hobinya cuma ngemall , dugem , atau nongkrong di kafe yang ngehits , tapi di Kutai ini aku bertemu dengan seorang pemuda yang karakternya sungguh membuatku terkagum kagum , Irfan mendedikasikan hidupnya untuk kelestarian alam sebagai suatu panggilan jiwa yang membuatnya merasa lebih hidup sebagai seorang manusia.

Perlahan perahu ces yang kami tumpangi mulai beranjak meninggalkan desa sebelum akhirnya kami berbelok melintasi percabangan sungai yang suasananya tampak gelap dan sepi , hanya ada pepohonan lebat di kiri kanan sungai sementara penerangan kami satu satunya hanyalah sebuah senter besar yang dipegang Irfan.

Me : “ ini masih jauh hutannya fan ? “

Irfan : “ kada jauh lagi mas , di perbatasan kutai timur “

Dengan lambat perahu ces ini melaju menembus kegelapan malam di sungai kecil yang mengarah ke Kutai Timur , sementara di kejauhan kulihat ada nyala lampu petromax dari perahu perahu ces nelayan setempat yang sedang sibuk mencari ikan , kata Irfan nelayan di sini dulunya sering memburu pesut namun sekarang mereka sudah tersadar kalau lumba lumba air tawar itu termasuk satwa dilindungi , bahkan kini mereka ikut menjaga agar populasinya tidak semakin menurun.

Me : “ tapi tadi sore gak ada pesut yang muncul fan ? “

Irfan : “ mungkin pesutnya pindah ke cabang sungai yang lain mas , amun airnya kotor kada himung pesut bediam “

Semakin lama sungai yang kami lewati tampak semakin menyempit sementara pepohonan di tepian tampak semakin lebat , ternyata kami sudah memasuki kawasan hutan konservasi Kutai yang berada di perbatasan Kutai Timur , beberapa menit kemudian bang Renggo mulai merapatkan perahu ces ini ke tepian sungai sebelum akhirnya kami semua turun sambil mengangkati peralatan camping.

Me : “ kita kemahnya masuk hutan bang ? “

Renggo : “ gak vig , kita kemah di sini aja “

Irfan : “ ayo amang bantu pegang senter , ulun handak pasang tendanya “

Dengan tergesa Irfan memasang set tendanya sambil disoroti senter oleh bang Renggo , sementara aku sendiri hanya membantu memasang pasak dan tali temali yang jumlahnya cukup banyak , beberapa menit kemudian tenda yang berbahan kevlar ini akhirnya berdiri juga dan ukurannya cukup besar untuk tidur kami bertiga.

Irfan : “ bantu cari ranting kayu mang , kita buat api unggun bahadulu “

Renggo : “ oke fan , ayo vig bantuin ! “

Setelah mendirikan tenda kami mulai sibuk mengumpulkan ranting kayu dan kemudian dibakar menjadi api unggun , kini suasana di tepi sungai ini tampak sedikit terang karena kobaran nyala api unggun yang baru saja kami buat.

Renggo : “ untung ini tadi gak hujan vig “

Me : “ nek udan yo kembloh kabeh bos “

Dengan beralaskan rumput kami duduk lesehan mengelilingi api unggun yang ada di hadapan kami , sementara Irfan masih merebus air mineral yang dimasukkannya ke dalam panci kecil , beberapa menit kemudian air itu telah mendidih dan langsung ia gunakan untuk membuat kopi sachetan yang ia taburkan di dalam gelas gelas plastik.

Renggo : “ lawas banar unda kada kemah keini fan “

Irfan : “ amun ulun pang kemahnya seminggu sekali , kada betah bediam di rumah terus mang “

Aku sudah lama tidak merasakan asiknya berkemah seperti ini , sambil duduk lesehan mengelilingi api unggun kami asik bercengkrama dan bercanda tawa , sementara kopi , rokok kretek dan beberapa kue apem menjadi sajian yang menemani kami menghabiskan malam di tepi sungai yang sepi ini.

Me : “ kalo masuk hutan ini ada hewan apaan aja fan ? “

Irfan : “ banyak mas , amun pian masuk hutan bisa batamuan lawan bekantan atau orangutan “

Di sepanjang tepian sungai ini adalah kawasan hutan konservasi Kutai yang luasnya sampai berhektar hektar , ketika kami duduk di dekat api unggun sesekali terdengar suara hewan liar yang riuh bersahut sahutan dari dalam hutan , bahkan kami juga mendengar suara lolongan anjing hutan yang membuat suasana terasa agak mencekam.

Me : “ serem bang suaranya “

Renggo : “ ah gitu aja takut vig “

Irfan : “ amun di hutan merabu banyak banar anjing hutannya mas “

Tak terasa malam telah beranjak semakin larut , ketika kulihat layar ponselku ternyata sekarang sudah jam 10 malam lewat , kurasa sudah waktunya untuk bersiap siap ngastral menjelajahi hutan Kutai dan menemukan lokasi persembunyian Lembuswana.

Me : “ kita ngastral sekarang aja bang , kan mesti nyari lokasinya lembuswana “

Renggo : “ lembuswana tinggal di goa vertikal vig , tapi gw lupa itu goanya di sebelah mana “

Irfan : “ goa vertikal masih jauh dari sini mang , arahnya ke timur terus sampe 10 kilometer lebih “

Renggo : “ tapi yakin goanya ke arah timur sono fan ? “

Irfan : “ bujur mang , ulun hapal lokasinya “

Kata bang Renggo Lembuswana tinggal di dalam goa vertikal yang berada di kawasan hutan Kutai ini , sementara Irfan bilang lokasi goa itu masih sekitar 10 kilometer lebih ke arah timur , kurasa untuk menemukannya tak akan terlalu sulit dan kami juga tak perlu membuang buang waktu untuk menjelajahi hutan yang begitu luas ini.

Me : “ gimana bang ?!.. kita ngastral sekarang nih ? “

Renggo : “ ayo deh vig , ntar langsung kita cari goanya “

Me : “ badan kita gimana ntar ?!.. gw pernah dirasuki siluman pas ngastral di hutan ? “

Renggo : “ tenang aja vig , kalo ada api nyala gak bakalan siluman berani dateng ke sini “

Sekitar jam setengah 11 malam aku dan bang Renggo masuk ke dalam tenda dan mulai melakukan prosesi pelepasan sukma , sementara Irfan sendiri masih duduk di dekat api unggun sambil menambahkan ranting kayu agar apinya terus menyala , kobaran api itu juga akan menjaga badan kami agar tidak dimasuki makhluk gaib saat sukma kami sedang keluar.

15 Des 2017