Thread ini merupakan kumpulan cerita cerita horrorku selama kuliah di kota Malang pada tahun 2007 - 2012
Tampilkan postingan dengan label MALANG MYSTERIO. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MALANG MYSTERIO. Tampilkan semua postingan
MALANG MYSTERIO - Diganggu Tuyul di Kosan Deket Kampus STIA
ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar akhir tahun 2007 ketika aku masih kuliah semester 1
Malam beranjak semakin larut ketika aku dan temanku si Indro masih asik ngopi di warungnya Cak Pur yang berada di depan kampus Poltek Malang , kami masih menonton pertandingan bola antara Chelsea vs Arsenal yang kini memasuki menit ke 87 dan kedudukan sementara masih unggul Chelsea 1-0
Me : ” hayoh iki iso ngegolne po ra adebayor ?! ”
(hayoh ini bisa ngegolin pa ngga adebayor ?!)
Cak Pur : ” paling ngko kate nendang bal gak pas maneh ”
(mungkin nanti mau nendang bola ngga pas lagi)
Indro : ” wes deloken ae ki cak ”
(udah lihat saja cak)
Tepat di menit ke 90 Adebayor berhasil masuk ke kotak penalti dan bersiap menembak bola ke gawang Chelsea yang dijaga oleh Cech , and quess what ?!… tembakan penyerang Arsenal itu lagi lagi meleset , bola hanya melambung ke sisi atas sebelah kanan gawang… pupus sudah harapan Arsenal mendapatkan 1 point dari laga ini.
Indro : ” woh aseem !!... goblok tenan wong iki !! ”
(woh aseem !!... goblok banget orang ini !!)
Me : ” seng goblok yo arsene wenger tuku pemain ra mutu ”
(yang goblok ya arsene wenger beli pemain ngga mutu)
Cak Pur : ” wes mudhun klasemen iku arsenal , angel kate juara ”
(udah turun klasemen itu arsenal , sulit mau juara)
Kulihat layar ponselku sudah menunjukkan hampir jam 12 malam , segera saja aku mengajak si Indro buat balik ke kosan , lekas kubayar 2 gelas kopi yang kami minum lalu kamipun berpamitan pada Cak Pur yang tampak mulai bersiap menutup warungnya.
Me : ” muleh sek cak ”
(pulang dulu cak)
Cak Pur : ” oyi , mene mrene yo ”
(iya , besok ke sini ya)
Dengan berboncengan motor kami melaju melintasi jembatan Suhat dan kemudian berbelok ke kanan hingga mencapai pertigaan Dinoyo , perlahan si Indro mulai melambatkan laju motornya sambil mengajakku bicara.
Indro : ” ayo tuku ombe vig ”
(ayo beli minum vig)
Me : ” duitku ngepres ki , dino rebo ae ”
(uangku ngepas ini , hari rabu aja)
Indro : ” tak bayari ki , mari njupuk soko atm aku… gelem ra ?! ”
(aku bayarin ini , habis ambil dari atm aku… mau ngga ?!)
Me : ” yo wis , oyi ae aku bro… ayooh !! “
(ya udah , oke aja aku bro… ayooh !!)
Entah kenapa mendadak si Indro pengen mengajak minum minum , biasanya jika kami berniat minum bareng maka jam 7 malam kami sudah patungan duit , tapi ya sudah ngga apa apa lagian dia yang bayarin… sopo seng ra gelem rekk ?!
Tak lama kemudian kami melintas di depan pasar Dinoyo , segera saja si Indro menyeberangi jalan raya dan kemudian berhenti di sebuah kios kecil yang masih sekomplek dengan pasar…. kios inilah jujukan kami para kubamer jika ingin membeli minuman , mau apapun tersedia semua di sini , mulai dari Mansion House , Brandy , Stanley , Topi Miring , New Port dan saudara saudaranya… rupanya si Indro memesan 2 botol Brandy yang ukurannya kecil tapi kadar alkoholnya cukup tinggi sehingga tak perlu dioplos dengan bir.
Indro : ” piye ngombe brandy ae yo ?!.. jam semene ki ”
(gimana minum brandy aja ya ?!.. jam segini nih)
Me : ” yo sakarepmu ”
(ya terserah kamu)
Setelah pesanannya dibungkus kresek si Indropun segera membayar lalu kami bergegas kembali ke kosan , kali ini dia agak ngebut karena hawa udara terasa semakin dingin menusuk kulit.…Tak sampai 5 menit kami telah sampai di depan pom bensin Tlogomas yang telah tutup , dengan cepat si Indro menyeberangi jalan raya dan kemudian memasuki jalan sempit di sebelah pom bensin…. jalan ini bernama Baiduri Bulan , di jalan inilah terletak kampus STIA tempat si Indro berkuliah dan juga rumah kecil tempatnya indekos sejak 2 bulan lalu , akupun sering menginap di kosannya jika sedang bosan di kosanku sendiri , seperti halnya malam ini.
Pagar besi kosan baru saja kututup dan kugembok , sementara si Indro memasukkan motornya ke lorong depan kamar dimana aku tadi juga memarkir motorku di situ , maklum saja rumah kecil ini tak memiliki garasi…. selain itu jumlah kamarnya hanya ada 4 , itupun hanya 2 kamar saja yang berpenghuni yaitu kamarnya si Indro dan si Iman yang belakangan tak pernah kelihatan batang hidungnya , sementara 2 kamar yang kosong terletak di lantai 2 yang suasananya tampak gelap remang remang... memang aneh rasanya jika kosan yang jaraknya hanya selemparan batu dengan kampus STIA ini masih menyisakan kamar kosong dan terasa terlalu sepi , kami berdua tak mengerti apa alasannya dan kami juga tak terlalu peduli... sementara si Indro masih merapikan posisi motornya di lorong aku langsung berjalan menuju kamar mandi yang letaknya terpisah dengan bangunan induk , untuk ke sana harus melewati pekarangan yang dipenuhi pohon pisang dan juga tiang jemuran , belum lagi jika malam begini keadaannya cukup gelap dan menyeramkan , hanya pantulan cahaya lampu dari lorong saja yang memberi sedikit penerangan , dan di balik rimbun dedaunan pisang terlihatlah kamar mandi yang cuma beratap asbes dan berdinding semen itu , pintunya hanyalah kayu lapuk berlapis seng sementara bohlam 5 watt menjadi penerangan satu satunya.
Dengan tergopoh gopoh aku berjalan menuju kamar mandi dan kemudian kubuka pintunya dengan cepat ” cuuuuurrr !! ” urusan buang airpun tuntas , segera kuambil air dari dalam ember besar buat menyiram kencingku biar ngga pesing , selanjutnya aku mulai membasuh muka , tangan , dan kakiku… sekembalinya dari kamar mandi aku langsung masuk ke kamarnya Indro , kulihat jam dinding sudah hampir jam 1 dini hari dan sudah waktunya untuk membuka botol Brandy , bagi kami para mahasiswa di Malang adalah hal yang biasa menghabiskan malam dengan berkumpul sambil minum minum alias kubam kubaman , tak heran kalau pas pertengahan bulan kami sudah bokek dan harus ngutang sana sini atau istilahnya gali lobang tutup lobang.. ho.. ho..
Indro : " adem adem cocoke yo ngombe bro "
Me : " oyi bro , nek ra ngombe iso katisen awake dhewe "
(oyi bro , kalau ngga minum bisa kedinginan kita)
kini si Indro sudah membuka botolnya dan kemudian mereguk minumannya pelan pelan , akupun juga mulai melakukan hal yang sama dengannya " aahh !!..." beberapa teguk Brandy mengalir lancar melewati tenggorokanku dan perlahan membuat tubuhku jadi terasa hangat… dinginnya udara malam di kota ini perlahan mulai tak terasa lagi , kini yang kami rasakan hanyalah rasa hangat dan rileks.
Indro : ” ayo ngombe karo gitaran ae ”
(ayo minum sambil main gitar aja)
Me : ” lagune opo ki ? ”
( lagunya apa ini ?)
Indro : ” seng slow ae bro ”
(yang slow aja bro )
Me : ” anu.. anjelie ae ”
(anu.. anjelie saja)
Indro : ” oyi ”
Sambil minum kami gitaran bernyanyi lagu lagu slow ballad mulai dari ‘Anjelie‘ nya Flanella sampai ‘Terlalu Manis‘ nya Slank... saking asiknya tak terasa sudah sejam lebih kami bernyanyi sambil mereguk Brandy yang kini hanya tersisa sedikit , aku merasa agak teler dan mulai rebahan di karpet , sementara si Indro baru saja meletakkan gitarnya dan dengan tergesa ia membuka pintu kamar yang terkunci.
Me : ” arep neng ndi kowe ? ”
Indro : ” sek vig , aku kebelet nguyuh ”
(bentar vig , aku kebelet pipis)
Me : ” yo ndang nguyuh kono ”
(ya cepet pipis sana)
Dengan langkah terhuyung huyung setengah mabuk si Indro berjalan ke kamar mandi sementara aku ganti memainkan gitarnya ” jreng !…. jreng !… ” waktunya nyanyi sebuah lagu dari Bang Haji ” minuman keras miras apa pun namamu , tak akan kureguk lagi dan tak akan kuminum lagi walau setetes... “
Sementara aku masih asik gitaran sendiri di kamar mendadak dari luar terdengar teriakannya si Indro , spontan aku segera keluar kamar lalu menyusul dirinya yang masih berada di depan kamar mandi.
Me : ” woe !!... nyapo kowe bengok bengok ?! ”
(woe !!... kenapa kamu teriak teriak ?!)
Indro : ” iki mau enek bocah cilik neng ngisor uwet gedang ”
(ini tadi ada anak kecil di bawah pohon pisang)
Me : ” mosok tho ?!... mabok kowe kuwi ndro ”
(masak sih ?!... mabok kamu itu ndro)
Indro : ” ora vig , tenanan sumpah !!.. aku ngerti tenan bocahe ngadek neng kono ”
(ngga vig , beneran sumpah !!.. aku lihat beneran anaknya berdiri di situ)
Me : ” wes ayo mbalik neng kamar , kakehen ngombe kowe ki ndro ”
(udah ayo balik ke kamar , kebanyakan minum kamu ini ndro)
Kami berjalan kembali ke kamar dan sejujurnya aku tak percaya dengan apa yang dikatakan si Indro tadi , katanya ada anak kecil di dekat pohon pisang… mana ?!.. kuanggap omongannya tak lebih sekedar omongan orang yang terlalu teler sehingga mungkin berhalusinasi saat berada di tempat gelap , lagian selama ini kami tak pernah mendapati hal hal aneh apapun di rumah kos ini…. sesampainya di kamar si Indro langsung menutup pintu dan dengan wajah yang terlihat panik dia menceritakan lagi apa yang barusan ia alami tadi.
Indro : ” iki mau tenanan vig !!.. aku ngerti dhewe “
(ini tadi beneran vig !!.. aku lihat sendiri)
Me : ” wes tho ra sah dibahas , ayo gek ndang dientekne ombene terus turu “
(udahlah ngga usah dibahas , ayo cepet habisin minumnya terus tidur)
Indro : ” sumpah !!… aku ra ngapusi , enek cah cilik iki mau.. gedine sak… “
(sumpah !!.. aku ngga bohong , ada anak kecil tadi.. besarnya se…)
” Bruuaakkk !!!! “ belum sempat si Indro menyelesaikan omongannya tiba tiba saja terdengar suara gaduh dari luar , begitu kerasnya sampai aku yakin bukan kucing yang menimbulkan suara gaduh itu... seketika kami saling pandang keheranan dan kemudian bergegas keluar dari kamar.
Me : ” opo ki mau ndo ?! ”
(apa itu tadi ndro ?!)
Indro : ” yo mungkin cah kuwi mau vig "
(ya mungkin anak itu tadi vig)
Me : ” ayo didelok ae ! ”
(ayo dilihat saja !)
Aku mengajak si Indro menuju tempat cucian yang berada di sebelah kamar mandi karena aku yakin asal suaranya dari sana , dan apa yang telah terjadi ?!?… ember dan bak bak plastik yang biasanya ditumpuk kini pada berserakan tak karuan , semuanya tampak berserakan seolah baru saja ditendang oleh seseorang…. sesaat kami saling pandang penuh keheranan dan tiba tiba saja ” srak !.. srak !.. srak !..” dari balkon lantai 2 berjatuhan hanger hanger plastik , semuanya berhamburan di pekarangan ini.
Me : ” jancuk !!.. enek opo iki ?! "
Indro : ” aku yo bingung iki vig ”
Perasaan kami begitu panik dan bingung sendiri dengan apa yang terjadi , apalagi tak satupun dari kami yang hafal ayat ayat suci , bagaimana kami harus menghadapi jika ternyata sosok anak kecil yang dikatakan si Indro benar benar ada dan membuat ulah yang lebih dahsyat lagi ?!.. kami berdua sungguh merasa takut.
Di tengah keadaan yang tak kami mengerti dan dengan kondisi teler begini kami merasa kalut tak tahu harus bagaimana , pandangan mata kami menyapu seluruh area pekarangan dengan awas hingga tanpa sengaja kulihat sesosok putih kecil sedang nangkring di atas tandon berwarna biru dekat kamar mandi.
Me : ” ndro , kae ndro neng nduwur tandon !! ”
(ndro , itu ndro di atas tandon !!)
Indro : ” iiyo.. yoo.. kkuwi bocahe vig !! ”
(iiya.. yaa.. iitu anaknya vig !!)
Dengan merinding dan gemetaran kami terpana memandangi sosok itu , tubuhnya kecil seperti anak balita , kulitnya putih pucat dan tak mengenakan baju atau celana , sementara mukanya tak bisa kulihat karena kondisi yang terlalu gelap , apakah itu makhluk yang disebut tuyul ?!?... beberapa detik kemudian makhluk itu lenyap entah kemana , aku dan si Indro saling pandang penuh rasa heran sekaligus takut.
Me : ” ngaleh neng ndi mau ?! ”
(hilang kemana tadi ?!)
Indro : ” aaku.. aaku ra ruh , ayo mbalik kamar ae ! ”
(aaku.. aaku ngga tau , ayo balik ke kamar aja !)
Me : ” ayo cepet nek ngono ! “
(ayo cepet kalo gitu !)
Dengan pontang panting kami berlari kembali ke kamar dan begitu masuk kami dikejutkan lagi dengan kondisi kamar yang tak lagi sama saat kami keluar tadi….. tampak 2 botol Brandi kami yang tadi isinya masih tersisa sedikit kini telah jatuh tergeletak dan tumpahannya membasahi permukaan karpet , bahkan 2 bungkus rokok kami ikut basah semua... lagi lagi kami hanya saling pandang dan merasa semakin kalut , bahkan saking kalutnya si Indro langsung meringkuk di kasurnya sambil menutupi sekujur tubuhnya dengan selimut…. tapi tidak denganku , aku memutuskan tetap di luar kamar lalu duduk bersandar di dinding lorong sambil menghela nafas dalam dalam ” fuhhh !… fuuhh !…” seluruh tubuhku telah basah oleh keringat sementara jantungku berdegup tak karuan…. aku mencoba menguasai diri dan meredam rasa takutku , pengalamanku melihat Kuntilanak di kampusku sedikit menempa nyaliku menjadi lebih berani , aku akan mencari cari sosok tuyul itu dan aku tak peduli dengan konsekuensi yang akan terjadi.
Sambil duduk bersandar di lorong kulihat jam dinding yang jarumnya sudah menunjukkan jam setengah 3 dini hari ” fuhhh !… fuuhh !…” kuhela nafasku dan kucoba untuk berdiri lagi , kali ini dengan sisa keberanian aku memutuskan naik ke balkon lantai 2 , aku berharap bisa melihat keadaan sekeliling dengan lebih jelas lagi , aku merasa penasaran dengan makhluk tadi dan ada dimana dia sekarang ?!…. setibanya di balkon lantai 2 aku terus mengamati pekarangan , tandon , kamar mandi , tempat cucian , pohon pisang sampai genting namun tak kujumpai lagi sosok itu , entah lenyap kemana dia... namun samar samar pendengaranku mulai menangkap lirih suara anak kecil sedang tertawa riang ” ha.. ha.. ha.. ha.. ha..” dengan seksama kucoba mencari cari sumber suara itu , aku meyakini suara tawa itu berasal dari dalam kamar mandi , bisa jadi tuyul itu masuk ke sana…. perlahan aku menuruni anak tangga lalu dengan mengendap endap aku berjalan menuju ke kamar mandi , semakin dekat jarakku semakin terdengar jelas suara tawa itu dari dalam kamar mandi , bahkan ketika aku tiba di depan pintu suara tawa itu belum berhenti ” ha.. ha.. ha.. ha.. ha..” sesaat kutarik nafasku dalam dalam dan kuucapkan Bismillah dalam hati , kini tanganku terulur menggenggam gagang pintu dan bersiap untuk membukanya.
Dengan segenap keberanian kubuka pintu kayu berlapis seng ini dan apa yang ada di hadapanku ?!?…. tak ada apa apa selain kloset jongkok , keran dan ember besar buat mandi… dengan rasa ragu aku masuk ke kamar mandi lalu melongok isi ember besar itu , seketika aku terkejut saat mendapati sesuatu yang mengapung apung di dalamnya , bukan gayung plastik tapi beberapa ekor yuyu yang berenang renang di air yang mengisi separuh ember itu ” ohh what the hell ?!... ” dengan kalut aku langsung berlari ke kamar menyusul si Indro , langsung kututup pintunya dan kukunci dari dalam , sementara kulihat si Indro masih meringkuk di balik selimutnya , entah dia sudah tertidur atau belum... karena kelewat kalut akhirnya kulakukan hal yang sama dengannya , kurebahkan diriku di kasur busa dekat ranjangnya si Indro lalu kututupi sekujur tubuhku dengan selimut , kini satu satunya yang kuharapkan adalah pagi segera tiba dan semuanya berakhir.
Di balik selimut tubuhku gemetaran sementara rasa takut terasa begitu mencengkeram , lama lama kurasakan dingin di kedua kakiku dan terus menjalar hingga sekujur tubuhku terasa dingin semua , tak dapat lagi kugerakkan anggota tubuhku walaupun cuma jari tangan atau jari kaki , aku benar benar merasa kaku dan mati rasa... sesekali aku bisa mendengarkan suara tawa itu di luar dan kali ini suara tawa itu terdengar lebih nyaring lagi ” ha.. ha.. ha.. ha.. ha..” dia sedang ada di lorong kosan , tepat berada di tempat dimana motorku dan motornya Indro diparkir ” piye ki duh gusti ?!.. ” aku merasa kepalaku semakin berat dan rasanya aku berada di batas kesadaranku , sementara suara tawa itu bagai siksaan yang luar biasa menakutkan dan aku tidak tahan mendengarnya ” ha.. ha.. ha.. ha..” aaku sangat sangat takut dan lelah untuk bertahan , hingga akhirnya ” kukuruyuuuk !!... kukuruyuuuk !!... " sayup sayup kudengar riuh suara ayam jantan yang berkokok bersahut sahutan sementara suara tawa itu perlahan tak terdengar lagi ” fuhhh !!.. ” kini aku merasa lega luar biasa dan berangsur angsur rasa kantuk menderaku , hingga tanpa terasa aku mulai tertidur ” zzz… zzz.. zzz.. “
” Vig !.. vig !.. tangi vig !! “ samar terdengar suara si Indro membangunkanku sementara tangannya terus menggoyang goyangkan pahaku , segera kubuka selimut yang menutupi sekujur tubuhku lalu aku terduduk lunglai di kasur busa , dengan mata yang masih pedas kulihat jam dinding , rupanya sudah jam 11 siang sekarang ini.
Indro : ” ayo golek makan disek ! ”
(ayo cari makan dulu !)
Me : ” he eh , sek tak raup sek ”
(iya , bentar aku cuci muka dulu)
Dengan malas kubasuh mukaku di keran depan kosan sementara si Indro sibuk memanasi mesin motornya , tak lama kemudian kami berangkat menuju warung Pak Brewok depan kampus UMM , di sini kami makan siang sambil membicarakan apa yang terjadi semalam.
Indro : ” aku wedi tenanan mambengi , lagek iki aku tumon enek demit neng kosanku ”
(aku takut beneran semalem , baru kali ini aku tahu ada setan di kosanku)
Me : ” podo aku yo wedi ra karuan , opo eneh pas neng njeding aku nemu yuyu ”
(sama aku juga takut ngga karuan , apalagi pas di kamar mandi aku nemu yuyu)
Indro : ” mosok tho enek yuyune ?!... aku mau mlebu kok ra enek ? ”
(masak sih ada yuyunya ?!... aku tadi masuk kok ngga ada ?)
Me : ” wes ilang yuyune tuyul kuwi , arep njupuk duitmu paling tuyule ”
(udah ilang yuyunya tuyul itu , mau ambil duitmu mungkin tuyulnya)
Indro : ” sek tak deloke dompetku "
(bentar aku lihat dompetku)
Buru buru si Indro mengambil dompet di saku celananya dan ia langsung terbelalak saat melihat isi di dalam dompetnya itu.
Indro : " waduuuh duwek eketanku kok ra enek ki ?!.. jancuk vig bener omongmu ”
(waduuuh duit lima puluh ribuanku kok ngga ada ini ?!.. jancuk vig bener katamu)
Me : ” lha karek piro kuwi isine ? ”
(tinggal berapa itu isinya ?)
Indro : ” sepuluh ewu thok ki , wingi sek sewidak ewu lho vig ”
(sepuluh ribu aja ni , kemaren masih enam puluh ribu lho vig)
Me : ” mungkin kosanmu dadi sepi goro goro enek tuyul kuwi , podo ngaleh ra betah kabeh ”
(mungkin kosanmu jadi sepi gara gara ada tuyul itu , pada cabut semua ngga betah)
Indro : ” aku yo wes ra wani eneh turu kosan , aku tak turu nggonamu ae yo ngko bengi ? ”
(aku juga ngga berani lagi tidur di kosan , aku tidur di tempatmu aja ya nanti malam ?)
Me : ” yo gampang bro ”
Untuk sementara si Indro menginap di kosanku hingga akhirnya dia mendapat kosan baru di jl Baiduri Pandan , dia sudah kapok tinggal di kosan berhantu itu lagi.
MALANG MYSTERIO - Dikejar Gendruwo di Jalan Sebelah Matos
ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar awal tahun 2008 ketika aku masih kuliah semester 2
Dengan laju pelan si Indro memacu motornya sementara aku yang duduk di boncengan asik melihat lihat kiri kanan jl Veteran ini , di sebelah kiri tampak komplek kampus UM dan di seberang kanan sana tampak kelap kelip cahaya lampu mall besar yang bernama Matos.
Me : " uadem ndro howone , ayo ngopi ae ! "
(dingin ndro hawanya , ayo ngopi ae !)
Indro : " ngopi neng warunge cak pur ae yo vig ? "
(ngopi di warungnya cak pur aja ya vig ?)
Me : " yo wes , nrabas liwat matos ae ben cepet "
(ya udah , nerabas lewat matos aja biar cepat)
Tadi kami baru saja menyaksikan acara tahunan Malang Tempoe Doeloe yang digelar di jl Ijen dan sekarang kami mau ngopi di warungnya Cak Pur yang terletak di jl Soekarno Hatta , tepatnya di depan kampus Poltek Malang… untuk mempersingkat jarak lebih baik kami melewati jalan sempit yang berada di sebelah Matos daripada harus kejauhan lewat jl Gajayana , tanpa berlama lama kamipun menyeberangi jl Veteran dan kemudian memasuki jalan sempit yang tak kutahu namanya ini , warung warung kumuh tampak saling berjejeran di sebelah kiri dan terlihat kontras dengan kemegahan Matos yang berada di sebelah kanan... beginilah pemandangan khas dari kota besar , antara kumuh dan mewah hanya terpisahkan oleh jalan sempit yang kami lewati ini.
Beberapa meter setelah memasuki jalan sempit ini kami mendapati keadaan yang gelap dan sepi , di kiri kanan hanya ada lahan kosong yang ditumbuhi tanaman liar dan juga pepohonan lebat , sementara agak jauh di sebelah barat terlihat rumah rumah penduduk yang sekaligus membuat keadaan jadi agak sedikit remang karena tak ada satupun lampu di sepanjang jalan ini… bisa dibilang keadaan jalan ini masih terlalu gelap untuk dilewati.
Me : ” ayo cepet rodok banter ! ”
(ayo cepet agak kenceng !)
Indro : ” iyo , iki masalahe aku yo rodok ra kethok ”
(iya , ini masalahnya aku juga agak ngga kelihatan)
Segera saja kusuruh si Indro mempercepat laju motornya dan jujur saja aku mulai agak merinding melewati jalan ini saat malam hari begini , namun entah kenapa laju motor si Indro yang tadinya sempat agak cepat tiba tiba malah jadi melambat , lebih buruknya lagi laju motornya malah jadi tersendat sendat dan kemudian mesinnya mati begitu saja.
Me : ” nyapo ki montormu ?!... bensine enthek tho ? ”
(kenapa ini motormu ?!... bensinnya habis tha ?)
Indro : ” ora , mau sek sak literan kok ”
(ngga , tadi masih seliteran kok)
Me : ” lha trus nyapo ki kok mogok ? ”
(lha trus kenapa kok mogok ?)
Indro : ” mboh iki aku yo ra ruh , opo busine paling ”
(entah ini aku juga ngga tau , apa businya mungkin)
Memang benar benar sial malam ini , bagaimana bisa motornya si Indro malah mogok di jalan yang sepi dan gelap begini ” jancuuuk tenan !! ” gerutuku sambil menendangi batu batu kecil di tepi jalan , sementara si Indro berusaha menstarter motornya berkali kali ” jegrek !!... jegrek !!... ” sayang usahanya itu tak membuahkan hasil , mesin motornya tak kunjung mau hidup.
” Jegrek !!... jegrek !!... ” berkali kali si Indro menstarter motornya namun ngga kunjung hidup juga , kini sambil menggerutu ia membuka jok motornya dan mencari cari kunci busi.
Indro : ” njajal tak deloke sek busine vig ”
(coba aku lihat dulu businya vig)
Me : ” yo ndang cepet ae ndro , kebelet nguyuh aku “
(iya yang cepet aja ndro , kebelet kencing aku)
Aku mulai kebelet pipis dan dengan tergesa aku berjalan ke lahan kosong di sebelah kanan jalan , buru buru kubuka celanaku lalu ” cuuuuurrr !! ” kubuang hajat kecil di parit pinggiran jalan ini…. ngomong ngomong merinding juga pipis di sini , apalagi semilir angin malam membuatku jadi agak menggigil , uadem rekk !!... sambil pipis aku melihat lihat lahan kosong yang gelap gulita ini , namun tanpa sengaja mataku melihat sekelebat bayangan hitam tinggi menjulang… tak percaya dengan apa yang kulihat akupun mencoba mengamatinya lebih seksama lagi , bayangan hitam itu berjalan jalan dengan cepat di antara semak belukar dan tanaman liar sebelum akhirnya lenyap dari pandanganku , seketika jantungku berdegup kencang dan dengan terburu buru kuselesaikan urusan pipisku , sekejap kemudian aku kembali ke tempat si Indro sedang mengecek busi motornya.
Me : ” ayo cepet !!... wes kenek rung ?! ”
(ayo cepet !!... udah bisa belum ?!)
Indro : ” sakjane busine ra po po lho ”
(sebenernya businya ngga apa apa lho)
Me : ” lha trus apane ?! ”
(lha trus apanya ?!)
Indro : ” lha kuwi aku yo ra ruh ”
(lha itu aku juga ngga tau)
Di tengah keadaan yang mulai terasa mencekam kukatakan pada si Indro soal penampakan sosok bayangan hitam yang kulihat tadi , aku mulai merasa khawatir jika sesuatu yang buruk akan menimpa kami berdua.
Indro : ” mosok tho ?! ”
(masak sih ?!)
Me : ” tenan iki mau ra ngapusi aku ”
(beneran ini tadi ngga bohong aku)
Indro : ” kethoke seng kok omongne kuwi seng diarani gendruwo ”
(kayaknya yang kamu omongin itu yang namanya gendruwo)
Me : ” halah mbuh , ra ngganceng arep gendruwo opo gatutkoco ra ngurus aku , ayo cepet ! ”
(halah entahlah , ngga peduli mau gendruwo atau gatutkaca ngga peduli aku , ayo cepet !)
Kami merasa panik dan bingung sendiri dengan keadaan ini , namun tak lama kemudian mulai tercium bau pesing seperti air kencing... kata Indro bau pesing ini adalah tanda tanda kemunculan sosok gaib yang disebut gendruwo.
Indro : ” jancuk , tenan omonganmu ki mau vig , jarene nek gendruwo arep metu mesti mambu pesing ”
(jancuk , bener omonganmu tadi vig , katanya kalo gendruwo mau keluar pasti bau pesing)
Me : ” wes ndang lebokno kabeh kuncimu , ayo mbalik nang warung cedake matos ! ”
(udah cepet masukin semua kuncimu , ayo balik ke warung dekat matos !)
Daripada ngurusin motor mogok aku menyuruh si Indro buat balik lagi ke warung dekat Matos tadi , kami berdua mau tak mau harus mendorong motor sial ini , namun belum sempat si Indro memasukkan kunci busi ke dalam jok motor mendadak terdengar suara menggeram ” aarrrgggg !!.. aarrrggg !!!.. ” kami yang mendengarnya langsung terperanjat dan kian merinding tak karuan.
Me : ” ayo mlayu !!.. tak surung ko mburi ! ”
(ayo lari !!.. aku dorong dari belakang !)
Indro : ” iyo ayo !!.. tak putere sek montorku “
(iya ayo !!.. aku puter dulu motorku)
Dengan sekuat tenaga kami berdua mendorong motor agar secepatnya sampai ke warung dekat Matos , peluh kamipun bercucuran seiring rasa kalut yang kian menjadi jadi.
Me : ” ojo mengo mburi , surung terus ndro !! ”
(jangan tengok belakang , dorong terus ndro !!)
Indro : ” iyo !.. iyo !.. ”
Entah kenapa si Indro terus menerus menengok ke arah belakang dan akupun mulai penasaran ada apa di belakang kami , apakah gendruwo itu mengikuti kami ?!…. sambil terus mendorong motor kupaksakan diriku untuk melihat ada apa di belakang dan ” oh my goooodd ??!! ” sosok yang disebut gendruwo itu ternyata mengikuti kami dengan langkah cepat... di tengah kegelapan tampak postur tubuhnya yang tinggi menjulang dan juga kedua matanya yang merah menyala , saking takut aku melihatnya tiba tiba saja kaki kananku terantuk batu ” buukkk !! ” akupun terjatuh dan sialnya si Indro tidak berhenti untuk menolongku , ia tetap mendorong motornya dengan kencang dan meninggalkan aku yang jatuh tersungkur di jalan yang gelap ini ” woe tulung ndro !!.. asu kowe !!.. ” aku hanya bisa mengumpat penuh maki , sementara di belakangku sosok itu terus mendekat dan mendekat ” aahhh !!!…. aahhh !!!.. ” saking paniknya akupun berteriak sejadinya jadinya.
Aku tak punya daya untuk bangkit dan hanya bisa pasrah sama Yang Kuasa , sementara rasa kalut begitu luar biasa mencengkeramku saat aku melihat sosok itu kian mendekat…. aku benar benar ketakutan menatap sosok gendruwo yang berdiri sekitar 4 meteran dari hadapanku itu , apalagi suara geramannya kian menciutkan nyaliku ” ggrhh !!…. grrhh !!…. ggrhh !!... ” dari jarak sedekat ini mataku bisa melihat wujudnya lebih jelas lagi , tubuhnya dipenuhi bulu bulu hitam lebat , kulit mukanya kasar seperti luka bakar , di mulutnya ada taring taring tajam , kuku kukunya juga begitu panjang dan matanya merah menyala seperti bara arang yang membara ” ohh ?!!.. ngaleh kowe !!!.. ngaleho kono !!!… ngaleh !!!.. ” (oh ?!!.. pergi kamu !!!.. pergi sana !!!... pergi !!!...) kucoba mengusirnya sebisaku dan berharap makhluk itu benar benar pergi , tapi ia tak bergeming dan tetap berdiri di hadapanku…. entah apa yang akan dilakukannya kepadaku , aku benar benar sudah pasrah , bahkan tubuhku yang masih tersungkur ini mulai merasa kaku dan berat , sulit untuk bangun dan menggerakkan kakiku ” uuhh !… uhh !.. ” semakin lama kepalaku terasa semakin berat , sementara pandangan mataku jadi agak berkunang kunang.
Di saat aku sudah pasrah tak berdaya sayup sayup mulai kudengar suara gaduh di belakangku , sepertinya suara deru motor dan suara teriakan beberapa orang…. aku merasa lega saat seberkas sorotan lampu motor mendekat ke arahku , sementara sosok gendruwo itu telah menghilang entah kemana ” aahhh !… ahhh !… ” perlahan tubuhku bisa digerakkan lagi , dengan lemas aku rebah terlentang di tengah jalan , energiku benar benar habis ” ahhh !… ahh !.. ” sekejap kemudian ada seorang bapak yang mengangkat tubuhku lalu menaikkanku ke jok motor , sementara si Indro juga ikut naik di belakangku dan mengapitku di tengah , dengan cepat bapak ini memacu motornya dan membawaku ke warung dekat Matos tadi…. sesampainya di warung tubuhku langsung direbahkan di amben bambu , ibu pemilik warung memberiku segelas wedang jahe hangat sementara bapak tadi memijati bahu dan tengkukku ” ahh !… ahh !… ” aku merasa terselamatkan oleh pertolonganNya , aku merasa terbekati oleh keajaibanNya.
Menurut penuturan ibu pemilik warung daerah ini memang sangat angker sejak dulu , jauh ketika Matos belum berdiri di daerah ini ada sebuah sekolahan yang hampir tiap hari siswanya mengalami kesurupan , bahkan meskipun telah dilakukan pengruwatan berkali kali tetap saja penunggu daerah ini tak mau pergi... kini setelah Matos berdiri masih saja ada orang yang kesurupan , entah itu para karyawan atau sekedar orang yang lewat jalan ini pada saat malam hari... sosok penunggu daerah ini tiada lain tiada bukan adalah genderuwo yang tadi mengejar kami.
MALANG MYSTERIO - Tiga Keranda di Jembatan Sengkaling part 1
ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar awal tahun 2008 ketika aku masih kuliah semester 2
2 jam yang lalu kami berempat masih garang membakar panggung dengan lagu lagu Rolling Stones yang kami mainkan , sementara di hadapan kami berjubel para crowd yang saling berjingkrakan dan riuh bernyanyi , ditambah dengan kilau lighting warna warni yang membuat suasana kian semarak….. kini 2 jam kemudian kami berempat berada di tempat yang suasananya berbeda jauh , kami semua pada berjongkok di semak semak sekitar parkiran klub malam Losta Masta tempat dimana kami manggung…. apa yang kami lakukan di sini pada tengah malam begini ?!?.. kami berempat sedang melakukan ritual muntah berjamaah ” hooeeekk !!!… hoeekkkk !!!…. hoeekkk !!!... ” untungnya parkiran ini cukup gelap jadi ngga ada orang yang tau apa yang sedang kami lakukan , gengsi donk kalau tadi gaya gayaan bak rockstar sekarang malah muntah muntah begini… wibawa kami bisa jatuh dan hancur berkeping keping.
Sinyo : ” aduuuh !!... gw gak kuat bro.. hooeek !! ”
Tony : ” elu gak kuat apalagi gw , udah mau tepar aja nih ”
Danang : ” hoeek !!.. ahh sial juga ya kita malam ini ”
Me : ” kitanya aja yg katro , biasa minum topi miring dikasih chivas malah muntah “
Dengan sempoyongan satu persatu dari kami mulai berdiri dan mengambil motor , bahkan tak satupun dari kami yang merasa sanggup mengemudikan motor dengan keadaan seperti ini… efek alkohol sudah terlalu parah dan semua ini gara gara boss kami yang kebanyakan ngasih Chivas saat aftershow party tadi , maklum kita kita ini emang kubamer kelas bawah sekalinya dikasih minuman kelas atas eh malah pada muntah.
Kini kami berempat telah berada di luar klub malam Losta Masta , si Danang memboncengku sementara si Tony membonceng Sinyo…. ketiga teman bandku ini indekos di kampung Tegalgondo yang terletak tepat di belakang kampus UMM dan sialnya tak ada jalan tembus menuju ke sana , jalur terdekat adalah melewati sebuah jembatan kecil yang berada di belakang tempat wisata Sengkaling yang letaknya bersebelahan dengan klub malam ini…. mau tak mau kami harus lewat situ saat tengah malam begini dan dengan keadaan teler berat seperti ini , benar benar situasi dan kondisi yang super buruk tapi mau bagaimana lagi ?!?!… mereka ngga mau aku suruh nginep di kosanku di daerah Tirto Utomo , katanya sih takut kalo pas teler naik motor di jalan raya bisa berujung tabrakan lalu mampus dan masuk neraka karena banyak dosa… ho.. ho.. but it's okay !!.. yang penting besok pagi mereka harus anterin aku balik.
Dengan pelan motor kami melaju melintasi gang di sebelah Sengkaling yang suasananya remang remang sekaligus sepi sekali , di ujung gang sana terdapat jembatan kecil yang saking sempitnya hanya muat dilewati 1 motor saja…. jangan tanya suasana di sana seperti apa , saking horrornya seperti sedang berada di alam lain saja.
Me : ” nang , brani gak lu lewat jembatan ? ”
Danang : ” gw braniin aja vig pokoknya ”
Tak lama kemudian kami telah sampai di jembatan tersebut , Tony yang berboncengan dengan Sinyo melaju mendahului aku dan Danang melewati jembatan itu ” grujuk !... grujuk !... grujuk !... ” terdengar derasnya suara arus sungai Brantas yang membuat keadaan terasa kian mencekam saat kami melintas , apalagi tak ada penerangan apapun di sini karena satu satunya lampu neon di pos dekat jembatan telah mati sejak lama dan tak pernah diganti…. kini yang bisa kulakukan hanyalah mengucap Bismillah sambil memejamkan mata , kuharap saat melek nanti aku sudah berada di perkampungan belakang kampus UMM.
” Fuuhhh !! ” tak terjadi apa apa saat kami melintasi jembatan kecil ini tapi perjalanan horor masih belum selesai , kami masih harus melintasi jalan setapak yang dirabat beton dengan kontur tanah yang menanjak , sementara di kiri kanan kami hanya ada tegalan yang penuh pepohonan lebat dan tentu saja sangat gelap gulita.
Danang : ” vig , pegangan kenceng gw mau ngebut ”
Me : ” ya udah cepetan nang ”
Seketika si Danang menambah kecepatan motornya , sementara Tony yang berboncengan dengan Sinyo melaju beberapa meter di depan kami , namun tiba tiba saja terjadi hal yang mengejutkan ” brakkkk !!!! ” motor yang dikemudikan Tony tau tau terjatuh ” oh shit man ?! ” sepertinya dia terlalu mabuk dan hilang kendali..... spontan aku dan si Danang segera turun dari motor lalu melihat kondisi Tony dan Sinyo , mereka terkapar di tanah dengan motor yang jatuh menimpa kaki , langsung saja kami berdua menolong mereka.
Danang : ” bro gak pa pa lu ?! ”
Me : ” gw bilang juga apa ton , nginep di kosan gw aja beres ”
Tony : ” aduhh , gw tadi nabrak…. ”
Danang : ” nabrak apa ?!.. kucing ?! ”
Tony : ” ttadi gw nabrak keranda mayat di depan gw ”
Me : ” hah ?!.. keranda mayat ?!.. lu ngomong yang bener dong ?!.. udah mabuk lu itu ton ”
Tony : ” sumpah vig !!.. gw bener bener nabrak tadi ”
Danang : ” gila lu ngelantur aja ton "
Sinyo : ” yang bener lu ton ?!.. trus mana kerandanya ?! ”
Tony : ” ttadi di situ , di depan gw pas di jalan itu… ada kainnya ijo , ada tulisan arabnya ”
Ketika aku , Danang dan Sinyo masih meragukan kesaksian Tony mendadak terasa angin kencang berhembus , bulu kuduk kami mulai merinding dan merasa aneh dengan keadaan ini… kami saling pandang penuh keheranan lalu tiba tiba saja si Tony berteriak histeris sambil tangannya menunjuk nunjuk ke arah langit ” iiiitu !!… ituuu !!… itu kerandanya !!... ” spontan kami bertiga menoleh ke arah yang ditunjuknya dan selanjutnya kami hanya bisa terpana melihat sesuatu yang melayang atas sana.
Dengan muka yang basah oleh keringat kami terperanjat menyaksikan sesuatu yang melayang layang di atas tegalan sisi barat jalan setapak ini , tampak keranda yang dimaksud si Tony tadi tengah melayang mungkin sekitar 5 - 7 meteran dari permukaan tanah…. tak ada kain ijo bertuliskan huruf Arab , yang ada kami melihat sosok pocong terbaring di dalam keranda itu " astagfirullah ?!?.. " jantung kami berdegup lebih kencang lagi manakala dari arah berbeda kami melihat 1 lagi keranda yang juga melayang dan tak lama kemudian disusul keranda berikutnya muncul dari tegalan sisi timur jalan setapak ini…. kami benar benar shock , gemetar dan hanya membisu saja melihat 3 keranda mayat itu melayang layang lalu bergerak perlahan dan mengumpul tepat di atas sungai Brantas yang kami lewati tadi…. hingga tiba tiba ” byuuaarr !!!…. byuuaarr !!!!… byuuaarr !!!! ” 3 keranda itu berjatuhan ke dalam sungai tak jauh dari jembatan kecil tadi , suaranya nyaring memecah kesunyian malam dan membuat jantung kami nyaris copot... seketika dengan rasa panik aku langsung menstarter motornya Danang dan menyuruh teman temanku bergegas kabur dari tempat ini " weer !!.. werr !!... " kutarik tuas gas dengan kencang sampai motor ini meraung raung melewati jalan beton yang menanjak , kini Tony membonceng bersamaku dan tangannya mencengkeram jaketku erat erat , sementara di belakangku si Danang memboncengkan Sinyo dan ia juga menarik tuas gas kencang kencang " weer !!.. werr !!... " dengan laju motor yang oleng tak beraturan kami berusaha meninggalkan tempat ini , pokoknya kami harus segera sampai kosan secepat yang kami bisa.
Sudah nyaris jam 2 dini hari , kini kami berempat tengah rebahan di lantai kamarnya si Tony " hah !!.. hah !!.. hah !!... " nafas kami terengah engah dan tubuh kami basah oleh keringat , tak ada sepatah kata terucap diantara kami… rasanya kami sudah terlalu shock dan terlalu lelah , lamban laun satu persatu dari kami mulai tertidur “ zzzz….. zzzz….. zzzz... ” esoknya aku terbangun dengan lemas dan mendapati si Danang sedang menangis sesenggukan di pojok kamar ini.
Me : ” heh napa lu nangis ?!.. udah kita lupain aja yang semalem ”
Danang : ” lu ke depan aja vig , liat sendiri ada apaan.. hikz !.. hikz !..”
Perlahan aku bangkit lalu meninggalkan Tony dan Sinyo yang masih tertidur di sebelahku , dengan langkah gontai aku berjalan ke teras dan seketika aku terperanjat ketika mendapati motornya Danang dan Tony yang semalam diparkir di luar kini telah tertutupi oleh sesuatu…. tampak 3 helai kain hijau yang sepertinya menjadi penutup 3 keranda yang semalam kami lihat , entah bagaimana ceritanya kain kain itu bisa menutupi motornya Danang dan Sinyo ” oh my god ?!.. what the hell ?! ” aku tak sanggup untuk menalar kejadian ini , sungguh aku benar benar tak sanggup.
MALANG MYSTERIO - Tiga Keranda di Jembatan Sengkaling part 2
” Takkk !!! “ kusodok bola putih dengan cepat yang kemudian lekas menggelinding mengenai bola hitam bernomor 8 , sayangnya bola hitam itu meleset tak masuk lobang yang kutargetkan ” ah jancuk !! “ gerutuku sambil membanting stik ke meja.
Danang : ” giliran gw nih bro ”
Me : ” okay !!.. cepetan sodok ! ”
Lekas saja si Danang menyodok bola putih itu dengan tangan gemetaran memegangi stik , bisa ditebak laju bola lagi lagi meleset ” ahh anjritt !! “ umpatnya kesal sambil memukul tepian meja bilyard , sekejap kemudian ia langsung menaruh stik ke tempat dudukan….. sepertinya si Danang sudah frustasi karena permainannya kali ini terlalu buruk , ia kesulitan untuk fokus dan berkonsentrasi , bahkan untuk memegang stik saja tangannya gemetaran….. senasib juga denganku yang sedari tadi baru berhasil memasukkan 2 bola saja , padahal sudah hampir sejam kami bermain bilyard menggunakan 15 bola.
Me : ” break dulu bro , kita pesen beer ! “
Danang : ” oke vig , gw juga udah males “
Kini kami berdua duduk di sofa dekat meja bilyard , lekas saja kupanggil waiter buat ngambilin sebotol bir dingin... semenit kemudian waiter itu kembali membawakan botol bir berikut 2 gelas besar dan juga pembuka botol , segera saja kubuka dan kutuang ke dalam gelas sampai penuh , bahkan busanya sampai tumpah karena aku menuangnya dengan buru buru.
Me : ” nih , minum dulu bro ! “
Danang : ” oke !! “
Dengan perlahan kureguk birku ” ahhhh !!…. “ sungguh terasa segar saat mengalir melewati tenggorokanku…. sambil minum kulihat Tony dan Sinyo masih asik bermain di meja yang agak jauhan dengan kami , kurasa permainan mereka juga sama buruknya dengan permainan kami… intinya kondisi kami hari ini benar benar sangat buruk , kejadian mistis semalam benar benar mengguncangkan psikis kami , 3 keranda mayat yang menghantui kami di jembatan Sengkaling itu bagaikan mimpi buruk namun ini jelas bukan mimpi , ini benar benar nyata terjadi dan membuat kondisi kami jadi begini…. karena itulah kuajak ketiga temanku main bilyard di O2 Suhat ini , dengan harapan agar kami semua jadi terhibur dan lekas lupa dengan kejadian semalam... namun nyatanya tak semudah itu mengembalikan kewarasan kami.
Me : ” eh nang , ntar gimana nasib kain kain itu ? “
Danang : ” gw juga gak tau vig , gw pusing “
Tak lama kemudian Tony dan Sinyo terlihat memungkasi permainannya lalu ikutan duduk bersama kami berdua , kupanggil waiter untuk membawakan sebotol bir lagi buat mereka.
Me : ” lu ngga pa pa ton ? “
Tony : ” gw masih gemeteran inget yang semalem vig “
Me : ” kalo lu nyo ?!... dari tadi lu keliatan loyo terus ? “
Sinyo : ” aduh vig , gw kayak ngga punya energi… tadi nyodok bola aja ngga bisa kenceng “
Waiter datang menyodorkan sebotol bir sama Sinyo , dengan lemas ia membuka botol dan menuang ke dalam gelas.
Me : ” ntar malem kita ada jadwal manggung ngga nang ? “
Danang : ” kita ntar manggungnya di bali barong , tapi ya lu tau sendiri kita lagi kayak gini “
Sinyo : ” gw ngga sanggup nang manggung ntar malem “
Tony : ” udah cancel aja dulu , biar kita pulih kayak biasanya nang “
Danang : ” ya udah deh , sekarang gw telpon si bos “
Dengan malas si Danang menelpon boss kami untuk membatalkan jadwal manggung nanti malam , sementara aku terdiam dan kembali berpikir tentang 3 kain penutup keranda mayat itu….. tadi pagi ketika terbangun kudapati 3 helai kain itu menutupi motornya Tony dan Danang , setelah kusingkirkan dari motor ketiga kain itu kutaruh di dekat pot bunga di teras kosan , akupun masih bingung harus diapakan kain kain itu.
Me : ” eh ton , kain kain tadi enaknya diapain ? “
Tony : ” udah dibakar aja deh “
Sinyo : ” gila lu ton , kan ada tulisan arabnya , bisa kualat ntar “
Tony : ” ah gw gak peduli , gw gak mau tau “
Kureguk birku lagi dan kunyalakan sebatang rokok , kini aku mulai berpikir mencari cari solusi ” fuuhhhh !! “ berkali kali kuhembuskan asap rokokku hingga akhirnya aku merasa telah menemukan solusi paling bijak.
Me : ” eh dengerin gini nih ! “
Danang : ” apaan vig ? “
Me : ” kita kan liat 3 keranda mayat itu di jembatan sengkaling trus itu keranda kan pada jatuh di sungai brantas kan ? “
Danang : ” iya , trus kita mesti buang kainnya ke sungai itu juga ? “
Tony : ” aduuh gw ngga mau ke situ lagi , gw gak mau lewat jembatan itu lagi deh ”
Sinyo : ” iya , gw juga parno vig “
Me : ” ngga gitu bro , itu sungai kan ngalir sampe di kampus kita… ya kita hanyutin aja di kampus , it’s so easy man !! “
Danang : ” wah bisa juga tu vig , kita hanyutin aja pas di jembatan gantung ”
Me : ” gimana ?!.. oke ?! “
Sinyo : ” ya udah vig , terserah lu aja deh “
Tony : ” kalo gitu kita cepetan aja deh vig , sekarang udah mau jam 5 , gw takut juga kalo kemaleman “
Me : ” abisin dulu deh birnya ! “
Dengan terburu kami berempat mereguk bir sampai tersisa sedikit dan kemudian lekas patungan buat bayar , kami harus secepat mungkin balik ke kosan sebelum matahari terbenam dan hari beranjak petang.
Padatnya lalu lintas jl Sukarno Hatta sore ini tak membuat laju motor kami melambat , dengan gesit kulewati berbagai kendaraan yang ada di depanku , begitu juga si Danang yang membonceng Sinyo di belakangku…. ketika sampai di jl Candi Panggung langsung saja kami berbelok , tak butuh waktu lama tibalah kami berempat di perkampungan Tegalgondo belakang kampus UMM... begitu tiba di kosan langsung kuparkir motornya si Tony dan kemudian lekas kuambili 3 kain berwarna hijau yang kutaruh dekat pot bunga , aku tidak mengambilnya dengan tangan telanjang tapi terlebih dahulu kubungkus telapak tanganku dengan kresek kecil yang kutemukan di teras , hal yang sama juga kulakukan pagi tadi , takutnya ntar aku bisa sial kalo asal megang barang mistis beginian.
Danang : " ayo buruan vig ! “
Me : " ini dibungkus pake apa kainnya ? “
Kini aku bingung mau membungkus kain kain ini pake apa , si Danang bergegas masuk ke dalam kosan lalu ia keluar dengan membawa kresek besar yang biasa dipake buat laundry , langsung saja kumasukkan ketiga kain ini dalam kresek besar itu dan kemudian kuikat ujungnya dengan kencang , beres sudah sekarang tinggal dibuang ke sungai.... tanpa buang waktu lagi kami berempat lekas beranjak meninggalkan kosan.
Me : ” oke bro , ayo ke jembatan gantung sekarang ! ”
Danang : ” ayo cepetan ! ”
Langkah kami begitu tergesa gesa saat berjalan menuju gerbang belakang kampus UMM , saking tergesanya kami tak menghiraukan sekumpulan cewe yang memanggil manggil nama kami dengan nada menggoda saat kami lewat depan kosan mereka , beberapa dari cewe cewe itu bahkan sempat mencegat kami sambil membawa ponsel.… sepertinya mereka pengen foto bareng kami , maklum saja mereka ngefans sama kami karena popularitas kami sebagai anak band yang sering unjuk gigi di kampus , tetapi bagi kami urusan yang satu ini jauh lebih penting daripada meladeni cewe cewe genit itu , apalagi hari sudah semakin gelap sehingga kami semakin mempercepat langkah kaki agar segera sampai di kampus.
Baru saja kami melintasi gerbang belakang kampus UMM mendadak kami berpapasan dengan Niken yang merupakan teman sekelasku dan juga Danang , sepertinya dia baru saja kelar jam kuliah terakhir yang tak kami ikuti karena memang hari ini kami telah sepakat buat bolos.
Niken : ” eh guys !!… tadi pada kemana kok ngga pada kuliah sih ? ”
Danang : ” lagi capek nik , abis manggung semalem ”
Niken : ” trus lu pada mau kemana sih kok buru buru amat guys ? ”
Me : ” kita mau… ini… ”
Niken : ” mau ngapain sih vig ?!… oh mau laundry baju ya ? ”
Danang : ” iya nik , kita mau laundry kostum buat manggung ”
Niken : ” kostum manggungnya pasti keren kayak band koil ya ?!.. eh gw lihat bentar dong kostum manggungnya kayak apaan ? ”
Me : ” eh jangan ini udah gw iket nik ”
Danang : ” iya nih kita buru buru , besok mau dipake soalnya ”
Niken : ” gitu ya ?!.. ya udah deh kalo gitu bro... eh gw ke belakang dulu ya , mau beli lalapan belut nih ”
Me : ” eh iya nik ”
Ada ada saja si Niken kepengen lihat isi bungkusan kresek besar ini , dipikirnya ini kostum buat manggung padahal ?!?!.… bisa bisa dia pingsan kalo tau apa isinya.
Me : ” lu sih pake bilang mau laundry kostum manggung ”
Danang : ” ah gw ngasal aja tadi , udah ayo cepetan ! ”
Bergegas kami memasuki komplek kampus yang terlihat begitu sepi pada jam segini , kini kami terburu buru berjalan melewati kantin 3.5 , gedung ICT dan tak lama kemudian tibalah kami di kantin kopma belakang gedung rektorat... jembatan gantung tujuan kami terletak tepat di sebelahnya kantin ini , segera saja kami melangkahkan kaki di jembatan yang terbuat dari papan kayu ini ” grujuk !... grujuk !... grujuk !... ” di bawah kaki kami mengalir sungai Brantas yang berarus deras dan dipenuhi bebatuan besar , sungai ini adalah sungai yang sama dengan jatuhnya 3 keranda mayat itu dan kini kami berempat telah siap untuk menghanyutkan 3 kain hijau yang menjadi penutup 3 keranda itu ” gimana ?!… udah siap ?! ” tanyaku agak ragu ragu... tak ada kata terucap dari ketiga rekanku ini , anggukan kepala mereka sudah cukup menjadi jawabannya… kulihat jam tanganku sudah jam 6 kurang seperempat dan adzan maghrib telah berkumandang dari masjid kampus " allahuakbar !!... allahuakbar !!... “ sesaat kupandangi kawanan burung yang terbang melintas di langit yang mulai gelap , sekejap kemudian tangan kananku yang memegangi bungkusan kresek besar ini terulur ke arah sungai.
Me : ” mulai sekarang semua berakhir bro ”
Danang : ” amin ”
Tony : ” amin ”
Sinyo : ” amin ”
Sekejap kemudian kujatuhkan bungkusan kresek besar ini yang kemudian segera hanyut terbawa arus sungai yang cukup deras , dengan tatapan nanar kami memandangi bungkusan itu sampai menghilang dari pandangan mata kami.
MALANG MYSTERIO - Tiga Keranda di Jembatan Sengkaling extended
Peristiwa mencekam itu telah berlalu nyaris sebulan yang lalu , selama itu pula aku sibuk mencari cari informasi mengenai kejadian yang begitu mengusik rasa penasaranku ini , hampir semua pemilik toko dan warung makan di kampung Tegalgondo telah kutanyai namun tak satupun yang tahu menahu dan bisa memberikanku jawaban , hingga akhirnya kutanyai seorang penjual cilok bernama Pak Ndut yang biasa mangkal di parkiran masjid kampus UMM , ternyata beliau pernah mengalami kejadian serupa.
Pak Ndut : " mbiyen aku dodolan ndek mburi kampus mas , ben dino aku mesti liwat jembatan iku "
(dulu aku jualan di belakang kampus mas , tiap hari aku pasti lewat jembatan itu)
Me : " njenengan nggeh nate ngertos pandosone pak ? "
(njenengan juga pernah lihat kerandanya pak ?)
Pak Ndut : " wes suwe mas , mbiyen iku pas aku kate moleh jam limo sore liwat kono mari udan deres "
(udah lama mas , dulu itu pas aku mau pulang jam lima sore lewat situ abis hujan deras)
Me : " trus pripun pak kejadiane ? "
(trus gimana pak kejadiannya ?)
Pak Ndut : " medeni mas nek kelingan , mbiyen iku jembatane pas sepi gak nok wong liyane seng liwat soale mari udan deres , aku mlaku alon alon ngliwati dalan medhun elore jembatan , lha ngerti ngerti kok mesin motorku mati "
(serem mas kalo inget , dulu itu jembatannya pas sepi gak ada orang lain yang lewat soalnya abis hujan deras , aku jalan pelan pelan lewat jalan menurun di utaranya jembatan , lha tau tau kok mesin motorku mati)
Me : " mati dhewe tha pak montore njenengan ?! "
(mati sendiri tha pak motornya njenengan ?!)
Pak Ndut : " iyo mas , aku bingung trus langsung tak delok busine ndek pinggir jembatan , lha kok mari ngono onok ambune kembang wong mati "
(iya mas , aku bingung langsung kulihat businya di pinggir jembatan , lha kok abis itu ada baunya bunga orang mati)
Me : " trus pripun pak ? "
(trus gimana pak ?)
Pak Ndut : " pas tak delok ndek jembatan ngerti ngerti ae onok pandosone wong mati mas , cacahe yo telu koyok critone sampeyan "
(pas aku lihat di jembatan tau tau aja ada kerandanya orang mati mas , jumlahnya juga ada tiga kayak cerita sampeyan)
Me : " miber tha pak pandosone ?! "
(terbang tha pak kerandanya ?!)
Pak Ndut : " ora miber mas nanging mlentang ndek tengahe jembatan , cekelane ngarep mburi nyantol ndek pagere jembatan "
(ngga terbang mas tapi menghalang di tengah jembatan , pegangannya depan belakang nyantol di pagarnya jembatan)
Me : " wonten kaine ijo pak niku ?! "
(ada kainnya hijau pak itu ?!)
Pak Ndut : " gak onok mas , tapi njerone pandoso onok pocong koyok critone sampeyan... mari ngono wes aku langsung mlayu ninggal montor ambek gerobakku "
(gak ada mas , tapi dalemnya keranda ada pocongnya kayak cerita sampeyan... abis itu dah aku langsung lari ninggalin motor sama gerobakku)
Me : " sujokno mboten nopo nopo njenengan pak "
(untungnya ngga kenapa napa njenengan pak)
Pak Ndut : " gurung rampung mas critoku iki....mari mlayu teko kampung aku langsung njaluk tulung ambek wong wong njupuk montor ambek gerobakku , lha pas mbalik ndek jembatan ngerti ngerti kain ijo tutupe pandoso iku wes nglumbruk ndek gerobakku "
(belum selesai mas ceritaku ini , abis lari nyampe kampung aku langsung minta tolong sama orang orang ngambil motor sama gerobakku , lha waktu mbalik ke jembatan tau tau kain hijau tutupnya keranda itu udah nutupin gerobakku)
Me : " trus pripun pak ?! "
(trus gimana pak ?!)
Pak Ndut : " ambek wong wong kampung kaine langsung diguwak ndek kali mas , trus meneh e gerobakku yo tak guwak sisan soale aku kuatir nek daganganku maleh gak payu "
(sama orang orang kampung kainnya langsung dibuang ke sungai mas , trus besoknya gerobakku juga kubuang sekalian soalnya aku kuatir kalo daganganku jadi gak laku)
Me : " njenengan ngertos asal usule pandoso niku nopo mboten pak ?! "
(njenengan tau asal usulnya keranda itu apa ngga pak ?!)
Pak Ndut : " aku takon wong kampung gak nok seng ngerti mas , tapi jarene wong seng kerep mancing ndek kali onok kuburan lawas cacahe telu ndek tegalan sekitar jembatan kono "
(aku tanya orang kampung gak ada yang tau mas , tapi katanya orang yang kerap mancing di sungai ada kuburan lama jumlahnya tiga di tegalan sekitar jembatan itu)
Me : " kuburane sinten pak niku ?! "
(kuburannya siapa pak itu ?!)
Pak Ndut : " gak ruh mas , jarene gak nok patokane kuburane iku dadi digoleki yo angel.... nek menurutku njaluk dipindahno iku kuburane cek gak ngedeni wong seng liwat "
(gak tau mas , katanya gak ada nisannya kuburannya itu jadi dicari juga susah... kalo menurutku minta dipindahin itu kuburannya , biar gak nakutin orang yang lewat)
Me : " medeni pak nggeh "
(serem pak ya)
Pak Ndut : " mangkane saiki aku dodolan ndek ngarep kampus mas , nek dodolan ndek mburi kampus aku wes gak wani liwat jembatan iku "
(makanya sekarang aku jualan di depan kampus mas , kalo jualan di belakang kampus aku udah gak berani lewat jembatan itu)
Mendengar apa yang diceritakan Pak Ndut benar benar membuatku tercengang , siapa sangka jika 3 mayat di dalam keranda itu ternyata berasal dari 3 kuburan lama yang entah ada di sebelah mana letak persisnya.... aku sendiri memutuskan tidak akan pernah melewati jembatan angker itu lagi , lebih baik lewat pertigaan Dinoyo saja meskipun jauh tapi aman.
MALANG MYSTERIO - Obrolan Hal Hal Mistis di Kampus UB
ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar awal tahun 2008 ketika aku masih kuliah semester 2
Di saat malam yang dingin begini tak ada yang lebih enak selain nongkrong sambil ngopi bareng teman , seperti halnya saat ini dimana aku , Willy dan Niken sedang asik nongkrong di warung kopi depan kampus ITN Malang.... 3 gelas kopi panas dan juga berbagai macam gorengan telah terhidang di meja kami , siap untuk dinikmati sembari ngobrol ngalor ngidul.
Niken : ” eh vig , lu udah krs an belum ? “
Me : ” belum nik , santai aja masih lama waktunya “
Niken : ” kalo lu wil ? “
Willy : ” jangankan krs an , registrasi saja aku belum nik… uang aku sudah habis ini , bingung aku mau cari utangan ”
Me : ” makanya jangan keseringan jajan ke songgoriti wil ”
Niken : ” gila lu wil , ngapain sih buang buang duit buat gituan ? “
Willy : ” ahh kau tau sendirilah , sudah hobi aku dari dulu “
Niken : ” hobi kok ng***ot sama pecun , ya abis duit lu itu ”
Me : ” ha.. ha.. kamu kalo jadi pejabat pasti korupsi buat nge***ot wil “
Niken : ” ha.. ha.. udah duitnya haram dipake maksiat lagi , masuk neraka lu bro “
Willy : ” ahh aku maunya muda foya foya , tua kaya raya , kalo mati masuk surga.. ha.. ha.. “
Me : ” ha.. ha… emang surganya moyang kamu ? “
Niken : ” ha.. ha.. cepetan tobat sana deh wil , keburu kiamat nyesel lu ”
Di saat kami masih asik berbincang mendadak datang 2 orang yang sepertinya juga mahasiswa seperti kami , mereka duduk di meja sebelah sehingga kami dapat mendengarkan obrolan mereka…. namun yang membuat kami terkesiap adalah tema obrolan mereka soal hal hal gaib yang terjadi di kampus Universitas Brawijaya (UB) , sebuah kampus tua dan ternama di kota Malang.
Mas A : ” eh kamu tau soal hantu yang mukanya rata itu ? “
Mas B : ” ahh paling cuma isu doang itu “
Mas A : ” isu gimana ?!.. si dicky kemaren katanya ketemu sama hantu itu di deket atm “
Mas B : ” emang jam brapa dia liat hantu itu ? “
Mas A : ” sekitar jam 10 malem kayaknya , dia pulang ke kosan udah pucet mukanya “
Mas B : ” yang bener ron ?!.. eh dulu itu hantu muka rata seringnya nongol di warung nasi lengko belakang masjid ya , kok sekarang malah nongol di atm ? “
Mas A : ” ngga tau win , udah bosen kayaknya di situ terus , eh kamu inget ngga sama si anik yang katanya pernah liat kuntilanak di samantha krida ? “
Mas B : ” aku juga kepikiran terus sama itu “
Mas A : ” nah itu dia , ada anak asrama yang ketemu juga sama kuntilanak itu “
Mas B : ” yang bener ron ?.. “
Mas A : ” Itu anak asrama temennya si agung , jumat kemaren aku nginep sana pada heboh soal kuntilanak itu “
Mas B : ” eh ron kalo asrama kopma katanya angker juga ya ?!... denger denger banyak yang cabut dari situ , pada ngga betah digangguin terus tiap malem ”
Mas A : ” ya kita tunggu aja si agung datang , biar dia cerita ada apaan di sono… aku juga pengen tau “
Sedari tadi kami diam diam menguping obrolan mereka , karena merasa penasaran akhirnya kami bertiga ikutan nimbrung dan duduk semeja dengan mereka.
Niken : ” eh mas , tadi itu beneran ya ? “
Mas A : ” waduh , kayaknya sih beneran dek... yang ngomong juga banyak kok “
Niken : ” eh ceritain lebih banyak lagi dong mas !!… kita penasaran nih “
Mas A : ” kalo soal gituan ada banyak dek di kampus brawijaya , aku ceritain soal gedung fakultas teknik dulu ya... itu dulu bekas kuburan lho dek , di bawahnya itu mayat semua trus kalo malem sering ada penampakan “
Niken : ” gedungnya bekas kuburan ya mas ?!... trus ada penampakan apa aja tuh ? “
Mas A : ” macem macem pokoknya dek , tapi yang sering ada perempuan lagi nangis sama laki laki yang badannya luka luka berdarah gitu…. itu kata satpam lho dek “
Mas B : ” arwah gentayangan itu ron “
Mas A : ” ada lagi nih , di gazebo itu tau kan ? “
Niken : ” ngga tau mas , belum pernah masuk kampus brawijaya sih “
Me : ” deketnya bunderan itu ya mas ? “
Mas A : ” nah deketnya bunderan itu , kalo jam 7 ke atas udah sepi… gelap banget deh pokoknya “
Niken : ” trus ada apaan mas di situ ? “
Mas A : ” kata anak yang pernah nongkrong atau lewat situ malem malem sering ada gendruwo dek “
Niken : ” ahh masak sih mas ? “
Mas A : ” gendruwonya ada banyak dek , kayak pasukan gitu “
Mas B : ” eh ron yang anak pertanian dulu katanya pernah ketemu ya sama gendruwo itu ? “
Mas A : ” iya tuh , dia sampe nangis nangis… katanya dikejar gendruwo jumlahnya ada 5 , untung aja dia bisa slamet nyampe kosan “
Niken : ” ya ampun mas serem banget “
Mas A : ” kata pak sanusi yang udah lama jadi satpam , daerah kampus brawijaya sampe makam pahlawan sana itu ada kerajaan gaib dek , yang jaga ya pasukan gendruwo gitu dek “
Mas B : ” serem juga tuh ya ron , gendruwo 1 aja takut apalagi kalo banyak “
Me : ” eh mas , katanya hantu muka rata itu paling sering nongol ya ? “
Mas A : ” oh kalo itu udah banyak yang liat , ya kayak temenku si dicky itu... kemaren dia sampe pucet mukanya , katanya sih itu hantu mukanya rata semua , ngga punya mata , hidung , sama mulut…. nongolnya di sekitar atm biasanya , kemaren malem kan dia abis ambil duit nah pas keluar dari atm dia liat hantu itu duduk di motornya , akhirnya kabur dia motornya ditinggal situ…. sama satpam akhirnya diambilin motornya “
Me : ” kalo yang kuntilanak tadi gimana ceritanya mas ? “
Mas A : ” kuntilanak yang di samantha krida itu ya ? “
Niken : ” eh itu kan tempat buat konser ya mas ? “
Mas A : ” kalo malem sepi banget dek di situ , gelap remang remang gitu…. nah temennya temenku itu jalan lewat situ , ngga sengaja liat putih putih di atas atapnya , awalnya dia cuek aja tapi pas udah deketan itu putih putih terbang kayak sprei kena angin gitu , akhirnya dia liat gak taunya itu kuntilanak... langsung kabur dia nyampe asrama nangis nangis ”
Niken : ” ya allah ?!... serem amat sih mas “
Mas B : ” eh kalo di perpustakaan ada hantunya juga kan ron ? “
Mas A : ” oh itu sih di lantai 2 , tempatnya kan sepi banget itu apalagi yang pojokan…. pernah ada itu mahasiswa yang pada baca baca di situ , eh mereka pada liat hantu cewe dek , itu hantunya duduk di pojokan sambil nangis sesenggukan , pas disamperin ternyata mukanya berdarah darah dek “
Niken : ” ya ampun mas ?!.. ngeri banget tuh mukanya berdarah “
Mas B : ” untungnya kita ngga pernah ketemu hantu itu ya ron “
Mas A : ” kalo ketemu udah pada ngacir kita win “
Tak berapa lama kemudian datang seseorang yang ternyata adalah teman dari mas mas UB ini , setelah memesan kopi dia langsung ikutan nimbrung duduk bersama kami.
Mas A : ” nah ini dia yang tinggal di asrama kopma , ceritain dong soal hantu hantu di asrama gung “
Mas C : ” aduuh banyak banget itu hantunya “
Mas B : ” kok kamu masih betah di situ gung ? “
Mas C : ” ya mau gimana lagi ?!... ngekos mahal kasian orang tua “
Mas A : ” ayo ceritain dong gung , ini udah pada penasaran semua “
Niken : ” ayo mas ceritain ! “
Mas C : ” begini ceritanya… ehem.. ehem.. “
Niken : ” begini gimana mas ? “
Mas C : ” begini ceritanya…. ceritanya saya mau minum kopi dulu ya.. he.. he.. ”
Mas A : ” yaelah , cepetan sruput sono !! “
Setelah menyeruput kopi dan menyalakan sebatang rokok mas yang satu ini mulai memasang tampang agak serius , sebelum akhirnya ia bersiap menceritakan hal hal mistis yang sering terjadi di asramanya.
Mas C : ” mulai dari mana nih ceritanya ? ”
Mas A : ” dari jaman awal awal tinggal situ deh ”
Mas C : ” pas akhir 2005 nih… aku kan tinggal di blok c lantai 4 , anak anak pada ngumpul nonton tv di lobi pas malem malem , tau tau listriknya mati langsung gelap semuanya , anak anak pada pake layar hape buat penerangan…. waktu itu hapeku kan nokia murah yang ada senternya itu , langsung aku nyalain buat nyari lilin di kamar , masalahnya aku lupa naruh lilinnya dimana , aku cari cari di kardus bawah ranjang besi sambil aku sorotin pake hape tadi , lha pas nyorotin ngga sengaja di sebelah kardus itu aku lihat… ”
Niken : ” liat apa mas ? ”
Mas B : ” liat pocong ya gung ? ”
Mas C : ” bukan , aku lihat ada kepala putus ngga ada badannya ”
Niken : ” hah ?!.. yang bener mas ? ”
Mas C : ” loh beneran ini dek , itu kepala belepotan darah semua kayak abis dipenggal…. aku langsung lari ke lobby sambil teriak ”
Mas B : ” buset serem juga tuh gung ”
Mas C : ” belum selesai nih ceritanya…. tadi pas aku mbalik ke lobbi , anak anak kan masih pada ngumpul situ , tau tau aja ada suara kayak besi digosok gosok gitu kenceng banget... srek !!.. srek !!.. srek !!.. ”
Mas A : ” wah kalo suara itu sih anak blok lain sering denger juga tuh ”
Mas B : ” eh kalo yang suara anak kecil itu di blok c juga kan ? ”
Mas C : ” oh kalo anak kecil itu sih ceritanya anak anak blok b , jadi pas kita ngumpul mereka cerita kalo malem malem ada suara anak kecil pada ketawa , dicari cari ngga ketemu… tapi ada anak blok b lantai 3 yang pernah liat itu anak kecil , katanya sih gundul kepalanya trus ngga pake baju ”
Niken : ” itu tuyul ya mas ? ”
Mas C : ” ngga tau tuh , tapi ngga ada yang duitnya ilang kok ”
Mas B : ” anaknya jin kali ya gung ? ”
Mas C : ” mungkin golongan jin itu ”
Obrolan ini terasa membuat kami jadi semakin merinding saja , sebelum melanjutkan ceritanya mas yang satu ini mencomot beberapa pisang goreng dan kemudian menyeruput kopinya , kami para pendengar juga melakukan hal yang sama dengannya dan sudah tak sabar mendengarkannya bercerita lagi…. hanya Willy saja yang sedari tadi diam sambil membuka Friendster di ponselnya , tak sedikitpun ia tertarik dengan hal hal mistis karena isi otaknya cuma soal hal hal mesum saja.. ho.. ho..
Me : ” kamu lihat apaan wil ? ”
Willy : ” kau lihat cewe ini vig , bodinya alamaakk !!… mana tahan aku liat t*k*tnya ”
Dengan sigap Willy menunjukkan layar ponselnya kepadaku , tampak photo seorang cewe nyaris bugil yang juga menjadi teman di akun Friensternya.
Willy : ” gimana ?!... bispak nih ”
Me : ” ati ati aja , sapa tau itu palsu wil ”
Willy : ” ahh ngga mungkin lah , tadi aku sudah kirim pesan ke dia , aku sudah tak sabar mau booking dia ”
Me : ” biasanya kayak gini ini bencong nyamar pake photo cewe ”
Willy : ” ah yang benar kau ini ? ”
Me : ” trus kalo kamu udah booking tu cewe ternyata dia bencong gimana ? “
Willy : ” aduuh vig , mana doyan aku sama bencong ? ”
Me : ” ya kamu langsung makan aja tuh keong racun.. ha.. ha.. ”
Willy : ” ahh sial kau ini !! “
Kubiarkan si Willy asik kembali dengan ponselnya , kali ini aku dan Niken bersiap mendengarkan lanjutan cerita tadi…. mas yang satu ini tampak kembali memasang muka serius sementara mulutnya terus mengepulkan asap rokok.
Mas C : ” tadi sampai mana ceritanya ? ”
Mas A : ” sampai soal anak kecil blok b gung ”
Mas C : ” oh iya ini ada lagi yang serem banget , kalo ngga salah awal 2006 ”
Mas B : ” yang cewe misterius itu ya gung ? ”
Mas C : ” bukan , ini lebih nyeremin lagi ”
Niken : ” ayo dong mas cepetan ! ”
Mas C : ” jadi begini , aku mau tidur waktu itu , lampu kamar udah mati , asrama kan ranjangnya susun gitu dek , tidurku di kasur bawahnya temenku , tadinya aku pikir temenku itu udah tidur duluan eh ngga taunya dia nangis sesenggukan ”
Mas A : ” trus ngapain dia nangis ?!... abis liat hantu ya gung ? ”
Mas C : ” ngga ron , kamu dengerin dulu…. aku masih tiduran di kasurku trus aku tanyain kenapa nangis , eh dia ngga jawab tetep aja nangis…. akhirnya aku bangun dari kasurku trus liat dia , ngga taunya... ”
Niken : ” dia kenapa mas ? ”
Mas C : ” ternyata dia bukan temen sekamarku dek , tapi… ”
Niken : ” tapi apa mas ?!… yang jelas dong ! ”
Mas A : ” ternyata yang nangis itu kuntilanak ”
Niken : ” ya allah ?!.. mas sekamar ma kunti dong ?! ”
Mas C : ” itu kuntilanak lagi tiduran di kasurnya temenku sambil nangis , posisi badannya miring…. bajunya putih tapi kotor banget , rambutnya panjang nutupin muka ”
Mas A : ” wah serem amat tuh gung , ngga bisa bayangin aku ”
Mas C : ” aku langsung keluar kamar teriak teriak , abis itu sama anak anak diliat udah ilang tuh kunti ”
Mas A : ” kayaknya yang liat kunti bukan cuma kamu aja gung , anak anak blok lain juga pernah ”
Mas C : ” iya dulu emang rame gara gara ada kunti itu , terakhir pas final champion 2007 kemaren anak anak pada balik nobar kan , lha pas mereka mau masuk asrama , itu kunti muncul di pohon pindah pindah cepet gitu…. langsung pada ngacir tu mereka , kalo tidur lampunya dinyalain semua ”
Me : ” kayak di kampusku umm tuh mas , aku juga liat kunti pindah pindah cepet gitu di pohon ”
Mas C : ” ya kayaknya sih kalo kunti emang suka tinggal di pohon gitu ”
Mas A : ” eh kalo isu ada arwah anak bunuh diri tu bener ngga gung ? ”
Mas C : ” kalo soal itu aku ngga tau deh , kayaknya anak blok d yang ngerti ”
Mas B : ” hebat ya kamu gung , masih betah di situ ”
Mas C : ” ah yang penting banyak berdoa aja deh win , jadi orang mesti kuat imannya…. ya anggep aja latihan mental ”
Begitu larut kami mengobrol sampai tak terasa sudah jam setengah 11 malam , rasa kantuk perlahan mulai menyergap dan kurasa sudah waktunya untuk pulang , segera saja kami bertiga berpamitan sama mas mas dari UB ini... cerita mistis mereka tadi benar benar menambah wawasan soal eksistensi makhluk gaib yang nyata adanya namun tak dapat dijangkau dengan mata hingga seolah tiada dianggap keberadaannya , tak peduli sekarang sudah jaman modern yang namanya makhluk gaib akan tetap ada sampai akhir jaman , bukankah meyakini adanya alam gaib merupakan sebagian dari iman ?!?!….
MALANG MYSTERIO - Ketemu Hantu Suster di Terminal Arjosari
ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar awal tahun 2008 ketika aku masih kuliah semester 2
Bus Restu Panda jurusan Malang – Surabaya yang kami tumpangi perlahan mulai memasuki terminal Arjosari , para penumpang di dalam bus ini lekas mengemasi barang bawaannya masing masing sebelum akhirnya berdiri menyemut di pintu depan dan belakang , sementara kulihat dari jendela tampak para tukang ojek mengejar ngejar bus ini dan berharap mendapatkan penumpang yang baru turun , termasuk kami bertiga.
Willy : ” kita pulangnya naik taksi ya vig ? ”
Me : ” ngga , kita naik angkot aja ”
Niken : ” iya wil , lebih murah n nyantai ”
Willy : ” ya udah deh , tapi abis turun kita makan dulu ya ?!... udah tak tahan perutku ini ”
Me : ” oyi , gampang bro ”
Bus ini akhirnya berhenti juga lalu kami bertiga segera turun , sudah bisa ditebak para tukang ojek tadi mengejar ngejar kami walaupun sudah berkali kali kami menolak... dengan setengah berlari akhirnya kami tiba di sebuah warung makan yang berada di dekat pangkalan angkot , segera saja kami masuk lalu memesan nasi rawon dan juga es jeruk.
Me : ” capek juga ya nik ”
Niken : ” tapi keren kan pamerannya tadi vig ? ”
Me : ” keren nik , jago jago semua yang motret ”
Pelayan baru saja menurunkan 3 piring rawon di meja kami , tanpa banyak kata kami langsung menyantapnya dengan lahap…. sejak dari pameran foto di Graha Pena sore tadi kami memang belum sempat makan malam.
Willy : ” eh ngomong ngomong enak juga rawon ini ”
Me : ” jelas enak bro , di siantar mana ada rawon ? ”
Willy : ” kalau aku biasa makan saksang vig , endes gurindes lah pokoknya ”
Niken : ” kalo gw sih demennya makan tempoyak guys , lamak nian pulak ”
Me : ” apaan tuh tempoyak nik ? ”
Niken : ” sayur khas jambi vig , bahannya tuh pake durian sama ikan patin ”
Me : ” wah maknyos tenan iku nik ”
Setelah makan kami bersiap untuk pulang ke kosan kami di daerah Tirto Utomo , dengan langkah santai kami berjalan menuju pangkalan angkot yang terletak di bagian belakang terminal ini…. tampak puluhan angkot berwarna biru saling berjejeran satu sama lain , tentu saja kami mencari cari angkot AL atau ADL karena hanya itu yang rutenya sampai ke terminal Landungsari ” eh tuh angkotnya , ayo buruan naek !! ” ajakku penuh semangat saat kutemukan sebuah angkot AL yang terparkir dan tampak kosong , buru buru kami masuk dan kemudian duduk di bangku deretan kanan yang berada di belakang.
Niken : ” kok sepi vig ?!... sopirnya mana ?! ”
Me : ” tungguin aja bentar lagi juga nongol ”
Tak terasa sudah 20 menitan kami menunggui sopir , kulihat layar ponselku sudah nyaris jam 9 malam dan sedari tadi tak ada satupun penumpang lain yang menaiki angkot ini , kami tak tahu sampai berapa lama harus menunggu sopirnya datang... namun penantian kami tak sia sia , kulihat ada seorang pria berkumis yang sedang berjalan kemari dengan langkah tergesa , pastilah dia sopirnya angkot ini.
Sopir : ” mudhun endi mas ? ”
(turun mana mas ?)
Me : ” landung pak ”
Sopir : ” ayo wes budhal saiki ! ”
(ayo dah berangkat sekarang !)
Mesin angkot baru saja dihidupkan dan dengan tampang agak mengantuk pak sopir ini mulai mengemudikan angkotnya keluar dari terminal melalui jalur belakang , kami merasa lega akhirnya bisa pulang juga namun rupanya kelegaan kami tak berlangsung lama…. baru saja angkot ini keluar dari terminal pak sopir mendadak menghentikan laju angkot di jalan kecil yang dikelilingi lahan kosong dan persawahan.
Sopir : ” mas , entenono sedelut !!… golek penumpang sek cek kebek ”
(mas , tunggu sebentar !!…. cari penumpang dulu biar penuh)
Me : ” ?!?! "
Dengan enteng sopir itu keluar dari angkot dan kemudian berjalan menuju warung kopi di pintu keluar terminal , ia membiarkan angkotnya ngetem di sini dan berharap ada penumpang tambahan yang menaiki angkotnya... lebih buruknya lagi ia meninggalkan kami di tengah jalan kecil yang sepi dan gelap gulita seperti ini , di kiri kanan kami hanya ada parit , lahan kosong dan hamparan sawah saja , sementara di belakang agak jauh ada jalan masuk perumahan Pondok Blimbing Indah (PBI) yang tampak remang remang.… berhubung keadaan di sini gelap gulita kuputuskan untuk menghidupkan lampu di ruang tempat kami duduk , namun setelah berkali kali kutekan saklar tetap saja lampunya tak mau menyala.
Me : ” lampunya mati nik ”
Willy : ” aduuh sial juga kita ini , sudah gelap begini lampunya mati pula ”
Niken : ” ngeselin tuh sopir , kita ditinggalin gitu aja…. duhh masih lama ngga sih dia balik sini lagi vig ?! ”
Me : ” mana gw tau , ya nunggu dapet penumpang agak banyak nik ”
Niken : ” geblek juga tu orang , gimana mau dapet penumpang kalau ngetemnya di sini ?! ”
Me : ” udahlah kita tungguin aja , udah ngga ada angkot lain…. ini yang terakhir nik ”
Dengan muka kesal Niken memandangi hamparan persawahan dari jendela , sementara Willy terlihat sudah terkantuk kantuk.... aku sendiri sudah kelelahan dan terpaksa menikmati keadaan yang gelap gulita ini , satu satunya penerangan di dalam angkot ini hanyalah dari lampu speedometer yang ada di dashboard kemudi , tentu saja lampu itu tak seberapa terang sehingga kuputuskan menjadikan layar ponselku sebagai penerangan ala kadarnya , biar kami bertiga ngga merasa merinding berada di keadaan yang gelap gulita begini.
Di saat aku lagi asik memainkan ponsel mendadak ada seseorang yang berjalan gontai ke arah angkot ini , ternyata ada juga calon penumpang baru dan sepertinya ia baru saja keluar dari komplek perumahan PBI... dari jendela belakang kupandangi sosoknya yang tampak serba putih dan ternyata ia adalah seorang suster gereja , ia mengenakan baju lengan panjang , rok panjang , kerudung penutup kepala dan juga sepatu yang semuanya berwarna putih….. begitu masuk ke dalam angkot ini ia langsung duduk di kursi deret kiri dekat dengan pintu , nyaris berhadapan dengan Willy…. ia tampak duduk mematung dan tak sedikitpun menoleh kepada kami , sorot matanya terlihat kosong seperti orang depresi dan pipinya juga terlihat tirus seperti orang sakit , jika dilihat secara keseluruhan raut mukanya tampak begitu pucat sementara tubuhnya juga tampak kurus kering... entah ada apa dengan perempuan ini dan mau kemana tujuannya , aku dan Niken tak terlalu peduli dengannya karena sibuk dengan ponsel masing masing , bahkan si Willy tak menyadari keberadaannya karena ia baru saja tertidur beberapa menit yang lalu… tak berapa lama setelah suster itu masuk angkot tiba tiba kucium semerbak wangi bunga melati yang semakin lama semakin terasa menyengat , begitu juga si Niken yang sepertinya mencium bau yang sama.… sesaat kami saling pandang penuh keheranan , kami mulai merasa ada yang tak beres dengan keadaan ini…. kulihat suster itu masih duduk mematung namun kepalanya mulai tertunduk seperti orang yang sedang mengantuk , instingku mengatakan bahwa bau melati ini berasal darinya dan ini bukanlah wangi parfum karena aromanya terlalu menyengat…. karena merasa aneh dengannya aku dan Niken yang duduk di pojok belakang mulai berbisik bisik.
Niken : ” gw curiga vig ”
Me : ” curiga apaan ? ”
Niken : ” itu suster aneh banget , apalagi baunya melati vig ”
Me : ” sama gw juga mikir gitu ”
Di saat kami tengah berbisik bisik mendadak suster itu menangis terisak isak tanpa sebab , ia menutupi mukanya dengan kedua telapak tangannya yang gemetaran , jelas saja aku dan Niken makin merasa aneh dan bergidik sendiri.
Niken : ” vig , gimana nih ?! ”
Me : ” udah biarin aja , gw mau setel musik dari hape ”
Tanpa sungkan kuputar lagu dangdut ‘Wulan Merindu‘ nya Cici Paramida yang terdengar cukup nyaring dari speaker ponselku , anehnya suster itu tetap saja menangis terisak isak " hikz !.. hikz !.. hikz !... " tak sedikitpun ia merasa terganggu dengan musik yang kuputar , bahkan tak sekalipun ia menoleh ke arah kami , seolah olah kami dianggap tidak ada di dalam angkot ini…. hingga lagu ini berputar beberapa kali mendadak suster itu berhenti menangis , sesaat ia menyeka matanya yang tampak sembab dan kemudian turun dari angkot , dengan lunglai ia berjalan ke arah depan sebelum akhirnya berdiri mematung beberapa meter di muka angkot ini... dari dalam sini aku dan Niken tertegun melihat sosoknya yang berdiri membelakangi angkot ini , kami menebak nebak sendiri apa yang akan dilakukannya setelah ini… hingga tiba tiba ” wuuuzzz !! ” dalam sekejap suster itu terbang dan menghilang entah kemana , seketika aku dan Niken langsung terperanjat kaget setengah mati.
Niken : ” vig ??!!... ya allah ?!… iitu suster tadi ?!?!… dia bukan orang vig !! ”
Me : ” uudah biarin aja nik , yang penting udah pergi ”
Niken : ” tapi gw masih ngga percaya vig !!.. ya allah ?!... iitu suster hantu vig !! ”
Kami saling berpandangan dengan tegang dan masih tak percaya dengan apa yang barusan terjadi , begitu kondisi kami berdua sudah cukup tenang aku segera membangunkan Willy yang masih tertidur di sebelahku , dengan gelagapan ia terbangun dan kemudian kami bertiga segera keluar dari angkot sial ini…. kami berlari pontang panting kembali lagi ke terminal Arjosari , sebelum masuk terminal kami juga melewati warung kopi di pintu keluar dan ternyata sopir sial itu malah asik bermain kartu bersama temannya ” loh lapo kok mbalek maneh mas ?!?!... ” (loh kenapa kok balik lagi mas ?!?!...) tanyanya setengah berteriak tanpa sedikitpun kami hiraukan…. sesampainya di pangkalan taksi kami langsung menghampiri salah satu taksi dan lekas kusuruh sopirnya untuk mengantarkan kami pulang , sepanjang perjalanan aku dan Niken hanya terdiam dan masih cukup shock dengan kejadian tadi , sementara kami acuhkan si Willy yang terus bertanya tanya keheranan... teman kami yang satu ini sama sekali tak mengerti apa yang barusan terjadi.
MALANG MYSTERIO - Rame Rame Dengerin Acara Keramat Andalus FM
ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar awal tahun 2009 ketika aku masih kuliah semester 4
Sudah sejam lebih jari jariku mengetik keyboard komputer dan aku mulai merasa lelah untuk melanjutkannya , sementara masih tersisa beberapa halaman lagi yang harus diselesaikan malam ini juga karena besok siang makalah kami ini harus dikumpulkan pada dosen.
Me : " zul , capek gw ngetik... giliran lu sekarang ! "
Zul : " masih banyak ngga sisanya ? "
Me : " sisa dikit doang ini , cepetan terusin ! "
Zul : " oke deh "
Posisi tukang ketik kini telah digantikan oleh Zul , sementara aku mulai leyeh leyeh di karpet bersama Memet dan Pendik yang juga telah menyelesaikan jatah ketikannya masing masing.
Me : " mene jilidno yo met makalahe ! "
(besok jilidkan ya met makalahnya !)
Memet : " oyi gampang iku vig "
Pendik : " presentasine kapan iku vig ? "
Me : " mboh gak ruh aku ndik "
(entah gak tau aku ndik)
Jika bukan karena tugas kelompok yang harus dikerjakan secara dadakan maka malam ini kami tidak akan berkumpul di kosannya Memet , semua ini adalah akibat dari kemalasan kami yang sama sekali tak mencicil untuk mengerjakannya , jangka waktu 2 minggu yang diberikan oleh dosen hanya kami habiskan untuk nongkrong dan bersenang senang saja.
Memet : " aku rodok ngantuk vig "
(aku agak ngantuk vig)
Me : " lha engko gak ndelok bal balan kon ? "
(lha nanti gak nonton bola kamu ?)
Memet : " iyo ya , tapi aku wes kroso ngantuk ki "
(iya ya , tapi aku udah merasa ngantuk nih)
Pendik : " ndang nggaweo ipok maneh met , wes entek kabeh iki "
(cepet bikinin kopi lagi met , udah abis semua nih)
Memet : " yo wes nek ngono ndik , tak nggawe kopi eneh "
(ya udah kalo gitu ndik , aku bikin kopi lagi)
Kopi yang dibikin si Memet sejak 2 jam lalu telah habis kami reguk , kini ia mulai bersiap bikin kopi lagi biar kami semua ngga mengantuk , apalagi kami sudah berniat untuk begadang menyaksikan pertandingan bola dini hari nanti.
Pendik : " jam piro saiki vig ? "
(jam berapa sekarang vig ?)
Me : " jam sepuluh kurang sithik ndik "
Pendik : " wayahe ngrungokno keramat iki vig , tak gentine sek radione "
(waktunya dengerin keramat nih vig , aku ganti dulu radionya)
Me : " wo iyo ndik , dino kemis tha iki mau ?! "
(oh iya ndik , hari kamis tha ini tadi ?!)
Mendadak si Pendik teringat acara radio 'Keramat' yang biasanya disiarkan pada hari kamis jam 10 malam , acara ini khusus menyiarkan hal hal mistis yang terjadi di seputaran kota Malang dan kami semua selalu rutin mendengarkannya.
Pendik : " lha iki vig , jek tas mulai acarane "
(lha ini vig , baru aja mulai acaranya)
Me : " oyi , ngrungokno disambi ngipok karo rokokan ndik "
(oyi , dengerin sambil ngopi sama ngerokok ndik)
Lagu lagu slow ballad yang diputar Kosmonita FM kini telah tergantikan oleh suara suara menyeramkan macam jeritan kuntilanak , gelegar petir , tangisan bayi , dll.... si Pendik baru saja mengganti frekuensi radio menjadi 91.1 FM yang merupakan channel dari Andalus FM yang menyiarkan acara 'Keramat' ini.
Memet : " biyuh medeni ndik suorone "
(biyuh serem ndik suaranya)
Pendik : " lampu kamare patenono ae met , cek serem suasanane "
(lampu kamarnya matiin aja met , biar serem suasananya)
Memet : " oyi ndik , zul kamu ngetik pake lampu meja aja ya ?! "
Zul : " oh iya iya met "
Agar suasana terasa semakin seram si Memet lekas mematikan lampu kamarnya , kini satu satunya penerangan di kamar ini hanyalah dari layar komputer dan lampu meja saja.
Me : " nyeruput kopi disek "
Pendik : " onok crito opo ae iki ? "
(ada cerita apa aja nih ?)
Suara suara menyeramkan telah berlalu , kini Bang Anton sang penyiar yang bersuara berat mulai menyapa para pendengar setianya " asss.. wr..wb.. selamat malam para pendengar setia andalus , baik manusia maupun jin , setan , pocong , kuntilanak dan gendruwo... kita berjumpa lagi di acara keramat.... bagi yang manusia apakah anda sudah menutup pintu kamar anda ?!?!... apakah anda sudah melihat apa yang berada di bawah tempat tidur anda ?!?!...atau bagi yang mendengar sendiri apakah anda sudah memastikan bahwa anda benar benar sendiri ?!?!... " sapaan khas sang penyiar itu membuat kami semua tertawa geli mendengarnya , memang suara berat Bang Anton sangat cocok mengucapkan sapaan aneh itu , tak heran cuma dia satu satunya orang yang sejak dulu didaulat menyiarkan acara ini tanpa pernah sekalipun digantikan orang lain.
Zul : " ha.. ha.. semua demit disapa tuh met "
Memet : " ha.. ha.. jancuk tenan zul "
Me : " ha.. ha... ancen nggateli penyiare met "
Bang Anton baru saja mengakhiri sapaan anehnya itu , kini backsound musik Gregorian mulai mengalun dan membangkitkan aura mistis yang kental.... acara 'Keramat' inipun dimulai oleh seorang pendengar yang menelpon untuk menceritakan pengalaman mistisnya " mas.. aku rumahnya di sawojajar , kalo pas lagi pulang malem lewat jembatan sulfat sepi banget keadaannya , gak ada kendaraan lain.... aku sering lihat penampakan kuntilanak sama pocong mas , saking takutnya langsung tancap gas aku mas " mendengar cerita barusan membuat kami cukup kaget , siapa sangka jika jembatan Sulfat yang berada di daerah Sawojajar itu ternyata angker juga , padahal aku cukup sering melewatinya sepulang ngapel dari rumahnya Rista mantan pacarku.
Memet : " angker ndik tibakno jembatane "
(angker ndik ternyata jembatanya)
Pendik : " ancen iku mbiyene bekas kuburan lho met , mayite akeh seng isek kependem ngisore jembatan "
(emang itu dulunya bekas kuburan lho met , mayatnya banyak yang masih terkubur di bawahnya jembatan)
Memet : " biyuh , kok gak dipindah sisan mayite ndik ?! "
(biyuh , kok gak dipindah sekalian mayatnya ndik ?!)
Pendik : " gak ruh babah wes "
(entah gak tau dah)
Sebenarnya acara 'Keramat' ini hanyalah berisi pengalaman pengalaman mistis yang dialami oleh para pendengar yang kemudian diceritakan melalui telepon , cerita pertama telah usai dan kini kami mulai bersiap mendengar cerita dari penelpon selanjutnya " halo semuanya , aku mau cerita pengalaman hororku pas tahun 2005 mas.... ceritanya pas aku nungguin mbakku ngamar opname di rumah sakit lavalette , waktu itu jam 1 malem aku kebelet pipis trus ke toilet , pas keluar aku lihat suster lagi dorong kursi roda , trus orang yang duduk di kursi roda itu gak ada kepalanya mas... waduh aku langsung lari ke kamarnya mbakku sampe keringetan , sampe sekarang kalo inget jadi merinding aku mas " cerita soal keangkeran rumah sakit Lavalette sudah menjadi rahasia umum bagi masyarakat kota Malang , rumah sakit itu termasuk bangunan kuno peninggalan Belanda jadi tak perlu diragukan lagi keangkerannya.
Zul : " suster ngesot ada ngga ndik di rumah sakit lavalette ? "
Pendik : " paling juga ada zul , kalo tetanggaku dulu ngakunya pernah lihat suster yang mukanya rata "
Me : " koyok hantu muka rata kampus brawijaya tha ndik ? "
Pendik : " yo paling sejenis vig "
Memet : " medeni ndik , mbayangno ae wes merinding opo maneh nek kejadian tenanan "
(serem ndik , ngebayangin aja udah merinding apalagi kalo kejadian beneran)
Semakin lama rasanya semakin merinding mendengar cerita cerita mistis ini , kini penelpon berikutnya datang dari daerah Kepanjen yang berada di Malang selatan " dulu aku pernah malem malem lewat kuburan pepen naek motor sendirian mas , pas lewat suasananya gelap sepi , trus motorku rasanya jadi berat tak pikir bannya bocor mas.... pas aku nengok belakang lha kok ternyata ada kuntilanak mbonceng di motorku mas , waa !!!... aku langsung ngebut ngga berani noleh belakang pokoknya , pas udah nyampe tempat rame kuntilanaknya ilang sendiri trus motorku jadi enteng lagi , alhamdulilah wes slamet aku mas " mendengar cerita barusan membuat kami cukup bergidik juga , sulit untuk membayangkan jika kami mengalami kejadian serupa.
Pendik : " wancik nggoncengno kunti met "
(wancik ngeboncengin kunti met )
Memet : " sujokno kuntine gak melok teko omahe yo ndik "
(untungnya kuntinya gak ikutan sampe rumahnya ya ndik)
Mendengar cerita demi cerita membuat kami jadi semakin berdebar seolah kami juga turut mengalami sendiri kejadiannya , kini kami mulai menyeruput kopi dan menyalakan rokok lagi sambil menunggu cerita selanjutnya , tak lama kemudian seorang penelpon lain masuk dan bersiap menceritakan pengalaman mistisnya " halo mas !!.... aku mau cerita nih , dulu aku pernah iseng malem malem mampir rumah rinjani jalan ijen , aku sama temenku masuk di halaman depan hawanya langsung merinding.... pas aku lagi lihat keadaan gak taunya ada penampakan noni belanda di jendela rumah mas , tapi abis itu langsung ilang gak tau kemana... trus temenku yang lagi jalan di samping rumah lihat noni belanda juga.... pakaiannya kayak di film film eropa trus rambutnya juga pirang mas " keangkeran rumah Rinjani baru aku ketahui belakangan ini melalui cerita Bang Renggo , apalagi dia juga pernah beruji nyali di sana beberapa tahun lalu , bahkan dia bilang ada sesosok noni Belanda yang mengikutinya saat dia pulang.
Pendik : " jare bang renggo nonine melok urip ndek omah kontrakane ya vig ? "
(katanya bang renggo noninya ikutan tinggal di rumah kontrakannya ya vig ?)
Me : " iyo , tapi mboh tenanan po gak "
(iya , tapi entah beneran apa ngga)
Memet : " aku kok gak ngerti panggone rumah rinjani iki jalan ijen sebelah endi tha vig ? "
(aku kok gak tau tempatnya rumah rinjani itu jalan ijen sebelah mana tha vig ?)
Me : " cedeke museum brawijaya met "
(deketnya museum brawijaya met)
Zul : " penasaran aku vig pengen uji nyali di rumah rinjani "
Pendik : " kita sekarang kuliah sibuk tugas melulu zul , ya kapan kapan aja kalo libur "
Me : " lagian sekarang rame zul rumahnya , banyak yang uji nyali di sana "
Sejujurnya kami merasa penasaran ingin membuktikan sendiri keangkeran rumah peninggalan Belanda itu , aku sendiri sempat melintas di depan rumah itu saat tengah malam dan ada begitu banyak orang yang berkumpul di sana.... bisa ditebak kalau mereka tengah ikut ikutan beruji nyali gara gara acara 'Dunia Lain' di tv itu.
Memet : " iki sek enek cerito liyane eneh vig "
(ini masih ada cerita lainnya vig !)
Me : " soko ngendi ki seng telpon ? "
(dari mana nih yang telpon ?)
Memet : " iki wong pujon vig "
(ini orang pujon vig)
Seorang penelpon dari daerah Pujon baru saja memulai ceritanya , lekas saja kami semua menyimaknya " begini ceritanya mas , kalo malem bus puspa indah sering ditumpangi sama hantu perempuan , dia numpang dari daerah kasembon trus turunnya biasanya di sekitar koperasi sae... aku lho mas pernah liat dia duduk sendirian di kursi belakang tapi gak ngira kalau dia itu hantu , lha pas busnya lewat koperasi sae kok aku lihat udah ngga ada perempuan itu , temenan ilang sendiri dia mas... astagfirullah !!.. aku langsung keringetan dingin trus pindah duduk deket sopir , pas tak tanyain sopirnya malah bilang kalo perempuan itu sering numpang bus malem malem... jadi sopirnya itu udah biasa mas , udah gak takut lagi kalo ada hantu perempuan itu numpang busnya " bus Puspa Indah jurusan Malang - Jombang bukanlah hal yang asing bagi diriku dan juga Memet , di masa awal kuliah kami kerap mudik bareng menggunakan bus itu namun tak sekalipun kami mendapati hantu perempuan yang ikut menumpang meskipun hari sudah malam.
Memet : " mbiyen awake dhewe lak kerep liwat kasembon bengi bengi , tapi kok gak tau pethuk demite yo vig ? "
(dulu kita kan sering lewat kasembon malem malem , tapi kok gak pernah ketemu demitnya ya vig ?)
Me : " mboh met , aku yo ra ruh "
(entah met , aku juga gak tau)
Pendik : " paling nek pethuk demite kon malah semaput met "
(paling kalo ketemu demitnya kamu malah pingsan met)
Me : " ha.. ha.. ha.. "
Tanpa terasa 1 jam telah berlalu , kini Bang Anton sang penyiar mulai bersiap menutup acara 'Keramat' ini.... sangat disayangkan acara ini harus berakhir ketika kami mulai terlarut menikmati cerita ceritanya dan merasa belum terpuaskan , durasi yang cuma 1 jam dirasa terlalu singkat untuk acara yang kabarnya telah mengudara sejak tahun 98 ini.
Memet : " bubar ndik keramate "
(abis ndik keramatnya)
Pendik : " sedelut yo met , gak marem "
(sebentar ya met , gak puas)
Me : " kudune rong jam pisan ngasi jam rolas bengi "
(harusnya dua jam sekalian sampe jam dua belas malem)
Zul : " nanggung banget ya vig "
Kami para pendengar setia hanya bisa berharap agar pihak Andalus FM bersedia menambah jam tayang acara 'Keramat' , bagi kami acara ini memiliki daya tarik tersendiri dan sekaligus bisa menambah wawasan mengenai tempat tempat angker di seantero kota Malang.
Langganan:
Postingan (Atom)