Selepas hingar bingar perayaan tahun baru 2020 suasana di kota Batu masih tetap ramai dan macet , orang orang dari luar kota masih terus berdatangan hingga membludak memenuhi berbagai tempat wisata di kota ini , karena itulah aku dan Aline memilih untuk menghabiskan waktu ke kawasan waduk Selorejo yang berada di daerah Ngantang , di sana pengunjungnya tak terlalu ramai sehingga kami bisa menikmati suasana dengan tenang.
Menjelang sore aku dan Aline baru saja beranjak meninggalkan waduk Selorejo , dengan santai kami melaju di antara ramainya jalanan Pujon - Batu yang dilalui bus , truk dan kendaraan dari luar kota , hingga saat tiba di sekitar pom bensin Songgoriti kondisi jalanan menjadi macet karena ada banyak mobil dan bus besar yang sedang mengantre untuk mengisi bahan bakar , untungnya kami mengendarai motor sehingga bisa dengan mudah melaju melewati celah celah tiap kendaraan yang ada di depan.
Beberapa menit kemudian laju motorku sudah sampai di sekitaran Indomaret jl Trunojoyo , namun Aline tiba tiba menyuruhku untuk mampir Indomaret karena ia ingin berbelanja beberapa barang kebutuhan sehari hari , segera saja kubelokkan laju motorku di parkiran Indomaret yang tampak ramai dipenuhi motor orang orang yang sedang berbelanja.
Tak banyak barang yang dibeli Aline , setelah membayar kami langsung keluar dan bersiap melanjutkan perjalanan pulang , namun saat melihat ada tukang bakso yang berjualan di hotel sebelah Indomaret aku jadi ingin makan sebentar , tentunya bukan sekedar makan saja tetapi juga untuk sedikit mengintip rumah kecil milik Mbak Vesty yang berada di sebelahnya hotel Tresno Putro.
Me : " kita makan bakso bentar sambil ngintip rumah mbak vesti lagi gimana ? "
Aline : " males mas , ngapain masih jam segini "
Me : " gak pa pa bentar aja "
Sekitar sebulanan lalu aku dan Aline juga sempat mengamati rumah Mbak Vesty dari seberang jalan , waktu itu Aline melihat ada sesosok arwah perempuan berambut pirang yang muncul di bagian depan atap rumah Mbak Vesty , kali ini aku ingin mengajak Aline mengamati rumah itu lagi agar ia bisa melihat arwah penghuninya muncul walaupun hanya sesaat.
Tukang bakso yang mangkal di depan hotel Tresno Putro hanya menggunakan gerobak motor saja , sementara untuk makan di tempat rasanya kurang nyaman karena hanya ada terpal kecil dan buk parit yang difungsikan sebagai meja , apa boleh buat terpaksa kami mengesampingkan rasa kurang nyaman ini demi bisa mengamati rumah Mbak Vesty dari jarak dekat.
Sambil makan bakso aku terus menyuruh Aline untuk mengamati rumah Mbak Vesty yang berada di sebelah hotel Tresno Putro , rumah kecil itu tampak sepi tanpa ada seorangpun yang terlihat , mungkin Mbak Vesty dan keluarganya sedang keluar atau sedang beristirahat di dalam rumah.
Aline : " palingan mbak vesty lagi bobok siang kalo jam segini "
Me : " iya paling , kan dia buka warung sampe shubuh "
Aline : " trus kapan dong kita maen ke rumahnya mbak vesty ? "
Me : " gampang ntar ntar aja kalo udah cocok waktunya "
Sejak setahunan lalu aku dan Aline sebenarnya ingin sekali bertamu ke rumahnya Mbak Vesty , tetapi aku merasa belum menemukan waktu yang cocok untuk mampir ke rumah itu dan memperkenalkan diri kepada Mbak Vesty , padahal sudah berulang kali ia menyuruhku bertamu ke rumahnya namun aku masih urung melakukannya , hingga detik ini hubungan yang terjalin dengan Mbak Vesty masih sebatas di dunia maya saja meskipun sudah setahun lebih aku dan Aline menetap di kota Batu.
Bakso yang kami santap sudah habis tetapi Aline masih belum melihat ada sosok arwah yang muncul dari rumah Mbak Vesty , mungkin karena cuaca masih agak panas sehingga arwah arwah penghuni rumah itu enggan untuk beranjak keluar , apa boleh buat terpaksa kami menunggu lebih lama lagi sembari iseng memotret dengan ponsel.
Karena tidak ada arwah yang muncul akhirnya kami berniat untuk segera pulang , tetapi saat aku akan membayar bakso tiba tiba Aline melihat ada sesosok arwah yang munculnya justru di parit depan rumahnya Mbak Vesty , kata Aline sosok arwah itu bukanlah perempuan Belanda sebagaimana yang pernah ia lihat sebelumnya , kali ini yang muncul justru arwah seorang lelaki yang mukanya remuk penuh darah.
Aline : " kayak korban tabrakan mas , mukanya tuh udah remuk banyak darahnya "
Me : " lagi ngapain arwahnya ? "
Aline : " tuh lagi merangkak di parit , kayaknya sih mau ke arah sini "
Mungkin arwah yang dimaksud Aline adalah korban kecelakaan di jalan ini , karena aku tak bisa melihat arwah itu maka kusuruh Aline untuk terus mengatakan padaku , kali ini ia berkata kalau arwah yang mukanya remuk itu sedang merangkak ke arah hotel , saat kulihat di parit tampak semak belukar lebat yang bergerak gerak seperti sedang dilewati kucing , kurasa semak belukar itu bisa bergerak gerak karena sedang dilewati oleh arwah lelaki yang merangkak ke arah hotel Tresno Putro.
Me : " semaknya gerak gerak terus tuh , pasti lagi merangkak di situ kan arwahnya ? "
Aline : " iya tuh mas , lama lama arwahnya makin ke sini tuh , serem mas mukanya remuk gitu "
Aline agak merinding melihat arwah lelaki yang katanya bermuka remuk itu , hingga tak lama kemudian ia berkata kalau arwah itu mulai merangkak memasuki lobang parit yang berada tepat di bawah buk tempat jualan tukang bakso ini.
Aline : " kayaknya tuh arwah mau ke parit seberang jalan mas , deketnya warung itu "
Me : " ya udah kita ke warung aja , sekalian minum es "
Kata Aline arwah lelaki bermuka remuk itu sudah masuk ke lobang parit yang tembusannya sampai ke parit seberang jalan yang bersebelahan dengan warung , lebih baik kuajak Aline ke sana agar ia bisa melihat arwah itu lagi dan mencoba untuk sedikit berinteraksi , sekalian kami mampir warung itu karena kami belum minum setelah makan bakso.
Begitu tiba di warung seberang jalan kami langsung memesan es dan meminumnya di buk parit sebelah warung , sambil minum es kusuruh Aline untuk terus mengamati lobang parit yang ada di bawah buk , sayangnya setelah sekian menit menunggu arwah lelaki bermuka remuk itu tak kunjung keluar dari lobang parit.
Aline : " ah gak keluar keluar tuh arwahnya tadi mas , palingan dia ngendon di dalem lobang parit , kan di situ paling lembab udaranya "
Me : " ya udah wes biarin , kita masuk ke warung aja "
Karena arwah lelaki bermuka remuk itu tak lagi muncul lebih baik kami masuk kembali ke dalam warung , sambil menghabiskan es kami membaca lagi cerita horornya Mbak Vesty di Kaskus untuk mencari tahu siapa gerangan arwah yang dilihat Aline tadi , hingga akhirnya kami mendapati kesimpulan kalau arwah lelaki bermuka remuk itu bukanlah korban kecelakaan tetapi adalah seorang kuli yang mati tertimpa batang pohon randu saat sedang menebangi pepohonan di lahan yang sekarang menjadi rumahnya Mbak Vesty.
Aline : " oh jadi arwahnya kuli ya tadi itu mas ? "
Me : " iya , dulunya lahan rumah mbak vesty banyak pohon randu gede ditebangin "
Aline : " emang dari kapan kejadiannya ? "
Me : " nggak tau nih , kayaknya dari tahun 60 an "
Begitulah rumah Mbak Vesty memang penuh dengan misteri , mulai arwah orang orang Belanda sampai arwahnya kuli semuanya berkumpul di rumah kecil yang letaknya terhimpit hotel dan villa bertingkat itu , tak heran kalau Mbak Vesty mengaku sering melihat penampakan atau mendengar suara gaib karena rumahnya memang sudah menjadi sarang setan.
Vigo
Januari 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar