Akhir tahun 2020 ini aku sudah resmi diterima menjadi dosen di Universitas Brawijaya kota Malang , menurut jadwal mulai awal tahun 2021 aku sudah bisa mengajar tatap muka seiring berakhirnya sistem perkuliahan online yang diberlakukan selama pandemi Corona , nantinya aku akan berdedikasi penuh mendidik para mahasiswaku agar tidak sekedar menjalani siklus kuliah - lulus - kerja - nikah - punya anak , aku mau para mahasiswaku bisa mengasah diri sampai benar benar muncul sisi terbaik dirinya dan punya pola pikir visioner untuk melakukan perubahan dalam hal apapun , mungkin tak semuanya berhasil kudidik seperti itu tapi sebagai seorang dosen aku benar benar harus mengupayakannya dengan penuh dedikasi , aku akan merasa tenang kalau di masa mendatang para mahasiswaku berhasil menjadi tonggak perubahan yang membawa bangsa ini menuju kejayaan yang sesungguhnya.
Pekerjaanku sebagai dosen ini murni panggilan dari hati , bisa juga dianggap sebagai penebusan karena sewaktu kuliah aku sendiri bukanlah termasuk mahasiswa yang baik , bagiku ada perasaan mengganjal kalau sudah lulus kuliah tapi tidak bisa berkontribusi bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara , karena itulah aku harus menebusnya dengan mendidik para mahasiswa angkatan tahun 2021 dan seterusnya agar benar benar bisa menjadi lebih baik daripada mahasiswa pada jamanku dulu , aku pernah jadi mahasiswa jadi aku bisa mengetahui mana mahasiswa yang punya potensi dan mana yang cuma pecundang , mereka yang kerjanya cuma joget tik tok , main game online , mabok mabokan , bawa cewek ke kosan , suka malas malasan atau sok kekinian tak akan kuberi perhatian lebih , tapi mereka yang punya semangat , kedisplinan , kawruh budi dan niat kuat untuk belajar akan kugembleng sampai benar benar matang untuk menjadi agent of change , dalam hal ini posisiku kurang lebih sama seperti Tjokroaminoto yang menjadi guru bagi pemuda pemuda seperti Sukarno , Semaun , Muso dan Kartosuwiryo , bisa dibilang role modelku adalah sosok Tjokroaminoto dengan sedikit tambahan sisi radikal seperti Tan Malaka.
Generasi terbaik bangsa ini ada di era kemerdekaan sehingga aku harus bisa mendidik para mahasiswaku agar punya mentalitas progresif yang menolak untuk dijadikan domba domba pemimpi , karena dunia ini mendidik orang dengan mimpi dan akhirnya membuat orang terbiasa dibohongi , itu adalah fakta dimana kebodohan kolektif telah menggerogoti mentalitas dan pola pikir orang yang akhirnya membuat bangsa ini sulit untuk mengubah nasib , tapi dengan mentalitas progresif serta pola pikir visioner aku meyakini bahwa nasib bangsa ini benar benar bisa berubah , karena sesungguhnya tak akan bisa suatu bangsa merubah nasibnya sendiri kalau pola pikir dan mentalitasnya masih belum berubah , itu menjadi landasan fundamental bagi generasi muda agar tidak terus menerus mengulang kebodohan generasi sebelumnya yang memang sudah terlanjur nyaman berkubang dalam kebodohan , bukan bodoh tak berpendidikan tapi bodoh menjadi manusia yang tak punya kesadaran tinggi dalam kehidupan bermasyarakat , berbangsa dan bernegara.
Vigo
Desember 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar