Detik demi detik berlalu penuh ketegangan sementara benak kami sibuk menebak nebak apa yang akan terjadi setelah ini , hingga akhirnya kami dikagetkan oleh kemunculan belasan ekor ular seukuran selang air dan bersisik hijau gelap yang tengah merayap di atas rerumputan tepi kolam , semuanya bergerak lambat dan terus mendekat ke arah kami yang masih terpaku di depan ruang LC.
Tiwi : " ya allah ?!.. iitu ularnya banyak banget !!... kita mesti gimana nih mbak ?!? "
Niken : " stiv , cepet atasin tu ularnya !! "
Steve : " iya mbak... eh bang , bawa garam kan ? "
Renggo : " oh bawa dong , lu juga bawa kan ? "
Steve : " iya bang , kita lemparin garam bareng bareng aja "
Renggo : " oke stiv , eh semuanya cepetan ke tangga dulu !! "
Niken : " ati ati ya bang ! "
Dengan panik kami semua berlari pontang panting menuju anak tangga di bagian tengah gedung ini , sementara Steve dan Bang Renggo tetap bertahan di depan ruang LC , masing masing dari mereka telah menggenggam garam di kepalan tangannya dan siap untuk melemparkannya pada ular ular itu.
Tiwi : " emang ularnya takut sama garam ya mas ? "
Zul : " liat aja ntar dek , katanya sih ampuh "
Kini kami semua berdiri berdesakan di atas anak tangga ini , dari sini kami dapat menyaksikan apa yang terjadi di depan ruang LC , belasan ekor ular itu semakin mendekat ke arah Bang Renggo dan Steve , mereka berdua benar benar terkepung oleh ular ular itu namun dengan cekatan mereka berdua segera melemparkan garamnya , lemparan pertama hanya berhasil mengenai 3 ekor ular dan menimbulkan kobaran api kecil , hingga akhirnya setelah berkali kali melempar garam semua ular itu terbakar hebat dan terus menggelepar kesakitan di atas rerumputan.
Eko : " aku masih ngga percaya nih , kok bisa terbakar ya ularnya ?! "
Tiwi : " padahal kan cuma dilemparin garam aja mas , kok bisa kebakar kayak gitu ?! "
Me : " itu ular gaib , ngatasinnya emang pake garam "
Eko : " oh gitu ya mas ?!... baru tau aku "
Rio : " aneh juga ya ko ?! "
Niken : " dah aman nih , ayo kita turun guys !! "
Bergegas kami turun dari anak tangga dan kembali lagi ke depan ruang LC , ular ular itu masih tampak menggelepar di atas rumput dengan sekujur tubuh yang terbakar dilalap api , bahkan bau daging hangus terasa menyengat indra penciuman kami.
Renggo : " kecil nik kalo cuma ular ginian "
Niken : " ampuh juga ya bang garamnya "
Tiwi : " masih deg degan nih aku mbak "
Tak lama kemudian ular ular itu tampak terdiam dan tak lagi menggeleparkan tubuhnya yang terbakar , semuanya telah mati dan secara perlahan satu persatu dari bangkai ular yang mengepulkan asap itu mulai menghilang dari pandangan mata kami.... yang tersisa hanyalah serpihan abu yang tampak mengotori rerumputan di tepi kolam ini.
Tiwi : " loh kok pada ilang semua ularnya ?! "
Renggo : " kalo udah mati ya langsung ilang , kan asalnya dari alam gaib dek "
Steve : " ular ular itu suruhannya nyai anjani "
Zul : " untung nyai anjani ngga nongol lagi stiv "
Pendik : " jangan sampe nongol zul , ngeri juga kalo inget dulu "
Rasa lega tampak terpancar dari raut muka kami semua , masalah yang menyambut kami ini telah teratasi dengan mudah dan tanpa menguras tenaga sama sekali.
Niken : " ya udah deh , sekarang kita ke atas yukz guys ! "
Tiwi : " deg degan juga mbak aku mau ke atas "
Eko : " iya nih mbak , agak takut juga "
Niken : " gak usah takut deh , kalo ada apa apa biar diatasin sama bang renggo "
Tiwi : " iya mbak , bismilahirahmanirahim "
Tanpa buang waktu kami semua segera berjalan ke anak tangga dan sejenak kami mendongakkan kepala ke atas.... dari sini kami dapat melihat betapa gelapnya lorong lorong yang ada di lantai 2 hingga lantai 6 , berbanding terbalik dengan kondisi tiap balkon yang tampak terang benderang.
Renggo : " ayo deh naek sekarang ! "
Niken : " kita pake senter gak bang ? "
Renggo : " nggak usah deh , ntar aja kalo udah nyampe atas "
Anak tangga di gedung GKB 1 ini disusun secara bersambungan antar lantai , pada lantai ganjil anak tangga berawal dari balkon dan berakhir di lorong , sebaliknya pada lantai genap anak tangga berawal dari lorong dan berakhir di balkon.... begitu seterusnya hingga mencapai puncaknya di lantai 6.
Eko : " gak serem nih lorong lantai 2 "
Rio : " iya ko , paling juga gak ada hantunya di sini "
Tiwi : " ahh kalo ada hantunya kamu juga bakalan teriak kayak tadi "
Meskipun suasananya gelap remang remang namun tak ada yang terlihat menyeramkan di lorong lantai 2 ini , lagipula Steve dan Bang Renggo juga tak mendeteksi keberadaan makhluk gaib di sini.... segera saja kami melangkahkan kaki ke anak tangga berikutnya menuju lantai 3 , namun tiba tiba saja " byuuuar !!!!..... byuuuarr !!!!.... byuuuarrr !!!! " terdengar suara nyaring dari arah kolam yang seketika mengagetkan kami semua , suara itu tak kunjung berhenti ketika kami semua masih terperanjat di atas anak tangga ini.
Eko : " aduhh apaan itu wi ?! "
Tiwi : " mbakk ?!... iitu suara apaan ?! "
Niken : " ya allah vig ?!... iitu pasti siluman ular yang dulu "
Me : " nongol lagi nih ternyata "
Steve : " gimana bang , kita lihat sekarang ?! "
Renggo : " ayo deh , gw pengen tau wujudnya kayak apa "
Dengan langkah tergesa kami menuruni anak tangga dan kembali ke balkon lantai 2 , dari sini kami dapat melihat seluruh sisi kolam secara jelas..... di hadapan kami tampak sosok siluman ular bernama Nyai Anjani itu tengah berenang renang di sisi barat kolam " byuarr !!... byuarr !!... " berkali kali ia terus melecutkan ekor ularnya yang panjang itu hingga membuat air kolam bermuncratan ke segala arah.
Renggo : " itu silumannya stiv ?! "
Steve : " iya bang , nyai anjani namanya "
Tiwi : " astagfirullah ?!.. iiitu mbak ??!.. baru sekarang aku lihat yang kayak gitu "
Eko : " aaku masih ngga percaya kalo di kolam ada makhluk kayak gitu wi "
Rio : " ssereem ko , aaku takut "
Siapapun akan merasa ngeri jika melihat sosok perempuan berbadan setengah ular itu , selama beberapa menit kami semua terdiam dan terpana memandanginya dari balkon lantai 2 ini sebelum akhirnya sosok itu masuk kembali ke dalam air.
Niken : " yahh , udah ngilang lagi tu siluman... mana gw belum sempet moto nih "
Tiwi : " boro boro mbak , ngga kepikiran juga mau ngrekam video tadi.... sumpah aku deg degan ngelihatnya mbak "
Eko : " sampe keringetan aku wi "
Rio : " untung aja ya ko kita ngelihatnya dari sini , coba kalo pas di jembatan tadi ? "
Eko : " iya , pasti udah mampus kita "
Raut muka ketiga personel baru ini tampak cukup shock selepas melihat siluman ular penunggu kolam tadi , sejenak kami biarkan mereka menenangkan diri dulu sementara kami para personel lama berbincang soal kemunculan siluman ular tadi.
Renggo : " siluman kayak gitu biasanya ada di sungai , tapi kok malah ada di kolam ya stiv ? "
Steve : " itu aslinya emang dari sungai brantas depan kampus bang "
Renggo : " lah kok bisa pindah situ ? "
Steve : " aku lupa bang kenapa dia bisa pindah kolam "
Pendik : " dulu aku yang nanyain pake bahasa jawa bang , katanya ada yang nyuruh pindah situ tapi dia gak mau jawab siapa yang nyuruh "
Renggo : " berarti pasti ada makhluk yang lebih tua yang nyuruh "
Me : " yang lebih tua siapa lagi kalo bukan kunti merah bang ? "
Renggo : " bener tuh vig , kayaknya gedung ini udah kayak keratonnya gitu.... makanya dia butuh penjaga "
Me : " masuk akal juga tuh bang "
Secara logis kami menyimpulkan bahwa keberadaan Nyai Anjani di kolam itu pastilah atas perintah dari kuntilanak merah yang menempati lantai 6 gedung GKB 1 ini , sepengetahuan kami jika mahkluk gaib itu berusia lebih tua maka semakin tinggi pula kesaktiannya dan makhluk gaib yang berusia lebih muda akan tunduk padanya.
Setelah 10 menitan duduk di balkon lantai 2 kami semua mulai berjalan kembali ke lorong dan menaiki anak tangga menuju lantai 3 , tak ada yang aneh saat kami tiba di balkon lantai 3 namun kami juga tak terburu buru untuk naik ke lantai 4 , tak ada salahnya jika kami menyempatkan diri untuk mengecek keadaan di lorong lantai 3 ini.
Renggo : " lumayan gelap juga di sini nik "
Niken : " iya bang serem juga ya "
Tak ada satupun lampu yang menyala di sepanjang lorong ini , satu satunya penerangan hanyalah pantulan lampu dari balkon saja yang membuat suasana terlihat agak remang.
Renggo : " gimana ?!.. kita keliling dulu apa langsung naek lantai 4 ? "
Niken : " guys gimana nih enaknya ? "
Me : " keliling bentar aja deh bang , masih jam segini "
Renggo : " oke vig "
Dengan rasa was was kami mulai mengelilingi segala penjuru lantai 3 ini , tak hanya di lorong saja tapi juga area belakang gedung GKB 1 yang berupa tebing plengsengan.... suasana di sini agak remang oleh pantulan lampu dari kantin 3.5 yang berada di atas tebing plengsengan , namun entah kenapa kami merasa hawanya berbeda sehingga menimbulkan rasa merinding , bahkan tak lama kemudian Bang Renggo mulai mendeteksi keberadaan makhluk gaib di sini.
Me : " ada apaan di sini bang ?! "
Renggo : " gw gak tau vig , eh bantuin gw stiv ! "
Steve : " iya bang "
Sementara Bang Renggo dan Steve masih sibuk mendeteksi Pendik mulai mengeluarkan 4 buah senter dari dalam tasnya , dengan sigap ia langsung membaginya pada kami semua.
Me : " kalian gak bawa senter tadi ? "
Tiwi : " tadi sih bawa 2 mas tapi jatuh di tegalan pas kita dikejar gendruwo "
Me : " ya udah nih kalian pegang 1 senter aja "
Tiwi : " iya mas "
kami terus mengarahkan sorotan senter ke segala arah namun tak ada penampakan apapun yang kami dapati , hingga akhirnya " hhuuaa !!!.... hhhuuuua !!!... " perhatian kami tersita oleh suara teriakan perempuan yang terdengar sayup sayup dari dasar tebing plengsengan ini , suara itu hanya terdengar sebentar saja dan membuat kami semua terperanjat.
Niken : " bang denger suara itu ?! "
Renggo : " iya gw denger "
Niken : " itu suara kunti ya bang ?! "
Renggo : " bukan kayaknya , gw juga ngga ngerti apaan "
Me : " ayo senterin ke bawah semua ! "
Tiwi : " iya mas "
Dengan sedikit bergidik kami semua menjulurkan tangan dan mengarahkan sorotan senter ke dasar tebing yang berada di belakang lantai 1 , namun tak ada apapun yang kami temukan... hingga tiba tiba " braakk !!! " salah satu senter terjatuh ke bawah dan hancur seketika , segera saja kami menyadari ada salah satu di antara kami yang menjatuhkannya , Tiwi si cewe berjilbab itu tiba tiba saja ambruk dengan tubuh yang mengejang hebat di lantai dan " hhhuuuaaaa !!!!!..... hhuuaaa !!!!.... " teriakan yang kami cari cari sumber suaranya itu kini telah terdengar di hadapan kami semua , teriakan yang menyiratkan kesakitan itu kini terdengar nyaring dari mulut Tiwi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar