ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar akhir tahun 2013
Di atas meja telah terhidang 60 tusuk sate ayam yang terlihat menggiurkan , tiap tusuknya terdapat daging ayam utuh memanjang dan tanpa lemak sama sekali , istimewanya lagi sate sate ini diguyur sambal kacang bercampur bawang yang membuat aromanya kian meneteskan air liur.
Steve : " gede banget daging ayamnya mas ? "
Me : " ya emang gini sate khas ponorogo stiv "
Gendu : " wenak pokoke mas stiv "
Harun : " ayo wes kita makan mas stiv , sampeyan mesti ketagihan ngko mas "
Sate ini bukanlah sembarang sate tapi merupakan kuliner legendaris khas Ponorogo yang resepnya telah turun temurun dari jaman dulu , di kota ini ada beberapa depot sate terkenal yang telah berdiri sejak lama dan hingga kini diteruskan oleh anak cucunya , salah satunya adalah depot Pak Tukri Sobikun yang berada di pertigaan ngepos ini.
Steve : " enak banget mas ternyata "
Me : " he.. he.. baru tau lu "
Gendu : " enak tenan ya mas satene "
Harun : " pokoke mak nyos marem tenan mas stiv "
Steve : " kalo di pekanbaru satenya gak ada yang kayak gini mas "
Me : " he.. he.. mumpung lu lagi di sini makan aja sampe puas "
Steve tampak begitu lahap menyantap sate sate ini , dengan cepat ia menusuk potongan lontong dan kemudian menyantapnya bersamaan dengan daging sate , tak butuh waktu lama ia telah menghabiskan 15 tusuk sate yang tersaji di piringnya.
Steve : " kenyang juga mas aku "
Me : " he.. he.. masih mau nambah lagi gak ? "
Steve : " ha.. ha.. udah wes cukup mas "
Seluruh sate telah habis kami santap dan kini waktunya kami beranjak meninggalkan depot ini , rencananya sore ini kami akan pergi ke daerah Bungkal karena ada pertunjukkan Reog yang digelar di sana.
Tiba di kelurahan Bungkal kami mendapati kerumunan warga yang tengah menyaksikan pertunjukkan gajah gajahan , tak ketinggalan para Jathil turut berlenggak lenggok mengikuti tetabuhan gamelan.
Steve : " kok malah gajah yang main mas ? "
Me : " itu masih pertunjukkan pembuka stiv "
Harun : " reognya bentar lagi mainnya mas , kita nunggu aja "
Dengan tergesa kami memarkir motor di depan kelurahan dan kemudian ikut berdesakan di antara kerumunan warga , untung saja kami bisa duduk lesehan di depan kerumunan sehingga kami cukup nyaman menonton pertunjukkan ini.
Harun : " ayo melok njoget ndu ! "
(ayo ikutan njoget ndu !)
Gendu : " wegah , ngisin ngisini ae "
(enggak , malu maluin aja)
Aksi gajah gajahan ini berlangsung cukup singkat dan pertunjukkan yang kami nantikan akhirnya dimulai juga " hak e !!.. hak e !!.. hok ya !!... hok ya !!.. " barisan para warok bertampang brewok mulai beraksi di hadapan kami , mereka mengenakan blangkon , rompi , celana hitam dan juga tali kolor putih yang begitu panjang.
Steve : " itu warok kayak pendekar gitu ya mas ? "
Me : " pendekar jaman kerajaan wengker dulu stiv , tapi udah gak ada warok beneran sekarang "
Harun : " iyo mas , warok terakhir udah meninggal pas taun 2008 "
Gendu : " mbah kasni gunopati namanya mas "
Steve : " berarti jaman sekarang udah gak ada warok beneran lagi ya mas ? "
Harun : " sekarang cuma warok penari mas stiv , ngga ada yang sakti "
Bagi orang Ponorogo keberadaan para warok sudah tak asing lagi , di masa lalu warok adalah pasukan keamanan kerajaan Wengker yang terkenal dengan kesaktiannya , seiring perkembangan jaman tradisi lelaku ngelmu yang dilakoni para warok perlahan semakin punah sehingga di masa kini tak ada lagi warok yang benar benar sakti , semuanya tak lebih sekedar penari yang mengenakan jambang palsu di mukanya.
Harun : " woe pentulane podo metu kabeh ndu "
(woe pentulannya pada keluar semua ndu)
Gendu : " soyo rame iki run "
Steve : " itu apa namanya mas yang pake topeng merah ? "
Me : " itu bujang ganong stiv , kayak pasukan pengacau gitu "
Kemunculan para bujangganong yang bertopeng merah membuat pertunjukkan ini kian terasa ramai , mereka bertingkah liar dan terus bergerak kesana kemari seperti hendak menyergap para warok " torerrott !!.. ttorrerrot !!... " nada nada bebunyian slompret terdengar kian meninggi hingga akhirnya pecah pertarungan antara warok dan bujangganong , mereka saling berhadapan memperagakan adegan tarung yang membuat para penonton bersorak sorai menyaksikannya.
Steve : " tarungnya keren juga mas "
Me : " ntar bentar lagi muncul jathilnya stiv "
Adegan pertarungan mulai mereda dan waktunya bagi para jathil untuk muncul " neng !.. nong !.. neng !.. gung !.. neng !... nong !... neng !... gung !... " dengan gemulai mereka berlenggak lenggok mengikuti irama gamelan yang agak melambat.
Harun : " ayu ayu ndu jathile "
Garun : " mbois run , bokonge semok semok "
Para penonton lelaki paling bersemangat saat menyaksikan tarian jathil , gadis gadis belia itu didandani riasan dan kostum yang terlihat anggun mempesona , sementara jaranan yang mereka pegang menjadi properti untuk berlenggak lenggok di hadapan penonton.
Steve : " reognya kok belum keluar mas ? "
Me : " ntar paling akhir nongolnya stiv "
Begitu larut kami menyaksikan pertunjukan ini hingga akhirnya sang pemain slompret mulai meninggikan nada nadanya lagi " tterroreettt !!!.... tterroreettt !!!.... " di saat bersamaan para pemain kendang dan gamelan mulai mempercepat tempo permainannya " dung !.. deng !.. dang !.. dung !.. .deng !... dang !... waktunya bagi Prabu Klonosenwandono untuk muncul.
" Hak e !!... hak e !!.. hok ya !!.. hok ya !!.. " teriakan para warok lantang terdengar ketika sang raja kerajaan Bantarangin muncul , sosok itu mengenakan topeng dan juga memegang cemeti yang menjadi senjata andalannya.
Steve : " itu siapa namanya mas ? "
Me : " itu prabu klonosewandono stiv , rajanya kerajaan bantarangin "
Steve : " kerajaan bantarangin itu dimana mas ?!.. bukannya ponorogo dulunya kerajaan wengker ?! "
Me : " itu cuma kerajaan fiktif , karangannya batoro katong pas udah nguasain kerajaan wengker "
Kemunculan Prabu Klonosewandono langsung disusul dengan munculnya sosok barongan yang kian memanaskan pertunjukkan ini , seketika para penonton riuh bersorak sorai menyaksikan adegan duel yang tersaji.
Harun : " itu barongannya mas stiv ! "
Gendu : " cuma diangkat pake gigi aja itu mas stiv "
Steve : " ngangkatnya cuma pake gigi ?!? "
Steve tak percaya jika barongan yang tengah beraksi di hadapannya itu hanya diangkat menggunakan gigi , ia pikir barongan berbentuk kepala macan itu diikat di kepala dan punggung pemainnya yang tertutupi kain merah.
Steve : " aku kirain diiket mas barongannya itu "
Me : " ya itu pake kekuatan gaib stiv , makanya bisa kuat ngangkat pake gigi "
Steve : " itu kesurupan ya mas pemainnya ? "
Me : " iya kesurupan arwah leluhur reog jaman dulu "
Steve : " arwah leluhur reognya dipanggil dulu ya mas ? "
Me : " ada ritual buat manggilnya stiv , itu arwah leluhur reog kan sakti sakti trus jago narinya , makanya mesti dipanggil kalo mau maen reog "
Aspek mistis yang tersisa dari pertunjukkan Reog hanyalah terletak pada barongan saja , seorang pembarong tak cukup hanya bermodal kekuatan fisik yang prima tapi juga harus mengadakan ritual pemanggilan arwah leluhur Reog terdahulu... barongan yang terbuat dari kayu itu memiliki bobot puluhan kilogram sementara dadhak merak yang menempel di atasnya kian menambah jumlah bobotnya hingga mencapai 60 an kilogram , jika seorang pembarong telah kerasukan arwah leluhur maka barongan beserta dadhak meraknya yang sangat berat itu sanggup diangkat hanya menggunakan gigitan gigi saja , selain itu gerakan tariannya meliuk liukkan dadhak merak setinggi 2 meteran juga terlihat sangat luwes dan sempurna.
Steve : " alus gerakannya mas "
Me : " seru nih tarungnya stiv "
Barongan itu semakin menggila dan terus mengibas ibaskan dadhak meraknya secara liar , sementara Prabu Klonosewandono mengayun ayunkan cemetinya berkali kali hingga akhirnya barongan itu tunduk di hadapannya " neng !... nong !... neng !... gung !... neng !... nung !.. ning !... gung !... " berikutnya seluruh warok , bujangganong dan jathil turut menari bersama sebagai pemungkas pertunjukan.
Harun : " piye mas stiv ?!.. apik ya reognya ? "
Steve : " keren mas , asik banget kalo nonton langsung gini "
Gendu : " yo gini ini kebudayaan kotaku mas stiv , saking kerene sampe diklaim malaysia "
Harun : " asu tenan malaysia itu mas stiv "
Steve : " emang lebih hebat budaya kita ya mas "
Sebagai orang Ponorogo aku merasa bangga bisa mengajak Steve menyaksikan pertunjukan Reog secara langsung , kesenian yang sempat diklaim negara Malaysia ini adalah salah satu dari kekayaan budaya Nusantara yang sangat beragam , sudah semestinya kesenian ini bisa terus lestari dari generasi ke generasi dan tak tergerus oleh perkembangan jaman... jayalah bumi Pramanaraga , jayalah bumi Nuswantara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar