MALANG MYSTERIO - Astral Projection ke Terowongan Lampegan Cianjur part 1

ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar awal tahun 2012 ketika aku masih kuliah semester 10


Dengan santai pria berbadan agak gempal itu menuang air panas ke dalam 2 gelas yang telah diiisi bubuk kopi , sekejap kemudian ia meraih sendok dan mengaduk aduknya berulang kali , sebelum akhirnya ia menyajikan kopi kopi itu kepada kami berdua.

Pendik : " pahit bang ! "

Me : " ahh !!... gak kuat bang ! "

Segelas kopi yang kureguk ini terasa begitu pahit hingga membuat mukaku jadi berkerut , namun pria itu hanya tertawa saja melihatku , ia memang sengaja tidak memasukkan gula karena ia ingin agar kami merasakan bahwa kehidupan ini juga bisa pahit.... bagi pria bernama Priono itu pahitnya kehidupan bukanlah hal yang asing , ia baru saja bebas dari penjara akibat fitnah yang ditimpakan padanya beberapa tahun lalu , tentu saja di balik jeruji sel hidup jadi terasa pahit , seperti kopi tanpa gula ini.

Priono : " bayangin kalo lu harus nelen yang pahit pahit sampe bertahun tahun... kuat ngga ?! "

Pendik : " jelas ngga kuat bang "

Me : " males bayanginnya bang "

Priono : " tapi ya kayak gitu hidup ini , kadang kita dipaksa nelen yang pahit terus terusan , ngga ada pilihan lain "

Raut muka Bang Priono tampak getir saat ia kembali menceritakan masa lalunya yang pahit itu , kehidupan yang dijalaninya di ibukota ternyata adalah suatu jebakan setan... ia didakwa merampok rumah pengusaha sekaligus divonis kepemilikan senjata api ilegal , ironisnya jebakan itu adalah ulah dari seseorang yang telah dianggapnya sebagai teman baik.

Priono : " pahit kalo elu punya temen tapi ternyata nusuk dari belakang , di jakarta orang pada pake topeng semua "

Me : " buangsat juga itu temennya bang "

Priono : " itu temen gw dari jaman susah , sama sama pernah laper bareng.... gak taunya bisa jebak gw kayak gitu "

Pendik : " emang kudu ati ati ya bang temenan sama siapa aja , apalagi di jakarta "

Priono : " emang gw yang bego , ternyata yang suka nipu itu bukan jin tapi manusia... ha.. ha.. ha.. "

Me : " ha.. ha.. bener tuh bang "

Di saat kami masih ngobrol mendadak datang beberapa sopir truk yang memesan mie rebus dan kopi , segera saja Bang Priono bangkit dari bangku kayu dan kemudian bersiap menjerang air menggunakan kompor gas.... memang sehari hari Bang Priono membuka warung kopi di sekitar stasiun lama daerah Sukun ini , belum ada sebulan ia berjualan di sini dan kami cukup sering diajak Bang Renggo kemari... antara mereka berdua memang terjalin persahabatan erat karena dulu pernah sekampus bareng , apalagi Bang Renggo juga sering diajak Bang Priono berlatih tenaga dalam di padepokan Romo Drajat.

Pendik : " bang renggo kok suwe nek tuku pulsa vig ? "

(bang renggo kok lama beli pulsanya vig ?)

Me : " babah ndik , tuku pulsa ndek mekkah paling "

(entah ndik , beli pulsa di mekkah paling)

Pendik : " ha.. ha.. "

Hampir setengah jam Bang Renggo meninggalkan kopinya di meja hingga tak lagi panas , ia bilang mau mengisi pulsa di konter terdekat tapi sampai detik ini ia belum kembali juga.

Priono : " udah pernah rogo sukmo kemana aja bareng renggo ? "

Me : " masih di sekitaran jatim sama jateng doang bang "

Priono : " belum pernah ke jakarta ? "

Me : " belum bang "

Priono : " kalo gw pas dipenjara tiap malem pasti rogo sukmo terus "

Pendik : " rogo sukmonya dari dalem sel ya bang ? "

Priono : " iya , cuma pas rogo sukmo itu gw bisa ngerasa bebas.... biarin aja badan gw di dalem sel gak bisa kemana mana "

Me : " trus biasanya kemana aja bang ? "

Priono : " gw udah pernah kemana aja kecuali afrika sama eropa "

Pendik : " yang menarik apa aja bang ? "

Priono : " ada kuil shangrila di tibet , di dasar laut jepang ada yonaguni , trus di irak ada istana jin jaman nebukadnezar , di india ada benteng agra yang isinya jin semua , pernah juga ke pulau moai yang banyak patungnya itu.... muacem macem pokoke "

Pendik : " wah ?!.. luar negeri semua bang "

Me : " pernah ketemu jin yang kuat ngga bang ? "

Priono : " kadang sih ketemu jin anak buahnya dukun "

Me : " ngga pernah ngalamin yang ngeri ngeri bang ? "

Priono : " apaan ya ?!... kalo hewan astral yang gede gede itu pernah ngadepin juga , trus tarung sama jawara banten juga pernah... malah kalah gw "

Me : " tarung pake psi ball ya bang ? "

Priono : " iya , lempar lemparan psi ball gitu.... pas gw kena sukma gw langsung balik ke badan , muntah darah buanyak banget "

Pendik : " wah bahaya iku bang "

Priono : " yang salah gw sih sebenernya , gw songong sok adu ilmu , sok kemethak "

Ngobrol bersama Bang Priono terasa mengasikkan dan sekaligus juga membuka wawasan , pengalamannya soal astral projection cukup banyak dan hebatnya lagi ia melakukannya saat masih mendekam di balik jeruji penjara , kebebasan tak kasat mata itu menjadi penghiburan yang membuatnya tetap waras menjalani masa hukuman.

Priono : " ya untungnya gw bisa rogo sukmo , kalo ngga udah stres gw dipenjara... orang kayak gw serba ngenes keadaannya , sel gw itu udah kayak kandang babi , beda sama koruptor yang selnya enak "

Pendik : " koruptor kan menang duit bang , bisa dapet fasilitas enak "

Me : " koyok gayus tambunan iku ndik.. ha.. ha.. "

Priono : " eh renggo kok lama beli pulsane ? "

Me : " gak tau bang beli pulsa dimana dia "

Priono : " yo wes , tak tinggal goreng pisang dulu "

Me : " oyi bang , enak tuh anget anget "

Kini Bang Priono mulai menyalakan kompornya lagi dan bersiap menggoreng pisang , jika melihat tampangnya yang brewok seharusnya ia lebih cocok menjadi mafia saja.

Pendik : " ayo vig uklam uklam ndek rel sepur , gurung nate a kon ? "

(ayo vig jalan jalan di rel kereta , belum pernah tha kamu ?)

Me : " gurung nate ndik "

(belum pernah ndik)

Pendik : " bang kita tinggal dulu ya ?! "

Priono : " kemana ?! "

Pendik : " jalan jalan bentar bang "

Me : " iya bang , mau nyari angin "

Priono : " yo wes , ati ati banyak arek mabok di sana , ntar dipalak kapok kon "

Me : " iya bang "

Daripada cuma duduk doang di warung akhirnya kami memutuskan untuk jalan jalan sebentar di sekitar stasiun , ada begitu banyak jalur rel kereta yang saling berjejeran satu sama lain , begitu juga dengan gerbong gerbong usang yang mangkrak tak terpakai lagi , selain itu beberapa anak jalanan tampak tengah asik gitaran sambil mabok dan ngelem.

Me : " arek arek ngono iku kok betah yo ndik urip gak genah ? "

(anak anak kayak gitu kok betah ya ndik hidup gak jelas ?)

Pendik : " arek terlantar ngono iku vig , kate sekolah yo gak duwe ragat "

(anak terlantar kayak gitu vig , mau sekolah juga gak punya biaya)

Cukup lama kami berjalan jalan di sekitar rel dan sesekali kereta api lewat hingga menimbulkan suara berisik , namun nyanyian anak anak jalanan itu juga tak kalah berisiknya " sekolah aku tak punya biaya , terpaksa kuharus mencari nafkah... hidupku hanyalah seorang pengamen , pulang malam slalu bawa uang recehan... " dengan suara parau mereka tetap bernyanyi riang tanpa beban , tong tong besipun mereka pukuli sekeras kerasnya , beberapa bahkan tampak asik berjoget bak biduan dangdut.

Pendik : " lha iku seng nggitar bang renggo tha vig ?! "

(lha itu yang nggitar bang renggo tha vig ?!)

Me : " mosok tha ndik ?! "

Pendik : " iku lho ketutupan arek klambi abang "

(itu lho ketutupan anak baju merah)

Kami baru menyadari jika Bang Renggo ternyata ada di dalam kerumunan anak anak jalanan itu , ia tampak asik menggenjreng gitar sambil sesekali menggoyangkan kepalanya... rupanya ia ikut ikutan mabok bersama mereka , pantas saja ia tak segera balik ke warung.

Pendik : " celuken vig ! "

(panggilin vig !)

Me : " ngenteni lagune ben mari disek ndik "

(nugguin lagunya biar abis dulu ndik)

Ketika lagu berakhir aku langsung berteriak teriak memanggil Bang Renggo , sesaat ia tampak celingukan sebelum akhirnya ia menyadari keberadaan kami yang berdiri di dekat rel , segera saja ia bangkit dari duduknya dan kemudian berjalan kemari dengan langkah sempoyongan.

Me : " ngapain bos di situ ?! "

Renggo : " sori vig tadi gw nelpon cewe gw di sini trus liat anak anak itu asik gitaran , iseng aja gw join eh malah keasikan , ditawarin ciu lagi ampe berat gini pala gw "

Me : " ayo balik ke warung ! "

Matahari hampir tenggelam di ufuk barat dan haripun mulai beranjak gelap , lekas saja kami beranjak meninggalkan stasiun ini dan kembali ke warungnya Bang Priono.

Sepiring pisang goreng panas telah tersaji di atas meja , dengan rakus Bang Renggo menyantapnya sambil sesekali bersendawa.

Priono : " diajakin mabok lu nggo ? "

Renggo : " iya no , pada minum ciu tuh anak anak punk "

Priono : " gw kirain lu tadi diculik orang nggo , ngga balik balik ke warung "

Renggo : " ha.. ha.. emang siapa yang mau nyulik gw no ? "

Priono : " nyulik orang kayak lu cuma bikin tekor nggo... ha... ha... "

Sayup sayup mulai terdengar kumandang adzan maghrib di kejauhan , sementara para sopir truk yang nongkrong di warung ini bersiap siap melanjutkan perjalanannya... kini suasana jadi sepi karena hanya kami saja yang ada di warung ini.

Priono : " kalo misalnya malem ini gw ngajakin rogo sukmo bisa ngga ? "

Renggo : " ngajakin kemana no ? "

Priono : " ke tempatnya dukun top di cianjur , kliennya pejabat sampe gembong narkoba "

Renggo : " ki joko bodo ya no ? "

Priono : " bukan , yang ini dukunnya gak pernah masuk tipi nggo , tapi saktinya luar biasa... ki joko bodo gak ada apa apanya "

Renggo : " tau dari mana lu no ? "

Priono : " dari temen gw pas di penjara nggo , kan dia pernah jadi anak buahnya bentar "

Renggo : " bahaya ngga tuh ? "

Priono : " kayaknya sih bahaya , dia punya pasukan jin yang buanyak banget.... trus suka ritual yang serem serem juga , apalagi ini pas kamis legi nggo "

Renggo : " lu udah pernah ke sono ? "

Priono : " dia punya ruang bawah tanah yang nembus sampe loji belanda , gw cuma sempet masuk bentar doang trus keluar lagi , soalnya gak punya nyali kalo sendirian "

Renggo : " kan lu punya grup astral di jakarta ? "

Priono : " gak ada yang mau gw ajakin , itu grup astral cuma pelesiran doang kerjaannya "

Renggo : " gw jadi penasaran no , apa gw ajakin steve sekalian ya no ?!... biar kalo ada bahaya kita bisa ngatasin bareng "

Priono : " steve ?!.. bukannya dia narik angkot kalo malem nggo ? "

Renggo : " ya paling sampe jam 9 doang narik angkotnya no "

Priono : " kalo gitu suruh dia langsung ke rumah lu pas abis narik angkot "

Renggo : " oke no , iso diatur "

Sambil makan pisang goreng aku menguping apa yang dibicarakan Bang Priono , rencananya melakukan astral projection ke tempat dukun sakti di Cianjur terdengar cukup mengerikan , apalagi dukun itu tak cuma memiliki kesaktian tinggi tapi juga memiliki pasukan jin dalam jumlah banyak.... entah apakah aku dan Pendik boleh ikut kesana malam ini.

Me : " gw sama pendik boleh ngikut ngga bang ? "

Priono : " ini bahaya sebenernya vig "

Me : " tapi gw penasaran nih bang "

Pendik : " iya bang , terlanjur denger ceritanya tadi "

Renggo : " dah ngikut aja deh , kan ada steve juga "

Priono : " tapi pada di belakang aja , biar aman "

Me : " oyi bang "

Untung saja kami diperbolehkan Bang Priono untuk ikut serta , rencananya jam 9 malam nanti kami akan berkumpul di rumah Bang Renggo dan melepas sukma dari sana.

Waktu telah menunjukkan jam 10 malam lewat saat kami berhasil melepas sukma dari tubuh masing masing , segera saja Bang Priono menyuruh kami semua memegangi kedua tangannya lalu " wuuuuzzzz !!!! " dengan sangat cepat kami melesat entah kemana , sementara keadaan sekeliling menjadi blur selama beberapa detik sebelum akhirnya normal kembali.... ternyata kami tiba tepat di mulut terowongan kereta api yang sangat gelap , sementara di sekeliling kami hanyalah hutan lebat tanpa ada satupun bangunan.

Priono : " ini terowongan lampegan namanya "

Renggo : " katanya kita ke loji belanda no ? "

Priono : " terowongan ini bagian bawahnya nembus sampe ke loji nggo "

Renggo : " kita nembus bawah tanah nih ? "

Priono : " iya tapi kita masuk terowongan dulu "

Kini kami mulai memasuki terowongan yang ternyata cukup panjang ini , ketika tiba di tengah tengahnya Bang Priono menyuruh kami untuk mendarat di rel kereta.

Priono : " kita nembus tanah sekarang ya ? "

Renggo : " ayo no cepetan ! "

Tanpa buang waktu kami semua mulai menembusi tanah yang kami pijak , sesaat keadaan menjadi gelap dan rasanya seperti tenggelam di pasir , hingga akhirnya kami terjatuh di sebuah ruangan yang tampak gelap gulita dan berbau anyir , segera saja Bang Priono menciptakan psi ball yang berkobar kobar di telapak tangan kanannya dan terlihatlah seisi ruangan ini.... ternyata ada sesuatu yang mengerikan di sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar