ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar awal tahun 2012 ketika aku masih kuliah semester 10
Madiun bukanlah kota yang asing bagiku , kota ini dekat dengan kampung halamanku Ponorogo dan di masa lalu aku sering berlibur ke rumah almarhumah eyangku yang letaknya tak jauh dari stadion Wilis.... kini aku bersama teman temanku tengah berada di kota ini , si Memet yang merupakan warga asli Madiun mengajak kami untuk sejenak berlibur di kampung halamannya ini.
Zul : " sepi ya met "
Memet : " ya gini zul , lha cuma kota kecil lho madiun ini "
Pendik : " tapi penak embonge gak macet koyok ngalam met "
(tapi enak jalannya gak macet kayak malang met)
Me : " gak kakehan ruko yo ndik "
(gak kebanyakan ruko ya ndik)
Jalanan di kota ini memang tak sepadat kota Malang , dari tadi kami jalan jalan dengan lancar tanpa ada kemacetan sama sekali... kini kubelokkan laju mobilku melintasi pasar Sleko dan kemudian bablas lurus menuju alun alun , kata Memet ada banyak penjual makanan di sana.
Me : " wes jam songo punjul lho met , opo gak sepi alun alune ? "
(udah jam sembilan lebih lho met , apa gak sepi alun alunnya ?)
Memet : " isek rame vig ngasi jam rolas bengi "
(masih rame vig sampe jam dua belas malam)
Zul : " ayo cepetan vig nyetirnya , aku laper nih "
Me : " oyi zul "
Lekas kupacu mobilku lebih cepat lagi hingga akhirnya kami tiba di alun alun yang suasananya tampak masih ramai , ada banyak penjual makanan dan warung kopi lesehan yang berjejeran di trotoar.
Memet : " mangan soto cedake president plaza ae vig "
(makan soto deketnya president plaza aja vig)
Me : " muter disek iki met "
(muter dulu ini met)
Setelah mengitari alun alun kuhentikan laju mobilku di sebuah warung soto yang berada di seberang President plaza , begitu duduk di tikar aku terus menatap bangunan berlantai 3 itu dengan penuh keheranan , ternyata plaza itu telah berubah fungsi menjadi sentra penjualan ponsel , padahal dulu tempat itu adalah satu satunya plaza di kota Madiun.
Me : " kok maleh digawe dodolan hape met ? "
(kok ganti dibuat jualan hape met ?)
Memet : " iyo vig , kalah saingan ambek sri ratu karo matahari "
(iyo vig , kalah saingan sama sri ratu dan matahari)
Me : " kelingan mbiyen dolanan numpak bom bom car utowo robot gedi met "
(inget dulu main naik bom bom car atau robot besar met)
Memet : " he.. he.. lantai nduwur dhewe iku vig , ngasi waleh aku numpak robot gedi "
(he.. he.. lantai atas sendiri itu vig , sampe bosen aku naikin robot besar)
Dengan beralas tikar kami duduk lesehan menyantap soto sambil ngobrol ngalor ngidul , namun beberapa pengamen terus saja berdatangan dan mengganggu acara makan malam kami.
Zul : " banyak banget yang ngamen met ? "
Memet : " aku juga sebel zul , dari dulu banyak yang ngamen di sini "
Pendik : " kudu dirazia satpol pp iku met "
(harus dirazia satpol pp itu met)
Memet : " kudune yo ngono ndik "
(harusnya juga gitu ndik)
Semangkuk soto telah ludes kusantap , kini sambil menyeruput kopi aku iseng bertanya pada Memet mengenai tempat tempat angker yang berada di kota ini.
Memet : " onok monumen kresek vig , bekase pembantaian pki "
(ada monumen kresek vig , bekasnya pembantaian pki)
Me : " ndek endi iku pangggonane ? "
(dimana itu tempatnya ?)
Memet : " tapi adoh banget vig , ndek daerah dungus "
(tapi jauh banget vig , di daerah dungus)
Me : " seng liyane opo eneh met ? "
(yang lainnya apa lagi met ?)
Memet : " opo ya ?!.. pabrik gulo rejoagung jarene yo angker vig "
(opo ya ?!.. pabrik gulo rejoagung katanya juga angker vig)
Me : " liyane eneh ? "
(lainnya lagi ?)
Memet : " anu vig , jembatan jiwan "
(anu vig , jembatan jiwan)
Me : " arah magetan iku yo ? "
(arah magetan itu ya ?)
Memet : " iyo vig , kerep onok kecelakaan ndek kono , wong numpak motor tibo trus bis njegur kali yo nate "
(iya vig , sering ada kecelakaan di situ , orang naik motor jatuh trus bis nyemplung sungai juga pernah)
Me : " mosok tho met ? "
Pendik : " trus demite opo iku met ? "
(trus demitnya apa itu met ?)
Memet : " jarene uwong onok arwahe wong wedok ndek jembatan iku "
(katanya orang ada arwahnya perempuan di jembatan itu)
Pendik : " matine kejegur kali a met ? "
(matinya kecebur sungai tha met ?)
Memet : " iyo ndik , jarene pas umbah umbah trus kenter "
(iya ndik , katanya pas nyuci trus hanyut)
Pendik : " yok opo vig ?!.. ngko dijajal ngastral ndek jembatan iku yo ? "
(gimana vig ?!.. ntar dicoba ngastral di jembatan itu ya ?)
Me : " karepku yo ngono ndik "
(niatku juga gitu ndik)
Kurasa tempat yang direkomendasikan Memet cukup menarik untuk dijadikan tujuan astral projection nanti , lagipula aku cukup sering melewati jembatan perbatasan Madiun - Magetan itu sehingga aku lumayan hapal lokasinya.... apakah benar di sana ada sososok arwah perempuan yang konon sering menjadi penyebab kecelakaan ?!?.. malam ini juga aku dan Pendik akan membuktikannya.
Jam 12 malam lewat aku dan Pendik baru saja berhasil melepas sukma , kini kami berdua tengah melayang di kamarnya Memet yang berada di lantai 2 , sementara sang tuan rumah masih asik bermain Playstation bersama Zul di ruang tengah.
Pendik : " ladub saiki a vig ? "
(berangkat sekarang tha ndik ?)
Me : " ayo wes metu omah disek ndik ! "
(ayo dah keluar rumah dulu ndik !)
Segera saja kuajak Pendik melayang menembus atap rumahnya Memet ini , dari ketinggian puluhan meter kami dapat melihat suasana pemukiman yang tampak lengang , sementara tak jauh di sebelah barat tampak tandon air PDAM yang berdiri menjulang di dekat pasar Sleko.
Me : " ayo miber mrono disek ndik ! "
(ayo terbang kesana dulu ndik !)
Pendik : " oyi vig "
Dari pemukiman ini kami berdua terbang menuju tandon air itu dan kemudian hinggap di atasnya , selama beberapa menit kupandangi suasana sekitar sambil mengingat ingat kemana arah menuju Jembatan Jiwan.
Pendik : " endi vig jembatane ? "
(mana vig jembatannya ?)
Me : " iku ndik , dalan ngulon terus "
(itu ndik , jalan ke barat terus)
Setelah kutemukan jalan menuju jembatan Jiwan aku langsung mengajak Pendik terbang ke arah barat , tak lama kemudian tampaklah jembatan itu di hadapan kami.... penerangan lampu jalan yang cukup terang membuat kami dapat melihat suasana jembatan itu dengan jelas , namun tak ada sosok arwah perempuan yang dimaksud Memet.
Pendik : " endi vig arwahe ?! "
(mana vig arwahnya ?!)
Me : " lha emboh ndik "
(lha entah ndik)
Pendik : " opo ndek pinggir kali yo ? "
(apa di pinggir sungai ya ?)
Kini kami mendarat di pagar jembatan ini dan kemudian celingukan mengamati tepian sungai , namun tak ada penampakan sosok arwah perempuan yang kami cari , yang ada hanyalah beberapa pencari ikan yang menggunakan setrum aki.
Me : " gak nok ndik "
(gak ada ndik)
Pendik : " trus yok opo iki vig ? "
(trus gimana ini vig ?)
Me : " njajal dienteni sedelut ae "
(coba tungguin sebentar aja)
Kuputuskan untuk berdiam di jembatan ini selama beberapa menit , siapa tahu arwah perempuan itu akan menampakkan diri tak lama lagi.
Menit demi menit terus berlalu namun sosok arwah perempuan yang kami cari tak kunjung menampakkan diri , terpaksa kami meninggalkan jembatan Jiwan lalu terbang ke arah utara.
Pendik : " iki ndek endi maneh vig ? "
(ini kemana lagi vig ?)
Me : " mubeng mubeng thok ae ndik "
(terbang keliling aja ndik)
Dengan santai kami terbang tanpa tujuan , sebelum akhirnya kami tiba di komplek kuburan Cina yang cukup luas.... yang mengejutkan ada begitu banyak perempuan berpakaian minim di sini , mereka tampak berdiri di tepi jalan dan mencoba menyetop pengendara yang lewat... kami menduga bahwa mereka adalah para perempuan penjaja cinta alias PSK .
Me : " lonthe iku ndik.. ha.. ha.. "
(lonthe itu ndik.. ha.. ha..)
Pendik : " wancik vig ?!.. kok mangkale ndek kuburan cino yo ? "
(wancik vig ?!.. kok mangkalnya di kuburan cina ya ?)
Me : " ayo medun ae , didelok soko cedak "
(ayo turun aja , dilihat dari dekat)
Kuajak Pendik untuk turun karena aku merasa penasaran dengan para PSK itu , segera saja kami mendarat di sebelah perempuan yang mengenakan tank top putih dan berdandan cukup menor.... namun ketika aku mengamati sosoknya lebih jelas lagi barulah kusadari jika perempuan ini ternyata adalah waria , suaranya agak berat dan ada jakun di lehernya.
Me : " asu ndik !!... sekong tibakno... ha.. ha.. ha.. "
(asu ndik !!... sekong ternyata.. ha.. ha.. ha..)
Pendik : " ha.. ha.. tak kiro kodew temenan vig "
( ha.. ha.. tak kira cewe beneran vig)
Kami hanya bisa tertawa geli saat menyadari bahwa semua perempuan di sini ternyata adalah para waria , sedari tadi mereka berdiri di tepi jalan dan mencoba menyetop pengendara yang lewat.... anehnya ada juga orang yang doyan , tampak seorang pria yang mengendarai motor Supra tiba tiba menghentikan laju motornya dan kemudian berbincang dengan salah satu waria.... kurasa ia sedang bernegosiasi soal tarif layanan jasa esek esek.
Me : " kok yo doyan sekong yo ndik ? "
(kok ya doyan sekong ya ndik ?)
Pendik : " kodew sek akeh vig , lapo golek ngonceb.. ha.. ha.. "
(cewe masih banyak vig , ngapain cari bencong.. ha.. ha..)
Bagi kami pemandangan seperti ini adalah hal yang baru , berhubung merasa penasaran akhirnya kami mengikuti pria dan waria itu , mereka tampak berjalan ke salah satu bongpai berukuran cukup besar yang suasananya gelap remang remang.... yang terjadi kemudian sungguh menjijikkan , pria itu membuka celananya dan membiarkan sang waria menghisap 'barang pusaka' miliknya.
Me : " cokk !!... disedot ndik ! "
Pendik : " ha.. ha.. nggilani vig "
Meskipun tampak menjijikkan namun asik juga mengintip apa yang dilakukan insan sesama jenis itu , kini adegan makin syur lagi karena waria itu telah menanggalkan rok dan celana dalamnya , sebelum akhirnya nungging di hadapan pria itu.
Pendik : " wancik vig ?!?... dilebokno mburi !!... hie nggilani "
(wancik vig ?!?... dimasukin belakang !!... hie jijik)
Me : " kon gak pengen jajal tha ndik ? "
(kamu gak pengen nyoba tha ndik ?)
Pendik : " ha.. ha... aku gratis ae emoh opo maneh kudu mbayar vig "
(ha.. ha... aku gratis aja emoh apalagi harus bayar vig)
" Ahh !!... ahh !!... ahh !!... " desahan desahan kenikmatan terus terdengar dari bongpai itu , dengan penuh nafsu pria itu mengeksekusi waria yang dibookingnya hingga kelojotan.
Pendik : " kok betah yo vig , maen ndek kuburan cino opo gak dicakoti nyamuk ? "
(kok betah ya vig , maen di kuburan cina apa gak digigitin nyamuk ?)
Me : " nggowo autan paling ndik.. ha.. ha.. "
(bawa autan paling ndik... ha.. ha..)
Tanpa memperdulikan nyamuk nyamuk yang mengganggu mereka terus saja indehoy , tak cukup berhubungan sex dengan posisi doggy style , mereka terlihat berganti posisi berkali kali sebelum akhirnya adegan syur itu berakhir.... sang waria tampak mengelap pantatnya dengan tissue sementara pria yang telah kelelahan itu mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya.
Pendik : " mari vig acarane "
(selesai vig acaranya)
Me : " sedelut men , gurung onok setengah jam wes crott ndik "
(sebentar amat , belum ada setengah jam udah crott ndik)
Apa yang kami saksikan malam ini adalah suatu fenomena dari perilaku manusia yang menyimpang , entahlah aku tak tahu kenapa seseorang bisa merasakan kenikmatan dari hubungan sex sesama jenis.
Me : " wes ayo ngaleh ae ndik ! "
(dah ayo cabut aja ndik !)
Pendik : " gak pengen ndelok maneh vig ?!... iku onok seng liyane "
(gak pengen liat lagi vig ?!... itu ada yang lainnya)
Me : " wes pisan ae , iso mutah aku ngko "
(dah sekali aja , bisa muntah aku ntar)
Kurasa sudah cukup kami berada di komplek kuburan Cina ini dan menyaksikan adegan terlarang yang menjijikkan tadi , segera saja kami beranjak terbang menuju penjuru lain dari kota Madiun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar