ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar akhir tahun 2007 ketika aku masih kuliah semester 1
Malam beranjak semakin larut ketika aku dan temanku si Indro masih asik ngopi di warungnya Cak Pur yang berada di depan kampus Poltek Malang , kami masih menonton pertandingan bola antara Chelsea vs Arsenal yang kini memasuki menit ke 87 dan kedudukan sementara masih unggul Chelsea 1-0
Me : ” hayoh iki iso ngegolne po ra adebayor ?! ”
(hayoh ini bisa ngegolin pa ngga adebayor ?!)
Cak Pur : ” paling ngko kate nendang bal gak pas maneh ”
(mungkin nanti mau nendang bola ngga pas lagi)
Indro : ” wes deloken ae ki cak ”
(udah lihat saja cak)
Tepat di menit ke 90 Adebayor berhasil masuk ke kotak penalti dan bersiap menembak bola ke gawang Chelsea yang dijaga oleh Cech , and quess what ?!… tembakan penyerang Arsenal itu lagi lagi meleset , bola hanya melambung ke sisi atas sebelah kanan gawang… pupus sudah harapan Arsenal mendapatkan 1 point dari laga ini.
Indro : ” woh aseem !!... goblok tenan wong iki !! ”
(woh aseem !!... goblok banget orang ini !!)
Me : ” seng goblok yo arsene wenger tuku pemain ra mutu ”
(yang goblok ya arsene wenger beli pemain ngga mutu)
Cak Pur : ” wes mudhun klasemen iku arsenal , angel kate juara ”
(udah turun klasemen itu arsenal , sulit mau juara)
Kulihat layar ponselku sudah menunjukkan hampir jam 12 malam , segera saja aku mengajak si Indro buat balik ke kosan , lekas kubayar 2 gelas kopi yang kami minum lalu kamipun berpamitan pada Cak Pur yang tampak mulai bersiap menutup warungnya.
Me : ” muleh sek cak ”
(pulang dulu cak)
Cak Pur : ” oyi , mene mrene yo ”
(iya , besok ke sini ya)
Dengan berboncengan motor kami melaju melintasi jembatan Suhat dan kemudian berbelok ke kanan hingga mencapai pertigaan Dinoyo , perlahan si Indro mulai melambatkan laju motornya sambil mengajakku bicara.
Indro : ” ayo tuku ombe vig ”
(ayo beli minum vig)
Me : ” duitku ngepres ki , dino rebo ae ”
(uangku ngepas ini , hari rabu aja)
Indro : ” tak bayari ki , mari njupuk soko atm aku… gelem ra ?! ”
(aku bayarin ini , habis ambil dari atm aku… mau ngga ?!)
Me : ” yo wis , oyi ae aku bro… ayooh !! “
(ya udah , oke aja aku bro… ayooh !!)
Entah kenapa mendadak si Indro pengen mengajak minum minum , biasanya jika kami berniat minum bareng maka jam 7 malam kami sudah patungan duit , tapi ya sudah ngga apa apa lagian dia yang bayarin… sopo seng ra gelem rekk ?!
Tak lama kemudian kami melintas di depan pasar Dinoyo , segera saja si Indro menyeberangi jalan raya dan kemudian berhenti di sebuah kios kecil yang masih sekomplek dengan pasar…. kios inilah jujukan kami para kubamer jika ingin membeli minuman , mau apapun tersedia semua di sini , mulai dari Mansion House , Brandy , Stanley , Topi Miring , New Port dan saudara saudaranya… rupanya si Indro memesan 2 botol Brandy yang ukurannya kecil tapi kadar alkoholnya cukup tinggi sehingga tak perlu dioplos dengan bir.
Indro : ” piye ngombe brandy ae yo ?!.. jam semene ki ”
(gimana minum brandy aja ya ?!.. jam segini nih)
Me : ” yo sakarepmu ”
(ya terserah kamu)
Setelah pesanannya dibungkus kresek si Indropun segera membayar lalu kami bergegas kembali ke kosan , kali ini dia agak ngebut karena hawa udara terasa semakin dingin menusuk kulit.…Tak sampai 5 menit kami telah sampai di depan pom bensin Tlogomas yang telah tutup , dengan cepat si Indro menyeberangi jalan raya dan kemudian memasuki jalan sempit di sebelah pom bensin…. jalan ini bernama Baiduri Bulan , di jalan inilah terletak kampus STIA tempat si Indro berkuliah dan juga rumah kecil tempatnya indekos sejak 2 bulan lalu , akupun sering menginap di kosannya jika sedang bosan di kosanku sendiri , seperti halnya malam ini.
Pagar besi kosan baru saja kututup dan kugembok , sementara si Indro memasukkan motornya ke lorong depan kamar dimana aku tadi juga memarkir motorku di situ , maklum saja rumah kecil ini tak memiliki garasi…. selain itu jumlah kamarnya hanya ada 4 , itupun hanya 2 kamar saja yang berpenghuni yaitu kamarnya si Indro dan si Iman yang belakangan tak pernah kelihatan batang hidungnya , sementara 2 kamar yang kosong terletak di lantai 2 yang suasananya tampak gelap remang remang... memang aneh rasanya jika kosan yang jaraknya hanya selemparan batu dengan kampus STIA ini masih menyisakan kamar kosong dan terasa terlalu sepi , kami berdua tak mengerti apa alasannya dan kami juga tak terlalu peduli... sementara si Indro masih merapikan posisi motornya di lorong aku langsung berjalan menuju kamar mandi yang letaknya terpisah dengan bangunan induk , untuk ke sana harus melewati pekarangan yang dipenuhi pohon pisang dan juga tiang jemuran , belum lagi jika malam begini keadaannya cukup gelap dan menyeramkan , hanya pantulan cahaya lampu dari lorong saja yang memberi sedikit penerangan , dan di balik rimbun dedaunan pisang terlihatlah kamar mandi yang cuma beratap asbes dan berdinding semen itu , pintunya hanyalah kayu lapuk berlapis seng sementara bohlam 5 watt menjadi penerangan satu satunya.
Dengan tergopoh gopoh aku berjalan menuju kamar mandi dan kemudian kubuka pintunya dengan cepat ” cuuuuurrr !! ” urusan buang airpun tuntas , segera kuambil air dari dalam ember besar buat menyiram kencingku biar ngga pesing , selanjutnya aku mulai membasuh muka , tangan , dan kakiku… sekembalinya dari kamar mandi aku langsung masuk ke kamarnya Indro , kulihat jam dinding sudah hampir jam 1 dini hari dan sudah waktunya untuk membuka botol Brandy , bagi kami para mahasiswa di Malang adalah hal yang biasa menghabiskan malam dengan berkumpul sambil minum minum alias kubam kubaman , tak heran kalau pas pertengahan bulan kami sudah bokek dan harus ngutang sana sini atau istilahnya gali lobang tutup lobang.. ho.. ho..
Indro : " adem adem cocoke yo ngombe bro "
Me : " oyi bro , nek ra ngombe iso katisen awake dhewe "
(oyi bro , kalau ngga minum bisa kedinginan kita)
kini si Indro sudah membuka botolnya dan kemudian mereguk minumannya pelan pelan , akupun juga mulai melakukan hal yang sama dengannya " aahh !!..." beberapa teguk Brandy mengalir lancar melewati tenggorokanku dan perlahan membuat tubuhku jadi terasa hangat… dinginnya udara malam di kota ini perlahan mulai tak terasa lagi , kini yang kami rasakan hanyalah rasa hangat dan rileks.
Indro : ” ayo ngombe karo gitaran ae ”
(ayo minum sambil main gitar aja)
Me : ” lagune opo ki ? ”
( lagunya apa ini ?)
Indro : ” seng slow ae bro ”
(yang slow aja bro )
Me : ” anu.. anjelie ae ”
(anu.. anjelie saja)
Indro : ” oyi ”
Sambil minum kami gitaran bernyanyi lagu lagu slow ballad mulai dari ‘Anjelie‘ nya Flanella sampai ‘Terlalu Manis‘ nya Slank... saking asiknya tak terasa sudah sejam lebih kami bernyanyi sambil mereguk Brandy yang kini hanya tersisa sedikit , aku merasa agak teler dan mulai rebahan di karpet , sementara si Indro baru saja meletakkan gitarnya dan dengan tergesa ia membuka pintu kamar yang terkunci.
Me : ” arep neng ndi kowe ? ”
Indro : ” sek vig , aku kebelet nguyuh ”
(bentar vig , aku kebelet pipis)
Me : ” yo ndang nguyuh kono ”
(ya cepet pipis sana)
Dengan langkah terhuyung huyung setengah mabuk si Indro berjalan ke kamar mandi sementara aku ganti memainkan gitarnya ” jreng !…. jreng !… ” waktunya nyanyi sebuah lagu dari Bang Haji ” minuman keras miras apa pun namamu , tak akan kureguk lagi dan tak akan kuminum lagi walau setetes... “
Sementara aku masih asik gitaran sendiri di kamar mendadak dari luar terdengar teriakannya si Indro , spontan aku segera keluar kamar lalu menyusul dirinya yang masih berada di depan kamar mandi.
Me : ” woe !!... nyapo kowe bengok bengok ?! ”
(woe !!... kenapa kamu teriak teriak ?!)
Indro : ” iki mau enek bocah cilik neng ngisor uwet gedang ”
(ini tadi ada anak kecil di bawah pohon pisang)
Me : ” mosok tho ?!... mabok kowe kuwi ndro ”
(masak sih ?!... mabok kamu itu ndro)
Indro : ” ora vig , tenanan sumpah !!.. aku ngerti tenan bocahe ngadek neng kono ”
(ngga vig , beneran sumpah !!.. aku lihat beneran anaknya berdiri di situ)
Me : ” wes ayo mbalik neng kamar , kakehen ngombe kowe ki ndro ”
(udah ayo balik ke kamar , kebanyakan minum kamu ini ndro)
Kami berjalan kembali ke kamar dan sejujurnya aku tak percaya dengan apa yang dikatakan si Indro tadi , katanya ada anak kecil di dekat pohon pisang… mana ?!.. kuanggap omongannya tak lebih sekedar omongan orang yang terlalu teler sehingga mungkin berhalusinasi saat berada di tempat gelap , lagian selama ini kami tak pernah mendapati hal hal aneh apapun di rumah kos ini…. sesampainya di kamar si Indro langsung menutup pintu dan dengan wajah yang terlihat panik dia menceritakan lagi apa yang barusan ia alami tadi.
Indro : ” iki mau tenanan vig !!.. aku ngerti dhewe “
(ini tadi beneran vig !!.. aku lihat sendiri)
Me : ” wes tho ra sah dibahas , ayo gek ndang dientekne ombene terus turu “
(udahlah ngga usah dibahas , ayo cepet habisin minumnya terus tidur)
Indro : ” sumpah !!… aku ra ngapusi , enek cah cilik iki mau.. gedine sak… “
(sumpah !!.. aku ngga bohong , ada anak kecil tadi.. besarnya se…)
” Bruuaakkk !!!! “ belum sempat si Indro menyelesaikan omongannya tiba tiba saja terdengar suara gaduh dari luar , begitu kerasnya sampai aku yakin bukan kucing yang menimbulkan suara gaduh itu... seketika kami saling pandang keheranan dan kemudian bergegas keluar dari kamar.
Me : ” opo ki mau ndo ?! ”
(apa itu tadi ndro ?!)
Indro : ” yo mungkin cah kuwi mau vig "
(ya mungkin anak itu tadi vig)
Me : ” ayo didelok ae ! ”
(ayo dilihat saja !)
Aku mengajak si Indro menuju tempat cucian yang berada di sebelah kamar mandi karena aku yakin asal suaranya dari sana , dan apa yang telah terjadi ?!?… ember dan bak bak plastik yang biasanya ditumpuk kini pada berserakan tak karuan , semuanya tampak berserakan seolah baru saja ditendang oleh seseorang…. sesaat kami saling pandang penuh keheranan dan tiba tiba saja ” srak !.. srak !.. srak !..” dari balkon lantai 2 berjatuhan hanger hanger plastik , semuanya berhamburan di pekarangan ini.
Me : ” jancuk !!.. enek opo iki ?! "
Indro : ” aku yo bingung iki vig ”
Perasaan kami begitu panik dan bingung sendiri dengan apa yang terjadi , apalagi tak satupun dari kami yang hafal ayat ayat suci , bagaimana kami harus menghadapi jika ternyata sosok anak kecil yang dikatakan si Indro benar benar ada dan membuat ulah yang lebih dahsyat lagi ?!.. kami berdua sungguh merasa takut.
Di tengah keadaan yang tak kami mengerti dan dengan kondisi teler begini kami merasa kalut tak tahu harus bagaimana , pandangan mata kami menyapu seluruh area pekarangan dengan awas hingga tanpa sengaja kulihat sesosok putih kecil sedang nangkring di atas tandon berwarna biru dekat kamar mandi.
Me : ” ndro , kae ndro neng nduwur tandon !! ”
(ndro , itu ndro di atas tandon !!)
Indro : ” iiyo.. yoo.. kkuwi bocahe vig !! ”
(iiya.. yaa.. iitu anaknya vig !!)
Dengan merinding dan gemetaran kami terpana memandangi sosok itu , tubuhnya kecil seperti anak balita , kulitnya putih pucat dan tak mengenakan baju atau celana , sementara mukanya tak bisa kulihat karena kondisi yang terlalu gelap , apakah itu makhluk yang disebut tuyul ?!?... beberapa detik kemudian makhluk itu lenyap entah kemana , aku dan si Indro saling pandang penuh rasa heran sekaligus takut.
Me : ” ngaleh neng ndi mau ?! ”
(hilang kemana tadi ?!)
Indro : ” aaku.. aaku ra ruh , ayo mbalik kamar ae ! ”
(aaku.. aaku ngga tau , ayo balik ke kamar aja !)
Me : ” ayo cepet nek ngono ! “
(ayo cepet kalo gitu !)
Dengan pontang panting kami berlari kembali ke kamar dan begitu masuk kami dikejutkan lagi dengan kondisi kamar yang tak lagi sama saat kami keluar tadi….. tampak 2 botol Brandi kami yang tadi isinya masih tersisa sedikit kini telah jatuh tergeletak dan tumpahannya membasahi permukaan karpet , bahkan 2 bungkus rokok kami ikut basah semua... lagi lagi kami hanya saling pandang dan merasa semakin kalut , bahkan saking kalutnya si Indro langsung meringkuk di kasurnya sambil menutupi sekujur tubuhnya dengan selimut…. tapi tidak denganku , aku memutuskan tetap di luar kamar lalu duduk bersandar di dinding lorong sambil menghela nafas dalam dalam ” fuhhh !… fuuhh !…” seluruh tubuhku telah basah oleh keringat sementara jantungku berdegup tak karuan…. aku mencoba menguasai diri dan meredam rasa takutku , pengalamanku melihat Kuntilanak di kampusku sedikit menempa nyaliku menjadi lebih berani , aku akan mencari cari sosok tuyul itu dan aku tak peduli dengan konsekuensi yang akan terjadi.
Sambil duduk bersandar di lorong kulihat jam dinding yang jarumnya sudah menunjukkan jam setengah 3 dini hari ” fuhhh !… fuuhh !…” kuhela nafasku dan kucoba untuk berdiri lagi , kali ini dengan sisa keberanian aku memutuskan naik ke balkon lantai 2 , aku berharap bisa melihat keadaan sekeliling dengan lebih jelas lagi , aku merasa penasaran dengan makhluk tadi dan ada dimana dia sekarang ?!…. setibanya di balkon lantai 2 aku terus mengamati pekarangan , tandon , kamar mandi , tempat cucian , pohon pisang sampai genting namun tak kujumpai lagi sosok itu , entah lenyap kemana dia... namun samar samar pendengaranku mulai menangkap lirih suara anak kecil sedang tertawa riang ” ha.. ha.. ha.. ha.. ha..” dengan seksama kucoba mencari cari sumber suara itu , aku meyakini suara tawa itu berasal dari dalam kamar mandi , bisa jadi tuyul itu masuk ke sana…. perlahan aku menuruni anak tangga lalu dengan mengendap endap aku berjalan menuju ke kamar mandi , semakin dekat jarakku semakin terdengar jelas suara tawa itu dari dalam kamar mandi , bahkan ketika aku tiba di depan pintu suara tawa itu belum berhenti ” ha.. ha.. ha.. ha.. ha..” sesaat kutarik nafasku dalam dalam dan kuucapkan Bismillah dalam hati , kini tanganku terulur menggenggam gagang pintu dan bersiap untuk membukanya.
Dengan segenap keberanian kubuka pintu kayu berlapis seng ini dan apa yang ada di hadapanku ?!?…. tak ada apa apa selain kloset jongkok , keran dan ember besar buat mandi… dengan rasa ragu aku masuk ke kamar mandi lalu melongok isi ember besar itu , seketika aku terkejut saat mendapati sesuatu yang mengapung apung di dalamnya , bukan gayung plastik tapi beberapa ekor yuyu yang berenang renang di air yang mengisi separuh ember itu ” ohh what the hell ?!... ” dengan kalut aku langsung berlari ke kamar menyusul si Indro , langsung kututup pintunya dan kukunci dari dalam , sementara kulihat si Indro masih meringkuk di balik selimutnya , entah dia sudah tertidur atau belum... karena kelewat kalut akhirnya kulakukan hal yang sama dengannya , kurebahkan diriku di kasur busa dekat ranjangnya si Indro lalu kututupi sekujur tubuhku dengan selimut , kini satu satunya yang kuharapkan adalah pagi segera tiba dan semuanya berakhir.
Di balik selimut tubuhku gemetaran sementara rasa takut terasa begitu mencengkeram , lama lama kurasakan dingin di kedua kakiku dan terus menjalar hingga sekujur tubuhku terasa dingin semua , tak dapat lagi kugerakkan anggota tubuhku walaupun cuma jari tangan atau jari kaki , aku benar benar merasa kaku dan mati rasa... sesekali aku bisa mendengarkan suara tawa itu di luar dan kali ini suara tawa itu terdengar lebih nyaring lagi ” ha.. ha.. ha.. ha.. ha..” dia sedang ada di lorong kosan , tepat berada di tempat dimana motorku dan motornya Indro diparkir ” piye ki duh gusti ?!.. ” aku merasa kepalaku semakin berat dan rasanya aku berada di batas kesadaranku , sementara suara tawa itu bagai siksaan yang luar biasa menakutkan dan aku tidak tahan mendengarnya ” ha.. ha.. ha.. ha..” aaku sangat sangat takut dan lelah untuk bertahan , hingga akhirnya ” kukuruyuuuk !!... kukuruyuuuk !!... " sayup sayup kudengar riuh suara ayam jantan yang berkokok bersahut sahutan sementara suara tawa itu perlahan tak terdengar lagi ” fuhhh !!.. ” kini aku merasa lega luar biasa dan berangsur angsur rasa kantuk menderaku , hingga tanpa terasa aku mulai tertidur ” zzz… zzz.. zzz.. “
” Vig !.. vig !.. tangi vig !! “ samar terdengar suara si Indro membangunkanku sementara tangannya terus menggoyang goyangkan pahaku , segera kubuka selimut yang menutupi sekujur tubuhku lalu aku terduduk lunglai di kasur busa , dengan mata yang masih pedas kulihat jam dinding , rupanya sudah jam 11 siang sekarang ini.
Indro : ” ayo golek makan disek ! ”
(ayo cari makan dulu !)
Me : ” he eh , sek tak raup sek ”
(iya , bentar aku cuci muka dulu)
Dengan malas kubasuh mukaku di keran depan kosan sementara si Indro sibuk memanasi mesin motornya , tak lama kemudian kami berangkat menuju warung Pak Brewok depan kampus UMM , di sini kami makan siang sambil membicarakan apa yang terjadi semalam.
Indro : ” aku wedi tenanan mambengi , lagek iki aku tumon enek demit neng kosanku ”
(aku takut beneran semalem , baru kali ini aku tahu ada setan di kosanku)
Me : ” podo aku yo wedi ra karuan , opo eneh pas neng njeding aku nemu yuyu ”
(sama aku juga takut ngga karuan , apalagi pas di kamar mandi aku nemu yuyu)
Indro : ” mosok tho enek yuyune ?!... aku mau mlebu kok ra enek ? ”
(masak sih ada yuyunya ?!... aku tadi masuk kok ngga ada ?)
Me : ” wes ilang yuyune tuyul kuwi , arep njupuk duitmu paling tuyule ”
(udah ilang yuyunya tuyul itu , mau ambil duitmu mungkin tuyulnya)
Indro : ” sek tak deloke dompetku "
(bentar aku lihat dompetku)
Buru buru si Indro mengambil dompet di saku celananya dan ia langsung terbelalak saat melihat isi di dalam dompetnya itu.
Indro : " waduuuh duwek eketanku kok ra enek ki ?!.. jancuk vig bener omongmu ”
(waduuuh duit lima puluh ribuanku kok ngga ada ini ?!.. jancuk vig bener katamu)
Me : ” lha karek piro kuwi isine ? ”
(tinggal berapa itu isinya ?)
Indro : ” sepuluh ewu thok ki , wingi sek sewidak ewu lho vig ”
(sepuluh ribu aja ni , kemaren masih enam puluh ribu lho vig)
Me : ” mungkin kosanmu dadi sepi goro goro enek tuyul kuwi , podo ngaleh ra betah kabeh ”
(mungkin kosanmu jadi sepi gara gara ada tuyul itu , pada cabut semua ngga betah)
Indro : ” aku yo wes ra wani eneh turu kosan , aku tak turu nggonamu ae yo ngko bengi ? ”
(aku juga ngga berani lagi tidur di kosan , aku tidur di tempatmu aja ya nanti malam ?)
Me : ” yo gampang bro ”
Untuk sementara si Indro menginap di kosanku hingga akhirnya dia mendapat kosan baru di jl Baiduri Pandan , dia sudah kapok tinggal di kosan berhantu itu lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar