ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar awal tahun 2008 ketika aku masih kuliah semester 2
Dengan laju pelan si Indro memacu motornya sementara aku yang duduk di boncengan asik melihat lihat kiri kanan jl Veteran ini , di sebelah kiri tampak komplek kampus UM dan di seberang kanan sana tampak kelap kelip cahaya lampu mall besar yang bernama Matos.
Me : " uadem ndro howone , ayo ngopi ae ! "
(dingin ndro hawanya , ayo ngopi ae !)
Indro : " ngopi neng warunge cak pur ae yo vig ? "
(ngopi di warungnya cak pur aja ya vig ?)
Me : " yo wes , nrabas liwat matos ae ben cepet "
(ya udah , nerabas lewat matos aja biar cepat)
Tadi kami baru saja menyaksikan acara tahunan Malang Tempoe Doeloe yang digelar di jl Ijen dan sekarang kami mau ngopi di warungnya Cak Pur yang terletak di jl Soekarno Hatta , tepatnya di depan kampus Poltek Malang… untuk mempersingkat jarak lebih baik kami melewati jalan sempit yang berada di sebelah Matos daripada harus kejauhan lewat jl Gajayana , tanpa berlama lama kamipun menyeberangi jl Veteran dan kemudian memasuki jalan sempit yang tak kutahu namanya ini , warung warung kumuh tampak saling berjejeran di sebelah kiri dan terlihat kontras dengan kemegahan Matos yang berada di sebelah kanan... beginilah pemandangan khas dari kota besar , antara kumuh dan mewah hanya terpisahkan oleh jalan sempit yang kami lewati ini.
Beberapa meter setelah memasuki jalan sempit ini kami mendapati keadaan yang gelap dan sepi , di kiri kanan hanya ada lahan kosong yang ditumbuhi tanaman liar dan juga pepohonan lebat , sementara agak jauh di sebelah barat terlihat rumah rumah penduduk yang sekaligus membuat keadaan jadi agak sedikit remang karena tak ada satupun lampu di sepanjang jalan ini… bisa dibilang keadaan jalan ini masih terlalu gelap untuk dilewati.
Me : ” ayo cepet rodok banter ! ”
(ayo cepet agak kenceng !)
Indro : ” iyo , iki masalahe aku yo rodok ra kethok ”
(iya , ini masalahnya aku juga agak ngga kelihatan)
Segera saja kusuruh si Indro mempercepat laju motornya dan jujur saja aku mulai agak merinding melewati jalan ini saat malam hari begini , namun entah kenapa laju motor si Indro yang tadinya sempat agak cepat tiba tiba malah jadi melambat , lebih buruknya lagi laju motornya malah jadi tersendat sendat dan kemudian mesinnya mati begitu saja.
Me : ” nyapo ki montormu ?!... bensine enthek tho ? ”
(kenapa ini motormu ?!... bensinnya habis tha ?)
Indro : ” ora , mau sek sak literan kok ”
(ngga , tadi masih seliteran kok)
Me : ” lha trus nyapo ki kok mogok ? ”
(lha trus kenapa kok mogok ?)
Indro : ” mboh iki aku yo ra ruh , opo busine paling ”
(entah ini aku juga ngga tau , apa businya mungkin)
Memang benar benar sial malam ini , bagaimana bisa motornya si Indro malah mogok di jalan yang sepi dan gelap begini ” jancuuuk tenan !! ” gerutuku sambil menendangi batu batu kecil di tepi jalan , sementara si Indro berusaha menstarter motornya berkali kali ” jegrek !!... jegrek !!... ” sayang usahanya itu tak membuahkan hasil , mesin motornya tak kunjung mau hidup.
” Jegrek !!... jegrek !!... ” berkali kali si Indro menstarter motornya namun ngga kunjung hidup juga , kini sambil menggerutu ia membuka jok motornya dan mencari cari kunci busi.
Indro : ” njajal tak deloke sek busine vig ”
(coba aku lihat dulu businya vig)
Me : ” yo ndang cepet ae ndro , kebelet nguyuh aku “
(iya yang cepet aja ndro , kebelet kencing aku)
Aku mulai kebelet pipis dan dengan tergesa aku berjalan ke lahan kosong di sebelah kanan jalan , buru buru kubuka celanaku lalu ” cuuuuurrr !! ” kubuang hajat kecil di parit pinggiran jalan ini…. ngomong ngomong merinding juga pipis di sini , apalagi semilir angin malam membuatku jadi agak menggigil , uadem rekk !!... sambil pipis aku melihat lihat lahan kosong yang gelap gulita ini , namun tanpa sengaja mataku melihat sekelebat bayangan hitam tinggi menjulang… tak percaya dengan apa yang kulihat akupun mencoba mengamatinya lebih seksama lagi , bayangan hitam itu berjalan jalan dengan cepat di antara semak belukar dan tanaman liar sebelum akhirnya lenyap dari pandanganku , seketika jantungku berdegup kencang dan dengan terburu buru kuselesaikan urusan pipisku , sekejap kemudian aku kembali ke tempat si Indro sedang mengecek busi motornya.
Me : ” ayo cepet !!... wes kenek rung ?! ”
(ayo cepet !!... udah bisa belum ?!)
Indro : ” sakjane busine ra po po lho ”
(sebenernya businya ngga apa apa lho)
Me : ” lha trus apane ?! ”
(lha trus apanya ?!)
Indro : ” lha kuwi aku yo ra ruh ”
(lha itu aku juga ngga tau)
Di tengah keadaan yang mulai terasa mencekam kukatakan pada si Indro soal penampakan sosok bayangan hitam yang kulihat tadi , aku mulai merasa khawatir jika sesuatu yang buruk akan menimpa kami berdua.
Indro : ” mosok tho ?! ”
(masak sih ?!)
Me : ” tenan iki mau ra ngapusi aku ”
(beneran ini tadi ngga bohong aku)
Indro : ” kethoke seng kok omongne kuwi seng diarani gendruwo ”
(kayaknya yang kamu omongin itu yang namanya gendruwo)
Me : ” halah mbuh , ra ngganceng arep gendruwo opo gatutkoco ra ngurus aku , ayo cepet ! ”
(halah entahlah , ngga peduli mau gendruwo atau gatutkaca ngga peduli aku , ayo cepet !)
Kami merasa panik dan bingung sendiri dengan keadaan ini , namun tak lama kemudian mulai tercium bau pesing seperti air kencing... kata Indro bau pesing ini adalah tanda tanda kemunculan sosok gaib yang disebut gendruwo.
Indro : ” jancuk , tenan omonganmu ki mau vig , jarene nek gendruwo arep metu mesti mambu pesing ”
(jancuk , bener omonganmu tadi vig , katanya kalo gendruwo mau keluar pasti bau pesing)
Me : ” wes ndang lebokno kabeh kuncimu , ayo mbalik nang warung cedake matos ! ”
(udah cepet masukin semua kuncimu , ayo balik ke warung dekat matos !)
Daripada ngurusin motor mogok aku menyuruh si Indro buat balik lagi ke warung dekat Matos tadi , kami berdua mau tak mau harus mendorong motor sial ini , namun belum sempat si Indro memasukkan kunci busi ke dalam jok motor mendadak terdengar suara menggeram ” aarrrgggg !!.. aarrrggg !!!.. ” kami yang mendengarnya langsung terperanjat dan kian merinding tak karuan.
Me : ” ayo mlayu !!.. tak surung ko mburi ! ”
(ayo lari !!.. aku dorong dari belakang !)
Indro : ” iyo ayo !!.. tak putere sek montorku “
(iya ayo !!.. aku puter dulu motorku)
Dengan sekuat tenaga kami berdua mendorong motor agar secepatnya sampai ke warung dekat Matos , peluh kamipun bercucuran seiring rasa kalut yang kian menjadi jadi.
Me : ” ojo mengo mburi , surung terus ndro !! ”
(jangan tengok belakang , dorong terus ndro !!)
Indro : ” iyo !.. iyo !.. ”
Entah kenapa si Indro terus menerus menengok ke arah belakang dan akupun mulai penasaran ada apa di belakang kami , apakah gendruwo itu mengikuti kami ?!…. sambil terus mendorong motor kupaksakan diriku untuk melihat ada apa di belakang dan ” oh my goooodd ??!! ” sosok yang disebut gendruwo itu ternyata mengikuti kami dengan langkah cepat... di tengah kegelapan tampak postur tubuhnya yang tinggi menjulang dan juga kedua matanya yang merah menyala , saking takut aku melihatnya tiba tiba saja kaki kananku terantuk batu ” buukkk !! ” akupun terjatuh dan sialnya si Indro tidak berhenti untuk menolongku , ia tetap mendorong motornya dengan kencang dan meninggalkan aku yang jatuh tersungkur di jalan yang gelap ini ” woe tulung ndro !!.. asu kowe !!.. ” aku hanya bisa mengumpat penuh maki , sementara di belakangku sosok itu terus mendekat dan mendekat ” aahhh !!!…. aahhh !!!.. ” saking paniknya akupun berteriak sejadinya jadinya.
Aku tak punya daya untuk bangkit dan hanya bisa pasrah sama Yang Kuasa , sementara rasa kalut begitu luar biasa mencengkeramku saat aku melihat sosok itu kian mendekat…. aku benar benar ketakutan menatap sosok gendruwo yang berdiri sekitar 4 meteran dari hadapanku itu , apalagi suara geramannya kian menciutkan nyaliku ” ggrhh !!…. grrhh !!…. ggrhh !!... ” dari jarak sedekat ini mataku bisa melihat wujudnya lebih jelas lagi , tubuhnya dipenuhi bulu bulu hitam lebat , kulit mukanya kasar seperti luka bakar , di mulutnya ada taring taring tajam , kuku kukunya juga begitu panjang dan matanya merah menyala seperti bara arang yang membara ” ohh ?!!.. ngaleh kowe !!!.. ngaleho kono !!!… ngaleh !!!.. ” (oh ?!!.. pergi kamu !!!.. pergi sana !!!... pergi !!!...) kucoba mengusirnya sebisaku dan berharap makhluk itu benar benar pergi , tapi ia tak bergeming dan tetap berdiri di hadapanku…. entah apa yang akan dilakukannya kepadaku , aku benar benar sudah pasrah , bahkan tubuhku yang masih tersungkur ini mulai merasa kaku dan berat , sulit untuk bangun dan menggerakkan kakiku ” uuhh !… uhh !.. ” semakin lama kepalaku terasa semakin berat , sementara pandangan mataku jadi agak berkunang kunang.
Di saat aku sudah pasrah tak berdaya sayup sayup mulai kudengar suara gaduh di belakangku , sepertinya suara deru motor dan suara teriakan beberapa orang…. aku merasa lega saat seberkas sorotan lampu motor mendekat ke arahku , sementara sosok gendruwo itu telah menghilang entah kemana ” aahhh !… ahhh !… ” perlahan tubuhku bisa digerakkan lagi , dengan lemas aku rebah terlentang di tengah jalan , energiku benar benar habis ” ahhh !… ahh !.. ” sekejap kemudian ada seorang bapak yang mengangkat tubuhku lalu menaikkanku ke jok motor , sementara si Indro juga ikut naik di belakangku dan mengapitku di tengah , dengan cepat bapak ini memacu motornya dan membawaku ke warung dekat Matos tadi…. sesampainya di warung tubuhku langsung direbahkan di amben bambu , ibu pemilik warung memberiku segelas wedang jahe hangat sementara bapak tadi memijati bahu dan tengkukku ” ahh !… ahh !… ” aku merasa terselamatkan oleh pertolonganNya , aku merasa terbekati oleh keajaibanNya.
Menurut penuturan ibu pemilik warung daerah ini memang sangat angker sejak dulu , jauh ketika Matos belum berdiri di daerah ini ada sebuah sekolahan yang hampir tiap hari siswanya mengalami kesurupan , bahkan meskipun telah dilakukan pengruwatan berkali kali tetap saja penunggu daerah ini tak mau pergi... kini setelah Matos berdiri masih saja ada orang yang kesurupan , entah itu para karyawan atau sekedar orang yang lewat jalan ini pada saat malam hari... sosok penunggu daerah ini tiada lain tiada bukan adalah genderuwo yang tadi mengejar kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar