ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar awal tahun 2009 ketika aku masih kuliah semester 4
Hari ini perkuliahan berlangsung lebih singkat daripada biasanya , hanya ada mata kuliah komunikasi massa yang berlangsung mulai jam 7 hingga setengah 10 pagi... kini seusai kuliah aku dan teman temanku memutuskan untuk uklam uklam ke kota Batu , tempat yang akan kami tuju adalah kawasan wisata Selecta yang terletak di daerah Bumiaji , di sana kami bisa menikmati indahnya hamparan taman bunga dan juga sejuknya hawa udara pegunungan.
Pendik : " sopo maneh seng kolem rek ? "
Danang : " gw ikut sekalian ndik , daripada di kosan cuma tiduran doang "
Niken : " ha.. ha.. kayak kebo aja lu tidur melulu nang "
Eva : " aku juga ikutan deh ndik "
Pendik : " oyi wes , saiki njukuk helm dhewe dhewe yo rek "
Dengan berombongan mengendarai sepeda motor kami berangkat menuju kota Batu , hawa dingin langsung terasa saat kami tiba di daerah Bumiaji yang dipenuhi perkebunan sayur mayur , tak butuh waktu lama kamipun tiba di kawasan wisata Selecta yang tampak sepi hari ini , beda dengan hari libur dimana pengunjungnya bisa mencapai ratusan orang.
Niken : " yuk patungan duit buat beli tiket guys ! "
Pendik : " ayo cepet rek duweke endi ?! "
Me : " duwekku kurang limang ewu ndik , tambelono "
Memet : " iki ae vig , duwekku sek turah "
Setelah patungan duit kamipun mulai membeli tiket dan kemudian memasuki kawasan wisata ini , begitu masuk kami langsung disambut oleh patung Ken Dedes yang duduk bersila di bawah pepohonan rimbun , seperti biasa kami menyempatkan diri berfoto ria di sini.
Danang : " ayo nik potoin ! "
Niken : " ntar abis ini ganti lu yang motoin ! "
Danang : " oke "
Selepas berfoto di depan patung Ken Dedes kami mulai meneruskan langkah kaki menuju jembatan yang bertuliskan 'Selecta' sementara di bawahnya terdapat kolam yang dipenuhi ikan tombro besar besar.
Memet : " iwak kok guedi gedi yo ndik "
Pendik : " digoreng enak met , nggo lawuh "
Eva : " ih lucu banget ikannya pada mangap mangap gitu "
Zul : " pada minta makan itu va ikannya "
Niken : " yuk guys kita poto poto lagi , lu yang motoin duluan vig ! "
Me : " oyi nik "
Kini kami mulai berfoto ria di atas jembatan ini , secara bergantian kami mulai memotret dari tepian kolam agar seluruh sisi jembatan dapat terlihat secara utuh " slap !.. slap !.. slap !... " terabadikan sudah pose kami yang berdiri berjejeran di atas jembatan bertuliskan 'Selecta' ini.
Niken : " siip guys potonya , ntar gw tag di fesbuk "
Pendik : " ayo wes mlaku maneh rekk ! "
Tanpa berlama lama kami mulai melanjutkan langkah kaki menuju area berikutnya yang berupa kolam renang , selain itu juga ada restoran dan hotel yang bangunannya terlihat klasik karena merupakan peninggalan kolonial Belanda.
Zul : " gak ada yang mau renang nih ? "
Danang : " ngapain renang zul ?!.. duingin gini ma tahan gw "
Niken : " langsung ke taman bunga aja yuk ! "
Tak satupun dari kami yang berniat menceburkan diri di kolam renang , selain tak membawa baju ganti hawa udaranya juga sangat dingin sehingga rasanya malas kalau menyentuh air , langsung saja kami meneruskan langkah kaki menuju area selanjutnya yang letaknya lebih tinggi lagi , setelah berjalan melalui jalur yang menanjak akhirnya kami tiba di hamparan taman bunga yang sangat luas dan indah , beraneka bunga dengan warna berbeda beda tampak terhampar di sekeliling kami , ada bunga mawar , lili , tulip , chrysan dan lain sebagainya.
Niken : " paling seneng gw kalo udah di sini va "
Eva : " emang indah banget sih taman bunganya , siapa yang ngga betah coba ? "
Berjalan jalan mengitari hamparan taman bunga ini rasanya begitu menentramkan hati , bunga bunga beraneka warna itu merekah dengan indahnya seolah tengah menyambut siapapun yang datang ke sini , apalagi hawa udara khas pegunungan terasa begitu menyegarkan dan membuat kami betah berlama lama di sini.
Niken : " yuk guys kita poto lagi ! "
Memet : " ayo ayo nik , mesti apik ki dadine "
Pendik : " pokoke kipa ilakes yo met "
Secara bergantian kami berfoto di tengah hamparan taman bunga ini sebelum akhirnya kami beristirahat di salah satu gazebo , dengan santai kami rebahan sambil melihat lihat semua photo yang telah kami ambil tadi.
Zul : " wah makin banyak nih poto kita nik "
Niken : " kurang cangar sama telaga ngantang yang belum ada zul "
Danang : " yang di jatim park gw gak ada nih "
Niken : " lu diajakin ke jatim park ogah ogahan sih nang "
Danang : " he.. he... nyesel gw gak ikutan nik "
Eva : " eh kapan kapan kita main ke agrowisata aja nik , katanya bisa metik apel sama stroberi loh "
Niken : " ntar aja va pas abis uas , rame rame main ke sono sama anak anak sekelas "
Cukup lama kami bersantai di gazebo ini hingga tanpa terasa waktu telah menunjukkan jam 1 siang , lekas saja kami beranjak meninggalkan taman bunga sambil merundingkan rencana selanjutnya , kami masih ingin main ke tempat lain dan baru akan pulang menjelang sore nanti.
Danang : " ke payung aja deh , gw pengen makan jagung bakar "
Zul : " kejauhan nang kalo ke payung , ke alun alun aja enaknya "
Niken : " males nih gw , pengennya main ke tempat yang sepi sepi gitu guys "
Me : " yang sepi ya ke kuburan nik.. ha.. ha.. "
Niken : " iya ke kuburan vig , sekalian lu gw kuburin idup idup.. ha.. ha.. "
Kami masih bingung mau main kemana lagi setelah ini , selepas meninggalkan Selecta kami mampir di sebuah warung dan memesan kopi , sambil ngopi kami kembali merundingkan tempat yang akan kami tuju selanjutnya.
Memet : " aku terserah ae wes , pokoke apik dinggo poto panggonane "
Eva : " aku juga pengennya poto poto tempat yang keren gitu "
Niken : " trus yang enak juga suasananya , kalo ke alun alun kan mesti rame banyak orang "
Pendik : " yok opo nek dolen ke makam belanda ae rek ? "
Niken : " makam belanda ?!.. makamnya siapa ndik ? "
Pendik : " meneer dinger nik , jan van dinger "
Eva : " ihh kok malah main ke makam sih ndik ?!.. kan aku takut sama yang serem serem gitu "
Pendik : " makamnya ngga serem kok va , malah kipa ilakes buat poto poto "
Niken : " makam belanda yang bentuknya gede gitu ya ndik ? "
Pendik : " iyo nik , makamnya kan mausoleum gede koyok di eropa "
Niken : " kayaknya keren tuh ndik , pengen tau juga gw "
Memet : " trus angker po gak ndik makame iku "
Pendik : " ora met , mayite meneer dinger wes gak nok , wes dipindah nang negorone londo kono "
Me : " adoh po gak panggonane ? "
Pendik : " cedak vig , sek nang bumiaji kene "
Pendik mengusulkan sebuah makam peninggalan Belanda sebagai tempat tujuan berikutnya , katanya tempat itu keren buat berfoto dan lokasinya juga masih berada di daerah Bumiaji... kelar ngopi kamipun bergegas menuju ke sana , aku merasa penasaran ingin tau seperti apa bentuk makam meneer Belanda yang bernama Jan Van Dinger itu.
Dengan lambat motor kami melaju melintasi jalanan yang agak menanjak , setelah melewati pemukiman dan juga areal perkebunan akhirnya kami tiba di lokasi makam yang kami tuju.... makam meneer Dinger tampak megah menjulang di tengah tengah perkebunan sayur mayur , apalagi makam itu dibangun di atas tanah yang konturnya lebih tinggi daripada area perkebunan di sekelilingnya.
Pendik : " yok opo rek ?!.. kipa ilakes tho makame meneer dinger ? "
Niken : " ni makam gede banget ya ndik , sampe dikasih jembatan di depannya "
Danang : " enak nih tempatnya buat nongkrong , di tengah kebun kayak gini "
Eva : " iya tuh nang , udaranya juga seger banget lagi "
Pendik : " ayo wes kita jalan rek ! "
Untuk menuju ke makam itu kami harus melewati anak tangga dan juga jembatan sepanjang 8 meteran , setelah berjalan melewati anak tangga akhirnya kami tiba di jembatan yang berada di depan makam , saat aku melongok ke bawah ternyata tak ada parit atau saluran irigasi sehingga aku bingung sendiri kenapa di depan makam ini harus dibangun jembatan.
Me : " gak nok kalene ndik ?!.. lapo kok digawe jembatan barang ? "
Pendik : " jarene mbahku kebun iki mbiyen asline kolam uombo vig "
Me : " kolam ?!.. "
Pendik : " iku delengen ndek pinggire kebun onok bekas pagere kolam , masio wes ajur tapi kan nggenah nek iku bekas pagere kolam "
Kata Pendik area perkebunan yang mengelilingi makam ini dulunya adalah sebuah kolam , sejenak aku membayangkan betapa indahnya suasana makam ini di masa lalu , sebuah makam berbentuk mausoleum berdiri megah di tengah tengah kolam yang begitu luas.... pastilah meneer Dinger itu termasuk orang penting yang sangat kaya raya sehingga keluarganya bisa membuat makam seperti ini untuk menyemayamkan jenasahnya.
Niken : " ini pintunya digembok ndik "
Pendik : " digembok sama orang dinas pariwisata nik "
Eva : " hii.. dalemnya pasti serem tuh ndik "
Pendik : " mayatnya udah gak ada va , udah dipindah ke belanda "
Danang : " trus dalemnya ini apaan isinya ndik ? "
Pendik : " aku yo gak ngerti isine opo nang "
Mausoleum ini sebenarnya cuma seukuran toilet namun bagian atapnya sangat tinggi sehingga terlihat megah dipandang dari kejauhan , sementara pada bagian depan terdapat pintu kayu yang telah lapuk dan berlumut , namun pintu ini terkunci gembok sehingga tak ada seorangpun yang bisa memasuki ruangan di dalamnya.
Niken : " jadi kalo ngubur di dalem ruangannya ini ndik ? "
Pendik : " iyo nik petinya ditaruh di dalem ruangan "
Memet : " berarti gak diuruk yo ndik mayite ? "
Pendik : " nek makam mauseoum ancene gak diuruk mayite met , yo mek didekek thok petine "
Entah seperti apa ruangan di dalam mauseoum ini , aku hanya bisa membayangkan interiornya mungkin seperti gereja kuno khas Eropa , apalagi pada bagian atap terdapat jendela jendela kecil yang bentuknya hampir mirip dengan yang ada di gereja.
Niken : " tapi kok kotor gak keurus gini ya ndik ?!.. katanya udah dipegang sama dinas pariwisata "
Pendik : " babah nik , paling yang diurusin cuma tempat wisata yang gede gede thok "
Niken : " sayang banget nih , padahal ini kan termasuk situs sejarah "
Zul : " mestinya dipagerin ya nik , itu temboknya juga kotor banget sampe dicoret coret orang "
Memang memprihatinkan melihat kondisi mausoleum yang tampak terlantar ini , seluruh sisi dindingnya tampak kusam kehitaman penuh lumut dan ironisnya ada segelintir orang jahil yang iseng mencoret coret dengan Pilox... hal ini tak akan terjadi jika dinas terkait bersedia mengurus mauseoum ini dan menjadikannya sebagai situs sejarah.
Pendik : " ayo liat belakang , bentuke keren rek "
Memet : " onok opone ndik ? "
Pendik : " reneo delengen dhewe met ! "
Kini Pendik mengajak kami melihat lihat bagian belakang mausoleum ini , ternyata terdapat sebuah ruang tambahan berukuran kecil yang hampir mirip seperti ruangan untuk imam masjid , sementara bagian atapnya berbentuk membulat dan lebih rendah dari atap di ruangan utama... dugaanku ruangan ini digunakan untuk menaruh peti jenazah dengan cara diberdirikan.
Me : " mungkin petine didekek ndek kene ndik , posisine ngadek "
Pendik : " yo mungkin ae ngono vig "
Niken : " yukz guys balik ke depan lagi ! "
Sekejap kemudian kami kembali ke jembatan yang ada di depan mausoleum lalu secara bergantian kami berfoto mengabadikan pose pose narsis berlatarkan kemegahan mausoleum ini.
Niken : " siip guys makin lengkap nih photo kita "
Eva : " keren tuh buat dipamerin di fesbuk nik "
Zul : " eh kita nongkrong dulu aja deh , suasananya asik nih "
Danang : " iya zul , gw juga betah udaranya seger gini "
Setelah berfoto kami pada duduk di pagar jembatan sambil melihat lihat suasana perkebunan di sekeliling mausoleum ini , rata rata sayuran yang ditanam di sini adalah wortel dan sawi.
Memet : " enak yo ndik howone seger ndek kene "
Pendik : " pemandangane ijo royo royo yo met "
Zul : " kalo kita punya rumah di sini enak ya ndik "
Kulihat ada beberapa petani yang tampak sibuk bercocok tanam di dekat jembatan , iseng iseng aku turun ke perkebunan dan menghampiri salah satu petani itu... aku ingin menanyakan hal hal yang terkait dengan mausoleum meneer Dinger.
Me : " nyuwun sewu pak "
Pak Tani : " wo nggeh mas , wonten kerso nopo ? "
Me : " bade tanglet mawon pak , pengen ngertos sejarahe makam meneer dinger niku "
Pak Tani : " nek niku pun dangu mas makame , kaet taun sewu sangangatus pitulas "
Me : " meneer dinger niku sinten pak ? "
Pak Tani : " yo meneer londo mas , wonge sugih nduwe kebun uombo dhewe sak bumiaji mas "
Aku terus menyimak apa yang diceritakan bapak petani ini , namun aku jadi agak terkejut saat beliau bilang bahwa meneer Dinger meninggal dengan cara yang tragis , katanya kepala meneer itu dipenggal oleh seorang pemberontak pribumi dan konon potongan kepalanya sering terlihat menggelinding di sekitar mausoleum.
Pak Tani : " temenan ceritoku iki mas , wong wong kene wes bolak balik ngerti tugelan sirahe iku nek pas wayah surup utowo bengi "
Me : " kok medeni tha pak ?!.. jarene konco kulo mayite meneer dinger sampun dipindah teng londo "
Pak Tani : " nek mayite ancen wes gak nok ndek kene mas , tapi tugelan sirahe mbiyen iku ilang mas "
Me : " ilang pripun pak ?! "
Pak Tani : " seng dikubur ndek kene iki mek awake meneer dinger thok mas , lha bagian sirahe ilang digowo wong seng mateni "
Me : " trus arwahe gentayangan pak ?! "
Pak Tani : " mestine gentayangan mas , mungkin sirahe iku moro mrene mergakno nggoleki awake seng dikubur "
Mendengar apa yang dikatakan bapak petani ini membuatku agak merinding juga , jika malam hari area perkebunan ini pasti akan terlihat sepi , gelap dan berkabut , lebih menyeramkannya lagi potongan kepala meneer Dinger bisa sewaktu waktu muncul dengan cara menggelinding... terus terang aku cukup merinding membayangkannya , aku juga sama sekali tak berminat beruji nyali di sini meskipun sebelumnya aku pernah menjumpai potongan kepala yang berlumuran darah di kampusku... jika ada seseorang yang berani beruji nyali di sini kurasa ia patut mendapatkan gelar pemberani sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar