MALANG MYSTERIO EXO - Mustika Hijau Dari Coban Rondho

ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar awal tahun 2009 ketika aku masih kuliah semester 4


Laju sepeda motor kami terasa berat saat melintasi jalanan menanjak dan berkelok kelok menuju kawasan wisata Payung , sesekali kami juga harus menepi saat berpapasan dengan truk besar atau bus Puspa Indah yang melaju dari arah Pujon , apalagi saat akhir pekan begini banyak kendaraan luar kota yang berlalu lalang menuju kota Batu , alhasil keadaan jalan ini jadi lebih ramai daripada hari hari biasa.

Niken : " rame banget ya vig jalannya "

Me : " pada mau wisata tuh nik "

Dengan lambat kami terus melaju sambil menikmati suasana hutan pinus di sebelah kanan jalan , hingga beberapa meter kemudian akhirnya kami tiba di kawasan wisata Payung yang tampak cukup ramai pagi ini , banyak mahasiswa dari kota Malang yang memilih berakhir pekan di sini , entah itu bersama teman temannya atau bersama yayangnya.

Niken : " masih pagi gini udah rame banget ya vig "

Me : " nyari warung yang agak sepi aja nik "

Deretan warung di pinggir jalan ini tampak cukup ramai dipadati pengunjung sehingga kami harus mencari cari warung lain yang masih sepi , untungnya setelah menanjak beberapa meter kami menemukan sebuah warung yang sepertinya baru saja buka.

Me : " sini aja nik , sepi nih warungnya "

Niken : " ya udah vig "

Satu persatu dari kami mulai memarkir sepeda motor masing masing di depan warung ini , sekejap kemudian kami telah duduk lesehan di bagian belakang warung , dari sini kami dapat melihat indahnya panorama kota Batu yang terhampar di kejauhan.

Mbak : " pesen nopo mas ? "

Pendik : " jagung bakare kabeh yo rek ? "

Mbak : " jagung bakare enem yo mas , trus unjukane nopo mawon niki ? "

Pendik : " ipok mbak "

Me : " aku yo ipok mbak "

Zul : " sama mbak "

Niken : " milo aja mbak "

Memet : " aku energen mbak "

Steve : " jeruk anget mbak "

Mbak : " ngrantos sekedap mas nggeh "

Kawasan wisata Payung terletak di lereng gunung sehingga hawa udaranya terasa begitu dingin , kalau nongkrong di sini emang paling enak sambil makan jagung bakar dan menyeruput kopi panas , biar badan jadi anget rekk.

Niken : " paling demen gw kalo udah nongkrong di sini "

Zul : " pemandangannya keren ya nik , udaranya juga seger.. ngga pernah bosen main ke sini "

Steve : " enak ya mas kuliah di malang , banyak tempat keren buat maen "

Pendik : " yo ngalam ancene kipa ilakes stiv "

Memet : " pokoke dolen terus yo ndik "

Jagung bakar pesanan kami telah tersaji di atas meja , dengan rakus kami menyantapnya hingga ludes dan kemudian kami mulai menyeruput minuman masing masing yang seketika membuat badan terasa hangat , tak lupa kusulut sebatang rokok sambil ngobrol bareng teman temanku ini.

Me : " senin malem anak anak ikabama mau ngadain acara nik , gw ikutan maen juga "

Niken : " trus bandnya indra ikutan maen gak vig ? "

Me : " gak tau nik , lu ngefans sama indra ya ? "

Niken : " abis cakep sih tampangnya vig , main gitarnya juga keren banget lagi.. gw tuh pengen motoin dia kalo bandnya ikutan maen "

Me : " mending lu motoin gw aja nik.. ha.. ha.. "

Niken : " ih sori ya bro , gak ngefans gw sama lu vig "

Me : " ha.. ha.. gw juga males punya fans kayak elu nik "

Kami memang betah nongkrong di sini hingga tanpa terasa hari telah beranjak semakin siang , kulihat angka di jam dinding telah menunjukkan jam setengah 11 siang.

Me : " wes jam setengah sewelas ndik "

Pendik : " nyantai sek vig , ngko ladub nang coban rondho jam sewelasan ae "

Zul : " kalo sabtu gini biasanya rame ya ndik coban rondho "

Pendik : " ya mau gimana lagi zul "

Niken : " eh guys , duit beli tiket kumpulin sekarang aja yuk ! "

Pendik : " kalo hari sabtu 8 ribu tikete rekk "

Rencananya setelah ini kami mau mengunjungi air terjun Coban Rondho , sudah lama kami tak mengunjungi tempat wisata yang terletak di daerah Pujon itu , apalagi Steve yang masih berstatus mahasiswa baru sama sekali belum pernah ke sana... kini kami mulai patungan duit buat bayar tiket masuk seharga 8 ribu rupiah per orang.

Steve : " ini mas pas duitku "

Memet : " duwekku kurang telung ewu e ndik "

Pendik : " yo wes gak po po met , wes enek tambele "

Me : " turahane nggo mbayar parkir ndik "

Niken : " sini guys !!.. biar gw aja yang bawa duitnya ndik "

Sekitar jam 11 siang kami mulai beranjak meninggalkan warung ini dan kemudian langsung bablas menuju daerah Pujon , tak butuh waktu lama kami telah tiba di pertigaan yang ada patung sapinya , di sini kami berhenti sebentar untuk berfoto ria.

Niken : " ayo guys !!.. cepetan ngumpul di patung sapi ! "

Me : " trus yang motoin siapa nik ? "

Niken : " itu aja minta tolong sama tukang ojek di pangkalan "

Karena tak ada yang memotret akhirnya kupanggil seorang tukang ojek untuk menjadi juru foto dadakan , dengan tergopoh gopoh tukang ojek itu meninggalkan motornya di pangkalan dan kemudian meraih kamera pocket yang disodorkan Niken.

Mas : " yang dipencet mana ini mbak ? "

Niken : " itu lho mas , tombol yang gede itu "

Mas : " ouh ?!.. nanti langsung tak pencet tombolnya ini ya mbak ? "

Niken : " iya mas , pokoknya kalo kita udah gaya di patung sapi sampeyan pencet aja tombolnya itu "

Tukang ojek ini agak gaptek sehingga Niken harus memberi tahu bagaimana caranya memotret , tak lama kemudian kami telah berdiri di dekat patung sapi sambil tersenyum dan berangkulan , hingga akhirnya " slap !.. " kebersamaan kamipun terabadikan berkat bantuan tukang ojek itu.

Mas : " ini sudah ya mbak ? "

Niken : " udah mas , matur suwun ya mas "

Kini kami bersiap untuk meneruskan perjalanan ke air terjun Coban Rondho , dari patung sapi kami memasuki jalanan sempit yang berada di pemukiman penduduk , sebelum akhirnya kami melewati hutan lebat yang suasananya tampak sepi , tempat tujuan kami masih berjarak sekitar 3 km lagi.

Niken : " adem ya vig , lupa gak pake jaket gw tadi "

Me : " adem segini belum seberapa nik , di telaga ngantang malah lebih adem lagi "

Niken : " kapan kapan ya kita maen ke ngantang vig , kayaknya keren tuh telaganya "

Setelah menempuh perjalanan beberapa kilometer akhirnya kami tiba juga di Coban Rondho , kulihat di parkiran ada banyak kendaraan luar kota yang saling berjubelan hingga membuat kami kesulitan memarkir motor , sementara warung warung dan toko souvenir tampak dipadati oleh para pengunjung.

Memet : " ruame yo ndik ?!.. uwong thok "

Pendik : " dino setu yo mesti ngene iki met , rame pol "

Steve : " air terjunnya dimana mas ? "

Pendik : " lewat jalan setapak itu stiv , ntar nyampe di air terjun "

Dari sini telah terdengar suara gemuruh air terjun Coban Rondho , untuk menuju ke sana kami harus berjalan kaki melewati jalan setapak yang membelah area hutan.

Memet : " alas iki akeh kethek e yo vig "

Me : " koncomu kuwi met.. ha.. ha.. "

Memet : " wo asem ngenyek kon !!.. "

Ada begitu banyak monyet yang bergelantungan di dahan dahan pepohonan , beberapa juga turun di sekitar jalan setapak sehingga para pengunjung bisa memotretnya dari jarak dekat.

Niken : " gw mau motret monyet dulu ya guys "

Zul : " ngapain monyet aja difoto nik "

Niken : " kan lucu tuh monyetnya zul "

Kami terus berjalan melewati setapak ini hingga akhirnya keluar dari area hutan , kini terlihatlah air terjun Coban Rondho yang legendaris itu.... air terjun itu mengalir dari tebing yang sangat tinggi dan dipenuhi tanaman liar , sementara di bawahnya terdapat sungai berbatu batu yang merupakan aliran dari air terjun itu.

Steve : " keren ya mbak air terjunnya "

Niken : " ya keren lah stiv , makanya lu gw ajakin ke sini "

Pendik : " ayo rekk foto foto maneh ! "

Niken : " tapi gantian nih yang motret ndik "

Kini kami berfoto lagi berlatarkan air terjun yang mengalir di kejauhan itu , sebelum akhirnya kami berjalan lagi sambil sesekali membaca papan papan yang terpasang di tepian jalan setapak , ada tulisan mengenai sejarah Coban Rondho dan juga mitos yang menyertainya.

Steve : " sejarahnya gini ya mas ?!.. dewi anjarwati ditinggal mati sama raden baron kusuma "

Pendik : " iya stiv , raden baron mati trus dewi anjarwati jadi janda "

Memet : " janda itu rondho stiv kalo bahasa jawa "

Niken : " yang bikin gw bingung dewi anjarwati kan matinya di deket air terjun , trus sekarang jadi penunggunya gitu ya ndik ? "

Pendik : " aku gak ngerti nik , yo mungkin ae gitu "

Sejarah dan mitos air terjun ini memang sangat berbau klenik , ada pantangan yang melarang pengunjung datang ke air terjun ini bersama kekasih atau pasangan sahnya , kabarnya sudah banyak orang yang putus atau cerai setelah berkunjung dari sini... konon hal ini adalah akibat dari kutukan Dewi Anjarwati yang dulu ditinggal mati suaminya Raden Baron sehingga statusnya berubah jadi janda atau rondho.

Niken : " gw sih gak percaya sama mitos ginian "

Zul : " he.. he.. cuma mitos nik , kan belum tentu bener "

Pendik : " kita kan rame rame ke sini , kalo sama ojob yo mungkin ae kejadian mitose "

Me : " ra ngurus mitos mitosan ndik "

Memet : " aku yo ra ngganceng vig , apus apusan paling mitose "

Tanpa berlama lama kami kembali berjalan menuju ke air terjun , jalan setapak yang kami lalui akhirnya berujung pada anak tangga yang terletak di dekat air terjun " gruujukkk !!.. gruujuk !!... gruujuukk !!... " deru suaranya terdengar bergemuruh diiringi deras air yang berjatuhan dari atas tebing.

Steve : " keren banget dilihat dari deket mas "

Pendik : " he.. he.. ancen kipa ilakes yo stiv "

Steve yang baru kali pertama berkunjung kemari tampak begitu takjub memandangi air terjun yang ada di hadapannya , selain pemandangannya yang indah kawasan air terjun ini juga cukup dingin hawa udaranya karena terletak di lereng gunung yang berketinggian lebih dari 1000 mdpl.

Niken : " duingin banget vig , mau nyemplung juga males banyak orangnya "

Me : " ya udah kita duduk aja nik "

Kini kami duduk santai di bebatuan besar yang terserak di dekat air terjun , kulihat ada begitu banyak orang yang tengah asik bermain air di kubangan bawah air terjun , beberapa anak kecil juga tampak asik berenang kesana kemari karena kubangan itu cukup dangkal sebatas paha orang dewasa.

Hampir setengah jam kami duduk duduk di bebatuan hingga akhirnya kami memutuskan untuk turun ke kubangan , kami ingin berfoto di sana mumpung suasananya sudah sepi , hanya ada beberapa orang yang masih asik bermain air di dekat air terjun.

Memet : " clonone dicincing disek ben gak kembloh "

Pendik : " ora udo sisan ae kon ? "

Memet : " yo isin tho ndik nek udo , disawang wong akeh "

Pendik : " ha.. ha.. tak kiro gak duwe isin kon "

Kulipat bagian bawah celanaku hingga mencapai betis dan kemudian kuceburkan kakiku di kubangan dekat air terjun , walaupun airnya terasa dingin namun aku tetap berjalan jalan mengelilingi kubangan dangkal ini.

Zul : " dingin banget airnya vig "

Me : " ayo jalan ke bawahnya air terjun zul "

Di bawah air terjun kami menyempatkan diri berfoto beberapa kali , setelah puas berfoto kami berjalan kembali ke bebatuan di tepi kubangan namun entah kenapa Steve tetap berdiri mematung di bawah air terjun , ia berdiri membelakangi kami sementara kedua telapak tangannya terulur ke arah depan.

Niken : " loh stiv lagi ngapain sih ? "

Pendik : " kayaknya lagi ndeteksi energi makhluk gaib nik "

Niken : " ahh masak sih ada mahkluk gaibnya di sini ndik ? "

Zul : " kan di sini rame banyak orang ya nik "

Memet : " lha yo aku gak percoyo nek onok demite ndek kene "

Pendik : " wes delengen ae met , stiv nek ndeteksi koyok ngono iku tondone mesti onok demite "

Sambil duduk di bebatuan kami terus menatap Steve dengan penuh keheranan , sepertinya anak itu mendeteksi keberadaan makhluk gaib yang menghuni air terjun ini , sedari tadi ia terus berjalan mondar mandir di bawah air terjun sambil mengarahkan kedua telapak tangannya ke depan... entah makhluk jenis apa yang saat ini tengah dideteksi olehnya , jangan jangan ia mendeteksi arwahnya dewi Anjarwati yang konon mati di bawah air terjun.

Menit demi menit terus berlalu sementara kami masih terheran heran mengamati Steve , kali ini ia malah berjalan menuju celah yang tersembunyi di balik air terjun , kami tak bisa lagi melihatnya dengan jelas karena celah itu tertutupi oleh derasnya air terjun yang berjatuhan.

Niken : " stiv ampe blusukan kayak gitu "

Pendik : " paling ada di situ makhluknya nik "

Me : " opo arwahe dewi anjarwati yo ndik ? "

Pendik : " yo mungkin ae vig "

Memet : " medeni ndik nek onok arwahe ndek kono "

Zul : " ah masak tempat rame gini ada arwahnya ? "

Me : " bisa aja zul ada arwahnya dewi anjarwati , kan dulu matinya di situ "

Steve masih berada di celah yang tersembunyi di balik air terjun , walaupun tak terlihat apa apa namun kami masih mengarahkan pandangan ke sana , hingga tiba tiba mata kami melihat pancaran cahaya kehijauan dibalik derasnya air terjun , cahaya itu terus terpancar dan terlihat cukup terang hingga menembus derasnya air terjun yang berjatuhan... entah apa yang sedang dilakukan Steve di sana , benak kami benar benar dipenuhi seribu tanya.

Niken : " ya allah ?!.. itu apaan sih kok sampe nyala ijo ijo kayak gitu ? "

Zul : " wah , apa demitnya nongol ya nik ? "

Memet : " haduh aku jadi takut zul kalo demitnya nongol "

Pendik : " menengo met , enteni ae ngasi areke metu "

Perlahan cahaya kehijauan itu mulai meredup sebelum akhirnya padam begitu saja , tak lama kemudian Steve keluar dari celah yang tersembunyi di balik air terjun , dengan tergesa ia berjalan hingga mentas dari kubangan , sementara rambut , baju dan celananya tampak basah kuyup.

Niken : " ampe basah kayak gitu bajunya "

Me : " kita tanyain aja abis ini nik "

Niken : " bikin penasaran aja tu anak vig "

Kami benar benar penasaran dengan apa yang dilakukan Steve tadi , ketika tiba di hadapan kami ia langsung kami berondong dengan pertanyaan bertubi tubi.

Niken : " ngapain tadi ke situ stiv ?!.. sinar yang ijo ijo tadi apaan ? "

Pendik : " onok arwahe dewi anjarwati yo stiv ? "

Zul : " beneran ketemu arwahnya stiv ? "

Me : " trus wujudnya dewi anjarwati gimana stiv ? "

Steve hanya tersenyum saat kami berondong dengan bermacam pertanyaan , sesaat ia merogoh saku kemejanya dan mengeluarkan sebuah batu mustika berwarna hijau.

Niken : " loh ?!.. kok bisa dapet mustika stiv ?!.. sinar yang ijo ijo tadi mustika ini ya ? "

Steve : " iya mbak , aku gak sengaja ndeteksi energinya tadi , langsung tarik aja pake tenaga dalam "

Pendik : " sangar rek !!.. jenisnya batu apa ini stiv ? "

Steve : " kalsedon ini mas "

Me : " trus yang punya mustika ini siapa stiv ?!.. dewi anjarwati ? "

Steve : " ngga tau mas , kayaknya gak ada yang punya "

Zul : " berarti arwahnya dewi anjarwati gak ada ya stiv ? "

Steve : " ngga ada mas , aku cuma ndeteksi energinya mustika ini aja "

Ternyata cahaya kehijauan yang kami lihat tadi berasal dari mustika yang ditemukan Steve , kini ia mempersilahkan kami untuk memegangi mustika berwarna hijau ini.

Memet : " yang dikasih bang renggo warnanya jingga stiv , katanya buat ngelancarin jodoh , kalo yang ijo ini gunanya apa ? "

Steve : " ijo ini buat jaga kesehatan aja "

Niken : " biar gak gampang sakit gitu ya stiv ? "

Steve : " iya mbak , kan hubungannya sama chakra anahata "

Pendik : " gak nyongko stiv , di sini ada mustika kayak gini "

Steve : " di air terjun biasanya emang ada mustikanya mas , ya untung untungan juga sih dapetnya "

Zul : " air terjun di malang kan banyak ndik , berarti ada mustikanya semua itu "

Pendik : " iyo stiv , masih ada coban talun , coban rais , coban kethak "

Steve : " ya mungkin ada mustikanya juga di air terjun yang lain mas "

Me : " kapan kapan aja kita nyoba maen ke air terjun yang lain , siapa tau bisa dapet juga stiv "

Steve : " aku juga pengen tau mas , mungkin ada mustika yang warnanya macem macem "

Ada begitu banyak air terjun yang tersebar di daerah Pujon hingga Kasembon , mungkin saja di tiap air terjun itu ada batuan mustika yang tersembunyi secara gaib... di lain hari kami berencana untuk mengunjunginya satu persatu , siapa tau Steve bisa mendapatkan mustika yang berbeda beda warna dan kegunaannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar