ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar akhir tahun 2012 ketika aku masih kuliah semester 11
Di tepi pantai ini aku duduk termenung sambil memandangi gulungan ombak yang datang silih berganti di hadapanku " byuuarr !!.... byuaar !!... " deru suaranya terdengar begitu menggelegar dan terasa membangkitkan jiwaku yang telah letih menjalani hari demi hari yang penuh kesibukan.... kini aku hanya ingin menghabiskan waktu di pantai ini untuk merefleksi segala hal yang telah kulalui.
Pendik : " mestine awake dhewe dolen ambek arek arek yo vig , rame rame koyok mbiyen "
Me : " aku yo kangen ambek arek arek kabeh "
Pendik : " trus kapan ya awake dhewe iso pethuk maneh ? "
Me : " mboh ndik , wes angel nek kate ketemu maneh "
Pendik : " pokoke ngasi kewut opo ketam aku gak bakalan iso nglalekno arek arek vig "
Me : " yo gak bakalan iso lali ndik , awake dhewe lho wes satu jiwa , wes koyok dulur "
Pendik : " he.. he.. bener kon , sasaji yo vig "
Satu persatu dari teman kami telah pergi meninggalkan kota Malang dan kami benar benar merasa kehilangan , selama bertahun tahun kami semua menjalin persahabatan dan menjalani hari hari dengan penuh kebersamaan , hingga akhirnya tercipta berjuta kisah yang membuat hidup ini terasa lebih berwarna dan bermakna.... namun sang waktu terus berlalu dan kini segalanya telah berakhir , yang tersisa hanyalah serpihan serpihan kenangan yang membuatku tak kuasa menitikkan air mata saat mengenangnya.
Me : " urip ki mek ngene thok yo ndik , kabeh enek wiwite enek pungkasane "
Pendik : " banyu kali lak miline nang segoro vig , yo podo ae ambek urip iki "
Di tepi pantai ini kami berdua terlarut mengenang segala kisah yang pernah ada , derai tawa dan air mata silih berganti menghiasi muka kami yang terkenang dengan apa yang sudah kami lalui bersama.... aku sendiri merasa bahwa masa perkuliahan di kota Malang adalah suatu takdir terbaik dalam hidupku , selain dipertemukan dengan teman teman dari segala penjuru Nusantara aku juga telah mencapai suatu tahapan yang lebih tinggi daripada sebelumnya , bukan karena aku telah menyandang gelar sarjana tapi karena aku telah memahami hakekat diriku sebagai microcosmos yang sanggup menembus sekat sekat dimensi dan menyibak jutaan misteri di jagad raya ini.
Hari telah beranjak semakin sore , aku dan Pendik berjalan jalan menyusuri tepian pantai Kondang Merak ini sementara di kejauhan kulihat Steve dan Lala yang tengah asik pacaran , mereka tampak duduk selonjoran di atas pasir sambil menatap luasnya samudera Hindia yang terhampar di hadapan mereka.
Pendik : " stiv kaet mau ngojob terus "
Me : " ayo diparani ae ndik ! "
Sambil berlari aku dan Pendik bergegas menghampiri mereka , ada hal yang harus segera kami lakukan setelah ini , suatu hal yang telah diamanahkan Bang Renggo sebelum ia pergi meninggalkan kota Malang beberapa bulan lalu.
Pendik : " pacaran terus rekk "
Steve : " ha.. ha.. masak gak boleh pacaran mas "
Lala : " mas pendik ngiri ya ?!.. ha.. ha.. "
Pendik : " ha.. ha.. lapo aku ngiri la "
Me : " ayo wes kita siap siap ngastral ! "
Steve : " sekarang mas ? "
Me : " iyo stiv , udah sore ini... mustikanya bang renggo tak ambil dulu "
Dengan tergesa aku mengambil batu mustika titipannya Bang Renggo yang tersimpan di jok motorku , sebuah batu mustika warna putih yang diberi nama Malangkucecwara , dayanya sangat powerfull dan akan difungsikan untuk menjaga agar seisi Malang Raya tetap bersih energinya , karena di masa mendatang akan sering terjadi gempa bumi berskala cukup besar yang juga mengeluarkan shamkara atau muatan energi negatif dalam jumlah banyak , jika sampai shamkara itu menyebar luas maka dampaknya akan mengotori chakra manusia hingga akhirnya menimbulkan perilaku negatif.... kejahatan , keburukan atau kekacauan akan terjadi secara masif dan bisa merusak ketentraman hidup di Malang Raya , namun tentu saja hal itu tak akan kami biarkan karena kami punya cara tersendiri untuk mengatasinya atau paling tidak untuk mengurangi dampaknya.... apa yang kami usahakan ini adalah pengejawantahan dari kata Malangkucecwara yang berarti Tuhan menghancurkan molo atau kebathilan , karena itulah Bang Renggo menamai batu mustika warna putih ini dengan nama Malangkucecwara.
Lala : " ntar kita langsung buka lapisan atas ya mas vig ? "
Me : " iyo la , mustikanya kan kudu ditanem di dasar laut "
Untuk menanam batu mustika ini di dasar laut kami harus mengandalkan Lala yang berkemampuan membuka portal lapisan teratas dari dimensi astral , itulah alasannya mengapa Bang Renggo menitipkan batu mustika ini padaku karena ia sendiri tak memiliki kemampuan seperti Lala dan pada akhirnya ia keburu kembali ke Kalimantan.
" Byuaar !!.... byuaarr !!!... " suara deru ombak terdengar begitu menggelegar sementara kami semua duduk bersila untuk memulai prosesi pelepasan sukma , ketika matahari telah berada di ufuk barat akhirnya satu persatu dari kami berhasil mengeluarkan sukma dari tubuh fisik masing masing.
Me : " bisa kebawa mustikanya stiv ? "
Steve : " udah mas , ini masih tak genggem "
Mustika warna putih itu berada di genggaman Steve karena hanya dirinya saja yang berkemampuan memegang benda fisik , sekejap kemudian kami melayang menuju lautan dan akhirnya berhenti di dekat pulau kecil , tanpa berlama lama Lala mulai bersiap membuka portal lapisan pertengahan dimensi astral , ia mengangkat kedua tangannya tinggi tinggi dan terciptalah lobang portal yang memancarkan cahaya jingga kekuningan.
Lala : " dah kebuka tuh mas , yuk masuk sekarang ! "
Steve : " kamu duluan yank ! "
Satu persatu dari kami mulai memasuki lobang portal dan kini keadaan tak lagi sama dengan sebelumnya , kami telah berada di lapisan pertengahan dimensi astral dimana langitnya berwarna jingga kekuningan.
Me : " buka lagi la ! "
Lala : " oke mas "
Lekas kusuruh Lala untuk membuka portal ke lapisan teratas hingga akhirnya tercipta lobang portal yang memancarkan cahaya hijau kebiruan , segera saja kami memasukinya dan terlihatlah keadaan yang berbeda daripada sebelumnya , kini langit berwarna hijau kebiruan dan ada istana megah yang berdiri menjulang di atas lautan , seketika kami terbelalak takjub memandanginya.
Pendik : " wancik ?!... istana opo iku vig ?! "
Me : " yo mesti istanane segoro kidul ndik "
Lala : " kayak kraton jogja mas vig , tapi gedean yang ini , trus gendeng joglonya tinggi tinggi semua ya "
Steve : " berarti tiap radius sekian kilometer ada keratonnya sendiri sendiri mas "
Bagaimana kami tidak takjub kalau di hadapan kami ada sebentuk istana yang begitu megah dan luas , istana itu berdiri menjulang di atas permukaan air laut dan dibentengi oleh tembok tinggi mirip keraton Jogja , selain itu juga terdapat atap atap joglo bergenteng hijau yang ukurannya tinggi tinggi , namun kami tak bisa melihat bangunannya karena terhalang tembok.
Steve : " kita gak masuk ke sana mas ? "
Me : " ngga stiv , kita gak ada urusannya sama istana itu "
Lala : " penasaran juga aku mas pengen masuk "
Me : " kita kan gak kenal siapa siapa la "
Apa yang kami lakukan murni inisiatif sendiri dan sama sekali tak ada urusannya dengan pihak istana itu , meskipun penasaran ingin tahu seperti apa dalamnya tapi kami tak mungkin masuk ke sana karena tak mengenal siapapun... kini kami mulai melayang semakin jauh dari garis pantai hingga akhirnya mustika putih yang digenggam Steve tiba tiba memancarkan cahaya berkilauan.
Steve : " kenapa ini mas mustikanya kok nyala sendiri ? "
Me : " katanya bang renggo kalau mustikanya udah nyala berarti udah nemu lokasi yang cocok buat ditanem "
Steve : " kita masuk laut sekarang nih ? "
Me : " ya iya "
Pendik : " gak po po a vig awake dhewe mlebu njero laut ? "
Me : " gak po po ndik , banyune gak kroso "
Kata Bang Renggo kalau mustika putih ini mulai memancarkan cahaya berkilauan berarti sudah menemukan lokasi yang tepat untuk ditanam , katanya lokasi penanaman itu adalah semacam rekahan lempeng tektonik yang menganga di dasar lautan sehingga kami hanya perlu menemukan rekahan itu dan kemudian memasukkan batu mustika ini di dalamnya.
Saat masuk ke dalam lautan kami mendapati banyak spesies ikan yang berenang renang kesana kemari , sementara Pendik yang baru pertama kali melihat isi lautan langsung terbelalak takjub melihatnya , ia nggumun ketika melihat gerombolan ikan kecil yang berenang di dekatnya , selain itu juga ada beberapa ubur ubur yang mengapung dimana mana.
Pendik : " wancik vig ?!... biasane mek ndelok njerone laut soko internet , saiki njegur temenan koyok ngene iki tibakno "
Lala : " tuh ubur uburnya banyak mas pendik , kalo aku jadi spongebob udah tak tangkepin semuanya "
Me : " ha.. ha.. "
Saat berada di dalam lautan kami tidak merasakan tekanan air karena memang begitulah hukum alam di lapisan teratas dimensi astral , kami bisa bebas bergerak sebagaimana saat terbang di angkasa.... tanpa berlama lama kami mulai bergerak semakin dalam menuju ke dasar lautan yang dipenuhi anemon dan terumbu karang yang terlihat eksotik , kulihat ada begitu banyak kepiting dan gurita yang hilir mudik di sela sela terumbu karang itu.
Lala : " itu temennya mr crab sama squidward mas vig "
Me : " ha.. ha.. pada kabur dari bikini bottom ya la "
Steve : " ini mustikanya masih nyala terus mas "
Me : " berarti kita tanam di sekitar sini "
Mustika putih yang digenggam Steve terus menyala nyala sementara kami sibuk mencari cari rekahan lempeng tektonik untuk menanamnya , hingga akhirnya di antara terumbu karang kami menemukan rekahan yang menganga seperti parit got dan kurasa inilah yang dimaksud dengan rekahan lempeng tektonik.
Me : " kayak gini kan rekahan lempeng tektonik ? "
Steve : " kayaknya iya mas "
Lala : " ya emang ini mas vig , aku lho pernah liat di acara dokumenter "
Sesaat kami terdiam di atas rekahan yang menganga seperti parit got ini , saat kami melongok ke dalamnya kami tak dapat melihat apapun karena keadaannya sangat gelap gulita... kurasa sudah waktunya bagi kami untuk menanam mustika warna putih itu di sini.
Me : " oke stiv , langsung masukin mustikanya ! "
Steve : " iya mas , aku masukin sekarang "
Lala : " jangan lupa bilang bismillah mas "
Steve : " iya yank , bismilahirrahmanirahim "
Setelah mengucapkan Bismillah Steve langsung melempar batu mustika yang digenggamnya , kilauan cahayanya tampak begitu terang menerangi kegelapan yang ada di dalam rekahan ini , hingga akhirnya kilauan cahaya itu tak lagi terlihat dan rekahan lempeng tektonik ini kembali gelap seperti semula.
Steve : " udah gak keliatan mas cahayanya "
Lala : " pasti udah nyemplung dalem banget ya mas mustikanya tadi "
Me : " yo wes la , udah kelar nih yang diamanahin bang renggo sama kita "
Pendik : " aku kok penasaran mari ngene bakalane dadi piye vig "
Me : " aku yo gak ngerti ndik , seng mesti niate apik yo dadine apik "
Pendik : " amin vig , amin "
Steve : " amin "
Lala : " amiin "
Apa yang diamanahkan Bang Renggo adalah suatu hal yang berasal dari rasa cinta yang mendalam , ia begitu mencintai Malang Raya sehingga ia tak rela kalau di masa mendatang terjadi hal hal buruk di kota ini , begitu juga dengan kami yang tetap menginginkan agar kedamaian , ketentraman dan kebahagiaan selalu melingkupi segala penjuru Malang Raya yang sangat kami cintai... pada akhirnya Malangkucecwara menjadi suatu harapan yang akan terus hidup untuk selama lamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar