ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar pertengahan tahun 2012 ketika aku masih kuliah semester 10
Sebuah botol bekas minuman Topi Miring baru saja diletakkan Bang Priono di atas meja , botol itu kosong namun ujungnya disumpal dengan potongan kain mori yang bertuliskan rajah huruf Arab , kata Bang Priono di dalam botol itu terdapat sesosok medon hasil tangkapannya di daerah Gondanglegi Wetan namun kami sama sekali tak dapat melihat wujudnya.
Me : " medonnya ngga keliatan bang "
Pendik : " bisa disuruh muncul ngga bang ? "
Priono : " gak bisalah kalo disuruh muncul , kecuali kalo kita ngastral baru bisa kelihatan "
Renggo : " ntar aja agak maleman kita ngastral , gw juga pengen tau lagi ngapain medonnya di dalem botol "
Sepengetahuanku medon adalah sesosok pocong yang sudah terlalu lama bergentayangan sehingga wujudnya jadi lebih besar dan menjadi semacam rajanya pocong , aku benar benar penasaran ingin melihat seperti apa wujudnya namun sayangnya medon itu tak bisa menampakkan diri , untuk melihatnya kami harus melakukan astral projection.
Sekitar jam 8 malam Bang Priono mulai bersiap menutup warungnya , sementara kami memasukkan motor ke dalam ruangan warung yang cukup sempit ini... beberapa menit kemudian kami telah duduk bersila di amben amben bambu dan bersiap memulai prosesi pelepasan sukma.
Priono : " gak usah takut kalo ntar liat medonnya "
Pendik : " oyi bang "
Renggo : " ayo cepetan mulai meditasinya ! "
Suasana warung ini terasa hening ketika kami sedang bermeditasi , beberapa menit kemudian aku telah berhasil melepaskan kepala astralku dari kepala fisik sementara kulihat Bang Renggo dan Bang Priono juga dalam kondisi yang sama denganku , mereka hanya mengeluarkan kepala astralnya saja tanpa melepaskan keseluruhan sukma dari tubuh fisik.
Priono : " kita keluarin kepala aja vig , gak usah semuanya "
Me : " oyi bang "
Renggo : " tuh liat vig !!.. medonnya ada di dalem botol "
Kalau hanya untuk melihat sosok medon yang ada di dalam botol kami tidak perlu melepas sukma secara keseluruhan , kini pandangan mataku mulai tertuju pada botol bekas minuman Topi Miring yang diletakkan di atas meja itu.... dari jarak sekitar 3 meteran aku dapat melihat sesosok medon yang meringkuk di dalam botol , wujudnya kecil seukuran terong dan sekujur tubuhnya terbungkus kain kafan putih kusam , sementara wajahnya tak dapat kulihat karena sosok itu menundukkan kepalanya dan tak bergerak sedikitpun.
Me : " kok diem aja medonnya bang ? "
Priono : " udah lemes dia gak punya energi "
Ternyata medon itu kehabisan energi sehingga sama sekali tidak bisa bergerak sedikitpun , sosok itu hanya diam meringkuk di dasar botol sambil menundukkan kepalanya , namun yang membuatku agak ngeri adalah saat kulihat lidah panjang yang terjulur dari mulut medon itu , saking panjangnya lidah itu terlihat bagaikan tentakel cumi cumi.
Me : " itu lidahnya kok panjang banget bang ? "
Priono : " itu lidah biasanya dipake buat ngeludahin kuah bakso , kan medonnya itu dipake buat pesugihan warung bakso "
Renggo : " untung aja lu bisa nangkep ya no "
Kata Bang Priono sosok medon itu sebelumnya dipakai untuk pesugihan warung bakso , sekarang aku mengerti kalau lidahnya yang panjang itu digunakan untuk meludahi kuah bakso agar rasanya jadi enak dan orang yang memakan jadi ketagihan... memang sungguh menyedihkan mendapati fakta bahwa di jaman sekarang ini masih ada orang yang melakukan cara cara klenik agar bisa mendapatkan keuntungan secara cepat.
Priono : " kalo gw buka itu kain tutup botol , medonnya bisa langsung gede lagi vig "
Me : " emang ukuran aslinya segeda apaan bang ? "
Priono : " ya hampir 2 meteran "
Renggo : " tapi kalo udah umur 50 taun bisa lebih gede lagi vig medonnya , makin tua makin sakti lah "
Walaupun hanya melihat secara astral namun aku merasa sudah cukup puas , paling tidak aku sudah tahu seperti apa wujud medon yang biasa dipakai buat pesugihan itu.... kini kami meniatkan untuk memasukkan kepala astral ke dalam kepala fisik dan sekejap kemudian kami telah terjaga , sayangnya Pendik tak sempat melihat sosok medon itu karena ia tak kunjung berhasil mengeluarkan kepala astralnya.
Pendik : " aku kok uangel temenan ngetokno sirahku vig ? "
Me : " kurang pranamu paling ndik "
Renggo : " mestinya lu tadi gw attunment dulu ndik , chakra lu kayaknya ada yang kotor "
Pendik : " trus yok opo medone ndek mau bang ? "
Renggo : " medonnya cuma diem doang ndik , udah lemes gak bisa gerak "
Kini kami duduk duduk di amben sambil membahas sosok medon yang kami lihat tadi , hingga sekitar jam 11 an malam Bang Priono mengajak kami untuk keluar , katanya ia mau melarung botol berisi medon itu.
Me : " ngapain dilarung bang ? "
Priono : " emang kudu cepet cepet dilarung vig , soalnya pocong pocong lain bisa nyamperin ke sini kalo gw kelamaan nyimpen "
Renggo : " trus dilarung dimana enaknya no ? "
Priono : " ya di sungai brantas nggo "
Renggo : " tapi di daerah mana kita ngelarungnya no ?!.. jembatan suhat ? "
Priono : " wes dipikir ngko ae nggo "
Kini kami bersiap mengeluarkan motor dari dalam warung sementara Bang Priono memasukkan botol berisi medon itu ke dalam tas kresek besar , sekejap kemudian kami memacu motor mengeliling jalanan kota Malang yang tampak lengang malam ini , entah akan dilarung dimana botol berisi medon itu.
Pendik : " uadem vig howone "
Me : " mari ngene ngipok maneh ndik , cek anget "
Priono : " ayo menggok ke muharto , gw mau nglarung di jembatan jodipan "
Renggo : " ini botolnya mau dilarung di jodipan no ? "
Priono : " iyo nggo , kalo ke suhat kejauhan "
Bang Priono telah memutuskan untuk melarung botol itu di daerah Jodipan , segera saja kami memacu motor lebih cepat lagi hingga akhirnya kami tiba di jembatan daerah Jodipan , setelah memarkir motor kami berdiri berjejeran di jembatan ini sambil mengamati keadaan sekeliling , perkampungan yang berada di bantaran sungai tampak sepi dan cukup gelap , sementara di kejauhan terlihat jembatan rel kereta api yang membentang sepanjang belasan meter.
Pendik : " sepi vig "
Me : " jam sewelas punjul saiki ndik "
Renggo : " botolnya langsung dilarung aja deh no , keburu diliat orang ntar "
Priono : " oyi nggo , gw mau baca mantra dulu "
Dengan tergesa Bang Priono mengeluarkan botol bekas minuman Topi Miring itu dari dalam kresek besar , sekejap kemudian tangannya terulur ke arah sungai sambil menggenggam botol itu " qul uhiya ilayya annahustama’a nafarum milnal jinni fa qalu inna sami’na qur’anan ’ajab " sesaat mulutnya komat kamit mengucap mantra berbahasa Arab sebelum akhirnya ia melepaskan botol itu dari genggaman tangannya " byuuurr !!!... " terjatuhlah botol itu dari jembatan setinggi belasan meter ini dan langsung hanyut terbawa derasnya arus sungai Brantas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar