Begitu memasuki gudang kami akhirnya benar benar bertemu dengan sosok noni itu , aku dan Pendik hanya bisa melongo melihat penampilannya yang terlihat cantik dan anggun rupawan... rambut pirangnya terlihat melingkar lingkar seperti memakai roll , wajahnya khas eropa dengan hidung mancung dan retina mata kebiruan , sementara gaunnya berwarna krem dan berhiaskan renda... yang membuat penampilannya terlihat agak buruk hanyalah bercak bercak darah kering yang mengotori gaunnya serta warna kulitnya yang tampak pucat mirip mayat.
Renggo : " daniella !!.. ini kawan kawan saya "
Daniella : " ohh ?!?.. welkom !.. welkom !.. nama saya daniella... hoe heet je ? "
Renggo : " sebutin nama ! "
Me : " oh vigo "
Pendik : " ef..effendi "
Daniella : " oh ?!.. prettig kennismaken "
Noni bernama Daniella itu tersenyum manis saat Bang Renggo memperkenalkan aku dan Pendik padanya , sekejap kemudian ia mengambili beberapa batang cokelat yang berserakan di lantai , bukan cokelat versi fisik tapi cokelat versi astral yang bungkusnya telah terbuka sebagian.
Daniella : " suka chocolade ?!.. ini masih ada sedikit chocolade milik saya "
Renggo : " ambil deh ! "
Sambil tersenyum Daniella menawarkan cokelatnya pada kami , ketika kukunyah ternyata coklat ini benar benar ada rasanya , beda dengan coklat versi fisik yang terasa hambar saat kukunyah tadi.
Renggo : " daniella kalo malem sering gw ajak ngastral ke taman malabar sama selecta "
Daniella : " oh tuin selecta ?!... indah pesona di sana , saya suka tulp , chysant , roos , orchide "
Renggo : " makanya abis ini kita ngastral ke selecta bareng daniella "
Me : " ?! "
Pendik : " ?! "
Daniella : " mari ikut bersama , mari wij lihat pesona indah tuin selecta... jan is ongeduldig "
Renggo : " ayo vig !!.. ndik !!.. "
Ternyata selama ini Bang Renggo sering mengajak Daniella ngastral ke kawasan wisata Selecta , sepertinya noni yang satu ini sangat suka melihat beraneka bunga yang ada di sana... tanpa berlama lama kami langsung melayang keluar dari rumah dan kemudian terbang menuju kota Batu.
Kawasan wisata Selecta dibangun sebagai tempat peristirahatan para pejabat Belanda , di sini banyak terdapat villa peninggalan kolonial Belanda dan juga taman bunga yang sangat luas , sementara di sekelilingnya dipenuhi oleh pepohonan cemara yang menjulang tinggi... saat tengah malam seperti ini keadaan taman bunga jadi terlihat gelap remang remang oleh pencahayaan lampu lampu bulat yang terpasang di sejumlah titik.
Daniella : " mari wij jalan bersama , tuin selecta indah tiada duanya... banyak bloem bloem yang saya suka "
Renggo : " ayo jalan bareng ! "
Berjalan jalan mengitari taman bunga ini bersama sesosok noni Belanda membuatku merasa aneh sendiri , kulihat raut muka Daniella tampak berseri seri saat melihat aneka bunga yang terhampar di sekitarnya , sesekali ia mendekatkan wajahnya ke kuntum bunga dan menghirup wangi baunya " aahh !!!... geurig !!... jasmin geurig !!.. " tak sedikitpun aku paham bahasa Belanda yang diucapkannya , namun sepertinya ia sangat menikmati berada di sini.
Me : " aneh bang "
Renggo : " biasa ajalah vig , daniella udah dari kecil sering main sini "
Pendik : " dia udah lama di malang ya bang ? "
Renggo : " dia lahirnya di utrecht ndik , ikut keluarganya ke malang pas masih kecil... bokapnya kan pejabat "
Kami hanya berdiri mematung sambil melihat Daniella mondar mandir di antara bunga bunga , senyumnya terus merekah dan membuatnya jadi terlihat semakin cantik... seandainya ia masih hidup mungkin akan ada banyak lelaki yang kesengsem padanya.
Kini kami duduk bersama di sebuah gazebo yang berada di sekitar taman bunga , aku dan Pendik lebih banyak diam sementara Bang Renggo terus bercakap cakap dengan Daniella yang entah kenapa raut mukanya jadi terlihat sedih , sambil duduk bersimpuh ia termenung menatap hamparan bunga yang ada di sekitar gazebo ini.
Daniella : " ik mis vader , moeder , broers , zusters ik "
Renggo : " saya sudah katakan daniella , mereka ada di surga bersama bapa jesus "
Daniella : " ik de eenzaamheid... saya bersedih ingat mereka "
Renggo : " jangan bersedih daniella , jangan susahkan hati kamu... saya ini pasti bersama kamu "
Daniella : " hartelijk dank , dank vriendelijk... ik gelukkig "
Sepertinya Bang Renggo berusaha menenangkan Daniella agar tak lagi bersedih , sekejap kemudian kulihat ia tersenyum lagi dan akhirnya malah mengajak kami bernyanyi bersama.
Daniella : " mari bernyanyi bersama saya !!.. wij zingen !.. wij zingen !.. "
Renggo : " kita nepuk nepuk tangan aja , gw juga gak apal liriknya "
Me : " ?! "
Pendik : " ?! "
Daniella : " “ saya ingin bernyanyi dit is mijn stad "
Renggo : " lagu belanda jadul vig , kita nepuk tangan ngikutin iramanya aja , biar seneng daniella "
Dengan riang Daniella mulai bernyanyi sementara kami semua hanya menepuk nepuk tangan sambil tertawa , kami sudah merasa senang bisa mendengar merdu suaranya dan melihat seberkas kebahagiaan yang terpancar dari raut wajahnya " dit is mijn leven , dit is mijn stad , hier voel ik me veilig , hier ligt mijn hart , de straten en de pleinen , ik ken ze allemaal , dit is mijn verhaal ” bernyanyilah sepuasmu Daniella , bernyanyilah jika itu bisa membuatmu bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar