Area belakang rumah Bang Renggo tak lebih sekedar tempat untuk menjemur pakaian , sementara gudang yang dimaksud letaknya berdempetan dengan kamar mandi yang pintunya ada di dapur... sebuah bohlam redup tampak menggantung di depan pintu gudang itu , sementara jendelanya yang berteralis kawat tertutup oleh papan triplek.
Renggo : " santai aja pokoknya , gak usah pada takut "
Niken : " tetep aja gw ngerasa gimana gitu bang "
Zul : " iya nik , rasanya agak deg degan "
Dengan santai Bang Renggo menekan saklar , dari ventilasi terlihat bahwa lampu di dalam gudang telah menyala , sekejap kemudian ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah kunci " krekk !!.. krekk !!.. " tak butuh waktu lama ia telah membuka pintu gudang ini dan seketika kami terbelalak melihat isinya.
Pendik : " iku cokelat yo bang ? "
Zul : " wah kok banyak banget bang coklatnya ? "
Niken : " njiir ?!... noninya suka makan coklat ya bang ? "
Renggo : " ayo masuk dulu , kita duduk di dalem aja "
Kini kami telah memasuki gudang ini dan kemudian duduk berjongkok di lantai , tak ada benda apapun di sini selain tumpukan kardus dan puluhan cokelat bermerk Van Houten yang berserakan di lantai , anehnya semua cokelat ini bungkusnya masih utuh dan masih ada isinya.
Me : " cokelatnya belum dibuka semua bang , masih utuh gini bungkusnya "
Niken : " loh ?!.. tadi gw pikir ini cuma bungkusnya doang lho bang "
Renggo : " ha.. ha.. emang semuanya masih utuh , tapi coba lu makan satu aja nik "
Niken : " gak pa pa nih kalo gw makan ? "
Renggo : " gak pa pa , lu makan aja nik "
Bang Renggo menyuruh Niken untuk membuka bungkus salah satu cokelat , ketika bungkus itu terbuka terlihatlah sebatang coklat almond yang masih utuh , lekas saja si Niken menggigitnya sedikit dan kemudian mengunyahnya pelan pelan " kletukk!!.. kletukk !!.. kletuk !!.. " setelah mengunyah beberapa kali tiba tiba saja ia memuntahkan cokelat itu sementara raut mukanya tampak keheranan.
Niken : " njiir ?!?.. bang ?!?.. cokelatnya kok gak ada rasanya ?! "
Zul : " gak ada rasanya gimana nik ? "
Niken : " kayak ngunyah gabus gw zul , beneran gak ada rasanya ni cokelat "
Pendik : " mosok a nik gak nok rasane ? "
Niken : " cobain ndiri deh ndik ! "
Kami bingung sendiri dengan apa yang dikatakan Niken barusan , ia bilang cokelat yang baru saja dimakannya itu tak ada rasanya sama sekali , bahkan ia bilang rasanya hambar seperti mengunyah gabus..... akal sehatku mulai terusik hingga akhirnya kuraih sebatang coklat almond yang tergeletak di dekatku , dengan tak sabar langsung kusobek bungkusnya dan kemudian kugigit batangan cokelatnya " kletukk !!... kletukk !!.. kletukk !!... " setelah beberapa kali mengunyah akhirnya aku menyadari bahwa cokelat ini memang tak ada rasanya sama sekali , benar benar hambar seperti mengunyah gabus.
Me : " kok gak ada rasanya gini bang ?! "
Renggo : " ha.. ha... baru tau lu vig "
Zul : " ayo kita coba makan cokelatnya juga ndik ! "
Pendik : " ayo zul , aku yo penasaran iki "
Zul dan Pendik ikut memakan cokelat coklat ini dan ternyata semuanya sama saja , cokelat susu yang mereka makan juga hambar tak ada rasanya sama sekali.
Pendik : " aneh temenan iki vig "
Zul : " kok bisa gini bang ?! "
Niken : " jangan jangan udah kadaluwarsa ya bang coklatnya ? "
Renggo : " ngga , liat aja tanggal expirednya masih lama "
Ketika kulihat tanggal expired di bungkus cokelat ini ternyata jangka waktunya masih cukup lama , akal sehatku benar benar kesulitan mencerna keanehan ini , dengan tak sabar kusuruh Bang Renggo untuk menjelaskannya.
Renggo : " ya emang yang bisa dirasain sukma atau arwah itu cuma rasanya aja , ini cokelat kandungan rasanya ada di alam astral "
Niken : " bingung gw bang "
Renggo : " ha.. ha.. gw juga ribet nih jelasinnya nik , gini deh kalo makanan apapun itu rasanya bisa ilang kalo secara astral udah diabisin "
Niken : " diabisin gimana maksudnya bang ? "
Renggo : " si noni kalo pengen makan coklat ya secara astral dia makan coklatnya "
Niken : " gw masih bingung nih bang "
Pendik : " maksudnya dia makan versi astralnya coklat ini bang ? "
Renggo : " nah kayak gitulah ndik pokoknya , kalo misalnya si noni gw kasih permen sugus ya dia makan versi astralnya doang , kalo udah dimakan ntar permen sugus yang versi fisik udah gak ada rasanya lagi , jadi hambar lah "
Zul : " kok aneh gitu ya bang ? "
Walaupun masih agak bingung dengan penjelasan Bang Renggo namun secara perlahan akal sehatku mulai dapat mencerna segala keanehan ini , aku menyimpulkan bahwa noni Belanda penghuni gudang ini hanya memakan versi astral dari cokelat cokelat pemberian Bang Renggo , ketika versi astral dari cokelat cokelat ini dimakan olehnya maka hilang sudah rasa yang terkandung di dalamnya , cokelat versi fisik tak lebih sekedar benda padat tanpa rasa.
Me : " berarti rasa makanan itu aslinya ada di versi astral ya bang ? "
Renggo : " ya kira kira kayak gitulah vig , makanan yang versi fisik jadi ilang rasanya kalo yang versi astral dimakan "
Zul : " wah kalo gitu makanan yang ada di toko bisa ilang rasanya ya bang kalo versi astralnya dimakan arwah ? "
Renggo : " makanan versi astral tuh kekunci di dalem versi fisiknya zul , ya gak bisa dimakan sama arwah kalo belum dibukain pake tenaga dalem "
Zul : " berarti cokelatnya ini harus dikasih tenaga dalam dulu bang biar versi astralnya bisa dimakan noni ? "
Renggo : " iyalah zul , gw usap usap dulu cokelatnya pake tenaga dalam biar versi astralnya gak kekunci , trus abis itu si noni baru bisa makan "
Niken : " njiir ?!.. tapi kok bisa noninya suka makan cokelat bang ? "
Renggo : " ya dari dulu emang doyan makan coklat van houten nik , gw kasih coklat choyo choyo malah dianggurin aja "
Niken : " ha.. ha.. trus sekarang lagi dimana bang noninya ? "
Renggo : " noninya lagi di gudang ini juga nik , tapi gak usah pada takut "
Terus terang aku merasa semakin penasaran dengan keberadaan noni Belanda yang menghuni gudang ini , jangan jangan ia sedang berdiri di sebelah kami atau malah ikutan berjongkok sambil ngemil cokelat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar