MALANG MYSTERIO EXO - Rumah Belanda Angker Deket Alun Alun Kota Batu

ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar akhir tahun 2010 ketika aku masih kuliah semester 7


Malam ini adalah untuk pertama kalinya kami menyaksikan konser eksklusif Sylvia Saartje , lady rocker asli kota Malang itu terlihat begitu prima beraksi di atas panggung meskipun usianya sudah tak lagi muda , dengan lantang ia meneriakkan bait demi bait lagu hitnya yang seketika diikuti koor massal para penonton " tirani tirani putih bercahaya di dalam biara , ketika suara gembala tersedu di tengah impian yang ada cintaamuu... cintaaamuu... " koor massal terdengar riuh menggema di ruangan ball room hotel ini , para penonton yang rata rata berusia tua seakan turut bernostalgia dengan lagu yang dinyanyikan sang lady rocker legendaris itu.

Pendik : " ancen mbois lop tante jipi masio wes kewut "

Me : " lagune yo penak penak ndik "

Renggo : " kayak janis joplin lah suaranya "

Konser eksklusif ini berlangsung dengan meriah , hingga akhirnya pada jam setengah 12 malam sang lady rocker legendaris itu memungkasi penampilannya dengan lagu yang berirama blues " berkelana di jakarta , berlomba lombalah cita citanya di antara ambisi.. ouw.. jakarta blue jeansku.. ouw.. jakarta blue jeansku.. ouw.. " begitu lagu berakhir para penonton langsung bertepuk tangan dengan gegap gempita , sementara sang lady rocker beserta band pengiringnya mulai beranjak undur diri dari panggung.

Renggo : " puas banget gw nontonnya vig , mantep banget deh pokoknya "

Me : " untung kita bisa nonton ya bang "

Pendik : " ayo wes awake dhewe metu saiki , mari ngene golek ipok "

Dengan penuh kepuasan kami mulai beranjak meninggalkan hotel Purnama , beberapa menit kemudian kami muter muter keliling kota Batu yang tampak lengang pada tengah malam ini , kami mau ngopi tapi masalahnya agak sulit mencari warung yang masih buka jam segini.

Me : " gak ada yang buka nih warungnya bang "

Renggo : " di deketnya alun alun kayaknya masih ada yang buka vig "

Lekas kuarahkan laju mobilku menuju alun alun kota Batu , ternyata ada sebuah warung kopi yang masih buka di dekat kedai Pos Ketan 67 , langsung saja kuseberangi jalan raya dan kemudian kuparkir mobilku di depan warung yang tampak sepi ini.

Renggo : " mantep nih dingin dingin gini minum kopi jahe "

Pendik : " peseno disek vig , aku yo kopi jahe "

Me : " oyi enteni sedelut "

Dingin dingin begini paling enak ya minum kopi , sambil ngipok kami juga rakus menyantap bermacam gorengan yang tersaji di meja , sekedar untuk mengganjal rasa lapar setelah tadi ikutan teriak teriak saat menyaksikan konser.

Renggo : " gw pikir yang ngerock cuma suroboyo doang ndik , rockernya malang yang gw tau cuma ian antono "

Pendik : " ya dulu kan banyak rockernya malang bang , onok bentoel band , micky jaguar , toto tewel , akeeh bang pokoke "

Me : " tapi saiki ndek malang wes gak nok seng ngerock ndik "

Pendik : " yo jamane wes bedo vig , saiki seng ngerock mek begundal lowokwaru ambek c four thok "

Cukup lama kami ngopi sambil membicarakan scene permusikan kota Malang hingga tanpa terasa waktu sudah menunjukkan jam 1 dini hari , mataku sudah tak kuasa menahan kantuk dan kurasa sudah waktunya untuk pulang.

Me : " ayo moleh saiki ! "

Pendik : " oyi tak bayare ae vig "

Selepas ngopi kami berniat untuk pulang namun entah kenapa tiba tiba Bang Renggo menyuruhku untuk berbelok melewati salah satu jalan yang ada di sekitar alun alun , ketika kutanya ternyata ia mau mengajak kami melihat sebuah rumah angker peninggalan kolonial Belanda.

Pendik : " aku gak ngerti e bang kalo ada rumah angker ndek kene "

Renggo : " gw dulu taunya gara gara diajakin uji nyali temen gw ndik "

Me : " ini mana bang rumahnya ? "

Renggo : " masih terus ini vig , pokoknya nyampe lapangan "

Dengan laju pelan kupacu mobilku melintasi deretan pemukiman di sepanjang jalan ini , hingga akhirnya kami tiba di hamparan tanah lapang yang cukup luas dan lumayan gelap , rupanya rumah angker yang dimaksud Bang Renggo terletak di tengah tengah tanah lapang ini.

Renggo : " itu vig rumahnya , kita langsung masuk lapangan sekarang "

Me : " serem nih bang , gelap banget lapangannya "

Kubelokkan laju mobilku memasuki lapangan yang suasananya tampak begitu gelap dan sepi ini , sekejap kemudian kami tiba di samping rumah kuno khas Belanda yang kondisinya tampak kotor dan terbengkalai... entah sudah berapa tahun rumah ini tak dihuni dan entah ada misteri apa yang tersimpan di dalamnya , mungkin ada sesosok arwah noni atau meneer yang menghuni rumah ini.

Pendik : " singup vig hamure "

Me : " medeni yo ndik "

Renggo : " ayo turun sekarang , lampu mobilnya dinyalain terus aja vig "

Me : " iya bang "

Kubiarkan lampu dan mesin mobilku tetap menyala sementara kami semua mulai melihat lihat bagian beranda samping rumah ini , pintu dan jendela kayunya yang berukuran besar tampak lapuk termakan usia , begitu juga dengan lantainya yang tampak pecah pecah... sungguh sangat di sayangkan kalau rumah seperti ini dibiarkan terbengkalai dan tak terurus , seharusnya dinas pariwisata menjadikannya sebagai cagar budaya.

Renggo : " di dalem ada arwahnya meneer , gw lupa namanya siapa "

Pendik : " temenan a bang ? "

Renggo : " dulu pas uji nyali di sini gw sempet mediumisasi , arwahnya meneer itu gw masukin ke badannya temen gw "

Me : " tapi kan kita gak bisa masuk bang ?!.. pintu sama jendelanya kekunci semua "

Renggo : " ya emang dari dulu kekunci vig , kan arwah meneernya yang gw panggil keluar ke beranda "

Me : " emangnya sekarang gak bisa dipanggil bang ? "

Renggo : " bisa sih , tapi dimasukin ke badannya siapa ?!.. lu mau gw mediumisasi vig ? "

Me : " gak mau bang "

Pendik : " aku yo emoh bang "

Kata Bang Renggo ada sesosok arwah meneer yang menghuni rumah ini namun tak satupun dari kami yang bersedia dimediumisasi , aku kapok karena sewaktu kesurupan arwah perempuan dulu badanku langsung sakit selama berhari hari.

Kami hanya berdiam di beranda samping rumah ini sementara sorotan lampu mobilku masih menyala memberikan penerangan , hingga akhirnya terdengar suara gaduh dari dalam rumah yang seketika mengagetkan kami " bruuk !!... bruuk !!.. brukk !!.. " suara itu terdengar nyaring seperti benda benda yang dipukul atau ditendang , dengan penuh keheranan kami semua terdiam mendengarnya.

Pendik : " opo'o iku bang ?!.. buanter suoroe "

Renggo : " ya mungkin arwah meneernya pengen ngasih tau kalo dia emang beneran ada di dalem "

Pendik : " waduh , ayahab gak iki bang ?! "

Renggo : " tenang aja ndik , paling gak berani keluar dia "

Suara gaduh itu hanya terdengar sebentar dan kini suasana kembali hening seperti semula , namun tanpa diduga tiba tiba saja " bruaakk !!!!.. " suara gedoran terdengar nyaring tepat di pintu beranda samping ini hingga kami semua terkaget seketika.

Pendik : " waduh bang ?!.. pintunya digedor dari dalem bang "

Me : " gimana ini bang ?! "

Renggo : " kayaknya mau ngusir kita tuh arwahnya meneer , kalo sampe keluar ke sini dia bisa masuk ke badan kita "

Pendik : " wah ayahab bang kalo sampe kesurupan "

Me : " gw juga gak mau kesurupan lagi bang "

Renggo : " kalo gitu kita cabut sekarang aja deh , bisa repot ntar kalo sampe ada yang kesurupan "

Sepertinya arwah meneer itu mencoba untuk mengusir kami yang masih berada di beranda samping , daripada terjadi hal yang tak diinginkan lebih baik kami lekas meninggalkan rumah ini secepatnya , buru buru kami masuk ke dalam mobil dan kemudian langsung tancap gas meninggalkan lapangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar