ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar awal tahun 2012 ketika aku masih kuliah semester 10
Dengan santai Bang Renggo memacu motornya memasuki gang sempit yang berada di sebelah kampus Poltek , sementara aku yang duduk di boncengan terus mengamati suasana gang yang tampak ramai ini , kulihat ada banyak mahasiswa Poltek yang berjalan hilir mudik kesana kemari , warung makan dan kos kosan juga tampak berjejeran dimana mana... sekilas suasananya tak jauh beda dengan gang gang di daerah Kerto atau Sumbersari.
Me : " temen lu nungguin di mana bos ? "
Renggo : " dia nungguin di warung mamah vig , bentar lagi nyampe nih "
Beberapa menit kemudian Bang Renggo menghentikan laju motornya di depan sebuah warung makan yang cukup ramai , ketika kulihat papan namanya tertulis 'Mama' sebagai nama dari warung ini.
Me : " rame bos warungnya "
Renggo : " ayo masuk vig , temen gw udah ada di dalem "
Begitu memasuki warung kami langsung disambut oleh temannya Bang Renggo yang tampangnya agak mirip Andre Stinky , setelah berkenalan dengannya barulah aku tahu kalau namanya adalah Sam Ridwan dan asalnya dari Pandaan.
Sambil makan aku terus menyimak percakapan antara Bang Renggo dan temannya itu , usut punya usut ternyata Bang Renggo disuruh untuk mengecek rumah kontrakan Sam Ridwan yang katanya berhantu.
Renggo : " gw deteksi dulu wan , siapa tau ada arwah orang mati di situ "
Ridwan : " yo terserah awakmu wes nggo , aku gak paham nang omahku ki onok opo "
Me : " sampeyan diganggu terus yo sam ? "
Ridwan : " nek bengi yo lumayan sering ngganggu , kadang onok suoro wong nangis , suoro wong adus , kadang mambu wangine kembang kamboja... barang barang yo kerep ilang dhewe "
Me : " trus penampakane opo iku sam ? "
Ridwan : " nek penampakan ki seng kerep mek ayang ayang thok tapi cepet ngilange , mboh opo aku yo gak ngerti "
Renggo : " abis ini deh gw deteksi langsung rumah lu wan "
Ridwan : " yo wes mari ngene langsung ke rumahku nggo "
Waktu masih menunjukkan jam setengah 3 sore ketika kami beranjak meninggalkan warung Mama , dengan laju santai kami menuju rumah kontrakan Sam Ridwan yang berada di jl Pisang Kipas , tak terlalu jauh dari kampus Poltek.
Dari jl Pisang Kipas kami memasuki gang sempit yang berujung di tepi sawah , sekejap kemudian kami tiba di rumah kontrakannya Sam Ridwan yang suasananya tampak sepi , tak ada satupun motor yang terparkir di halaman atau terasnya... kata Sam Ridwan semua penghuni rumah ini telah mengungsi karena tidak tahan dengan gangguan gaib yang terjadi hampir setiap hari.
Renggo : " enak juga tempatnya wan , ngadep sawah gini jadi seger gw kena angin "
Ridwan : " tapi kalo malem sepi nggo , omahe tonggo yo adoh jarake "
Menurutku suasana rumah ini cukup nyaman karena berhadapan langsung dengan areal persawahan yang cukup luas , namun kalau malam sepertinya memang terasa sepi karena di kiri kanan rumah ini hanya ada lahan kosong saja , selain itu tak ada satupun tiang lampu yang terpasang di sekitar sini sehingga saat malam hari keadaannya bakalan gelap gulita.
Ridwan : " ayo mlebu ! "
Renggo : " gw langsung deteksi aja wan "
Aku dan Sam Ridwan hanya duduk di teras sementara Bang Renggo sibuk mendeteksi energi makhluk gaib yang menghuni rumah ini , selama beberapa menit ia terus mondar mandir di antara lebatnya pepohonan mangga yang tumbuh di halaman , hingga akhirnya ia berteriak memanggil kami untuk mendekat ke salah satu pohon mangga.
Ridwan : " onok opo nggo ndek uwet iki ? "
Renggo : " biasa wan , yang putih putih rambutnya panjang "
Ridwan : " lho lho ?!.. onok kuntilanake nggo ?! "
Renggo : " oyi bener wan "
Kata Bang Renggo ada sesosok Kuntilanak yang bersemayam di salah satu pohon mangga , sekejap kemudian Bang Renggo menyuruh Sam Ridwan untuk mengambil baskom besar berisi air yang katanya akan digunakan sebagai alat pembuktian.
Renggo : " cepet ambilin wan ! "
Ridwan : " enteni sek nggo "
Dengan tergesa Sam Ridwan masuk ke dalam rumah dan kemudian keluar lagi sambil membawa baskom berisi air , setelah menaruh baskom itu di bawah pohon Bang Renggo menyuruh kami untuk terus mengamati air yang ada di dalam baskom.
Me : " ntar bakalan kenapa bang airnya ? "
Renggo : " lu liat aja vig "
Ridwan : " tapi gak bahaya ya nggo ? "
Renggo : " ngga pa pa wan , lu tenang aja "
Aku dan Sam Ridwan terus mengamati permukaan air di dalam baskom sementara Bang Renggo menghadapkan mukanya ke arah pohon mangga " ayo keluar !!... ayo keluar !!.. ayo dolenan banyu !!.. ayo dolenan banyu !!.. " sedari tadi Bang Renggo terus berbicara sendiri , rupanya ia sedang menyuruh kuntilanak penghuni pohon mangga untuk keluar dan bermain air di baskom ini.
Ridwan : " nggo ?!... kuntine mau main air baskom ? "
Renggo : " oyi wan , biar kamu liat sendiri kalo emang ada kunti di pohon ini "
Menit demi menit terus berlalu namun tak terjadi apa apa dengan air baskom ini , hingga akhirnya kami merasakan hembusan angin yang menerpa muka kami disertai dengan bau wangi yang cukup menyengat.
Me : " bang ?!.. kok gini ?! "
Ridwan : " waduh nggo , ambune opo iki ?! "
Renggo : " ha.. ha.. tetap tenang saudara saudara sekalian "
Aku menduga kuntilanak yang dimaksud Bang Renggo telah keluar dari pohon mangga dan mungkin saat ini sedang berdiri bersama kami , dugaanku tepat karena tak lama kemudian kulihat permukaan air baskom mulai beriak riak.
Me : " bang ?!.. airnya gerak gerak tuh ! "
Ridwan : " lho lho ?!.. kok iso nggo ?! "
Renggo : " kuntinya lagi main air sekarang wan "
Seandainya kami bisa melihat mungkin sosok kuntilanak itu sekarang sedang berjongkok di sebelah baskom sambil memainkan air , satu satunya yang bisa kami lihat adalah riak riak air baskom yang tak kunjung berhenti , bahkan sesekali airnya bercipratan mengenai celana kami.
Ridwan : " berarti yang suka ganggu itu kuntilanak iki yo nggo ? "
Renggo : " bisa iya bisa engga wan "
Ridwan : " lha trus ?! "
Renggo : " gw kan belum ngecek dalemnya rumah lu ini , kayaknya sih masih ada yang lainnya wan "
Ridwan : " yo wes ayo dicek saiki ae nggo "
Bang Renggo merasa jika penghuni rumah ini bukan cuma kuntilanak saja , kini ia mulai masuk ke dalam rumah dan mengecek tiap tiap ruangan sementara kami menguntit di belakangnya.
Renggo : " kamar mandi mana wan ? "
Ridwan : " belakang nggo , deket jemuran "
Kamar mandi rumah ini terletak di pekarangan belakang dan terpisah dengan bangunan induk , di pekarangan ini terdapat tiang tiang jemuran , tumpukan ember , perkakas usang dan juga tanaman liar yang tumbuh lebat.
Ridwan : " temenku kalo malem sering denger suara orang mandi nggo , tapi pas dicek nggak ada "
Renggo : " ya berarti yang mandi tu demit wan "
Ridwan : " mangkane cariin nggo demite ndek endi "
Renggo : " ini mau gw deteksi wan "
Dengan langkah mengendap endap Bang Renggo mulai berjalan di pekarangan sementara kedua telapak tangannya terus menghadap ke depan , beberapa menit kemudian ia duduk berjongkok di dekat pipa septitank.
Renggo : " woe !!.. ayo pada ke sini ! "
Ridwan : " opo'o nggo ?! "
Aku dan Sam Ridwan langsung menghampiri Bang Renggo yang masih duduk berjongkok di dekat pipa septitank , entah makhluk apa yang bersemayam di tanki pembuangan tai ini.
Me : " ada apaan bang di dalemnya ? "
Ridwan : " tapi mosok seh onok lelembute ndek njero kene ? "
Renggo : " wan ?!.. tadi lu bilang sering denger suara orang mandi sama orang nangis kan ? "
Ridwan : " iyo nggo , kiro kiro opo yo iku ? "
Renggo : " ini yang ada di dalem septitank bukan demit wan , tapi arwah orang "
Ridwan : " arwah orang ?!.. "
Renggo : " lu tau kenapa arwahnya ada di dalem septitank ? "
Ridwan : " waduh opo'o nggo ?!.. aku maleh wedi nek ngene iki "
Renggo : " dulu ada orang mati dibunuh di rumah ini wan , mayatnya di kubur di dalem septitank "
Ridwan : " mayatnya masih di dalem septitank nggo ?! "
Aku dan Sam Ridwan cukup kaget mendengar penjelasan Bang Renggo barusan , ternyata rumah ini juga dihuni oleh sesosok arwah gentayangan yang mayatnya terkubur di dalam septitank... sulit untuk membayangkan bahwa di dalam septitank ini ada seonggok tulang belulang manusia yang tercampur dengan tai , sebenarnya pernah terjadi peristiwa tragis apa di rumah ini ?!...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar