Selepas maghrib kami kembali berkumpul di warung tahu telor dekat stasiun Radio RRI , kali ini Mbak Wiwiek ikutan juga namun ia tak lagi menjadi sukarelawan seperti malam sebelumnya... ada seorang cewe bernama Mbak Nurul yang akan menggantikan posisinya.
Wiwiek : " nurul iki ibadahe rajin loh , areke alim puol "
Nurul : " ngga kok mas , biasa ae aku iki "
Renggo : " tapi beneran udah siap kan ? "
Nurul : " iya mas , insya allah aku siap kok "
Ridwan : " sakjane aku gak penak ambek kon rul , ngejaki seng gak nggenah ngene iki "
Nurul : " yo gak po po lah mas , seng penting iso ndang beres persoalane "
Mbak Nurul terlihat alim dan juga agak pendiam , ia tidak banyak bicara dan sedari tadi terus membaca ayat ayat Quran melalui aplikasi blackberry... kurasa ia benar benar menyiapkan diri untuk menjadi sukarelawan mediumisasi malam ini.
Menjelang Isya kami beranjak meninggalkan warung ini , begitu tiba di rumah kontrakan Sam Ridwan langsung menyiapkan upo rambe di pekarangan belakang yang dipenuhi tanaman liar , dengan cekatan ia menggelar tikar kloso cukup lebar sebagai alas untuk duduk bersila , sementara piring piring berisi kembang ditaruh di dekat pipa septitank.
Me : " iku kok onok kembang melati sam ? "
Ridwan : " lha jarene renggo kon nggowo kembang melati vig "
Renggo : " kalo arwah emang suka sama bau kembang melati vig , ya biar tenang gak ngamuk ngamuk "
Wiwiek : " nek arwahe ngamuk yo serem sam "
Renggo : " ha.. ha.. gw jamin gak bakalan ngamuk kok wik "
Upo rambe kali ini tidak sama dengan malam sebelumnya , tak ada sepiring beras merah maupun segelas darah ayam betina , yang ada hanya 3 piring kembang melati saja.... setelah semuanya beres kami segera duduk bersila di atas tikar sementara Mbak Nurul harus duduk di dekat pipa septitank.
Wiwiek : " siap temenan a rul ? "
Nurul : " insya allah siap wik "
Ridwan : " wes , mugo mugo lancar bengi iki "
Mbak Nurul tampak begitu tenang duduk bersila di dekat pipa septitank , kami yang duduk berhadapan dengannya hanya bisa berharap semoga ritual kali ini akan berjalan aman aman saja.
Renggo : " udah gw nyalain hionya , sekarang pada diam semuanya "
Me : " oyi bos "
Wiwiek : " bismilah hirahmanirrahim "
Ada 5 batang hio yang tertancap di hadapan kami , semerbak aromanya terasa begitu menyengat hidung , bahkan Mbak Nurul sampai terbatuk batuk karena menghirup asapnya.
Wiwiek : " rul ?!.. gak po po a ? "
Nurul : " uhuk !.. uhuk !.. aku gak po po kok wik "
Ridwan : " nggo , hione dipindah ae agak jauhan , mesakno nurul "
Renggo : " gw pindahin sampingnya septitank aja deh wan "
Kasihan juga melihat Mbak Nurul terbatuk batuk karena posisi hio itu terlalu dekat dengannya , lekas saja Bang Renggo mencabuti semuanya dan kemudian menancapkannya lagi di kiri kanan septitank , dengan jarak semeteran lebih kepulan asapnya tak lagi membuat Mbak Nurul terbatuk batuk.
Renggo : " gini aja enaknya wan "
Ridwan : " yo wes ayo mulai nggo "
Kini kami semua bersiap memulai ritual mediumiasi , Bang Renggo duduk paling depan dan berhadap hadapan dengan Mbak Nurul , ia menyuruh cewe berjilbab itu untuk memejamkan mata sementara kami bertiga disuruh membaca Al Fatihah berulang kali , beberapa menit kemudian terjadilah sesuatu yang mengejutkan kami semua " hhuaaa !!... hhuuaaa !!... " tangisan nyaring terdengar dari mulut Mbak Nurul seiring mukanya yang tiba tiba menunduk , rupanya arwah itu telah merasukinya.
Me : " bang ?!.. udah masuk arwahnya "
Wiwiek : " serem sam nangise "
Ridwan : " yok opo iki nggo ?! "
Renggo : " gw tanyain dulu ya "
" Huaa !!... huua !!... " Mbak Nurul yang telah kesurupan masih terus menangis dan semakin lama tangisannya semakin menjadi jadi " huuaaa !!!.... huaa !!!... " kali ini ia malah berguling guling di dekat septitank sehingga Bang Renggo harus memegangi tubuhnya.
Me : " nangis terus bang "
Wiwiek : " iso ditanya tanya nggak sam ? "
Renggo : " makanya gw mau nyoba nanyain nih wik "
Selama beberapa menit Bang Renggo membiarkan Mbak Nurul menangis sementara ia tetap memegangi tubuhnya agar tidak berguling guling lagi , hingga perlahan tangisannya mulai mereda seiring dengan gerak tubuhnya yang mulai tenang... kini kami semua berdiri di belakang Bang Renggo yang sedang bersiap siap menanyai arwah yang merasuki Mbak Nurul.
Renggo : " kamu siapa ? "
Nurul : " aaku... mmirna "
Renggo : " mirna ?!.. asalnya dari mana ? "
Nurul : " aaku dari cilacap "
Renggo : " cilacap ?!.. trus kenapa ada di malang ?!.. kuliah atau kerja ? "
Nurul : " aaku ngontrak sini sama suamiku , dia pegawai bank "
Renggo : " kapan itu ? "
Nurul : " ttahun 86 "
Renggo : " trus matinya kenapa mirna ? "
Nurul : " aaku... aaku... dibunuh suamiku.. hua !!... hua !!... "
Begitu disinggung soal kematiannya arwah yang merasuki Mbak Nurul itu langsung menangis sejadi jadinya sementara Bang Renggo berusaha menenangkannya... sejenak aku teringat dengan kejadian serupa di kosan Tirto Utomo gang 8 , arwah yang ada di kosan itu juga mati dibunuh oleh orang terdekatnya dan hingga kini tak mau pergi dari kosan , entah apakah arwah yang satu ini mau disuruh pergi dari sini.
Wiwiek : " duh sam kok nangis terus iki ?! "
Ridwan : " yok opo iki nggo ?! "
Renggo : " ambilin bunga melatinya wan ! "
Ridwan : " semua nggo ?! "
Renggo : " oyi , semuanya bawa sini !! "
Dengan panik kami bertiga mengambili piring piring berisi bunga melati , sekejap kemudian Bang Renggo menyuruh kami untuk mengolesi muka Mbak Nurul dengan bunga bunga melati , perlahan tangisannya mulai mereda seiring gerak tubuhnya yang mulai tenang kembali.
Wiwiek : " wes mari nangise sam "
Renggo : " sekarang mau gw tanyain lagi wik "
Ridwan : " ayo wes lanjut nggo "
Tubuh Mbak Nurul terkulai lemas di dekat septitank sementara Bang Renggo mulai bersiap melanjutkan interaksinya , kami yang menyaksikannya merasa harap harap cemas dengan apa yang akan terjadi setelah ini , semoga saja arwah itu mau disuruh pergi dari sini.
Renggo : " mirna... dulu kenapa kok dibunuh ? "
Nurul : " ssuamiku.. ssuamiku selingkuh "
Renggo : " trus kamu ngga terima ? "
Nurul : " kkenapa nasibku jadi gini ?!?... hikz !.. hikz !.. "
Renggo : " tenang mirna !... tenang !.. biar masuk neraka itu suamimu "
Nurul : " hikz !!... aaku mau dia mmati !!... mati !!.. mati !!.. "
Renggo : " iya iya , pasti mati masuk neraka dia "
Bang Renggo sangat berhati hati berinteraksi dengan arwah yang merasuki Mbak Nurul , sebisa mungkin ia mencegah agar arwah itu tak lagi menangis dan berguling guling seperti tadi , hingga akhirnya Bang Renggo menyuruh secara halus agar arwah itu mau pergi meninggalkan rumah ini.
Renggo : " rumah ini udah ada yang nempatin mirna , kamu harus pergi dari sini ya ?! "
Nurul : " tapi ttolong !!... ttolong kuburkan tubuhku ! "
Renggo : " tubuhmu ada di dalem septitank ? "
Nurul : " iiya... hikz !!.. ttolong kuburkan !!. hikz !!.. "
Permintaan arwah itu terasa sulit untuk dipenuhi , ia baru mau pergi dari sini kalau jasadnya yang terkubur di dalam septitank telah diambil dan kemudian dikebumikan secara layak... entah bagaimana caranya kami tak tahu.
Me : " gimana bang ? "
Renggo : " apa boleh buat vig , mau gak mau kita harus ambil tu mayatnya "
Ridwan : " trus yok opo carane nggo ?! "
Renggo : " kita pikirin besok aja wan "
Sepertinya tak ada cara lain selain harus menggali septitank untuk mengambil jasad itu , hal ini akan sangat merepotkan namun mau tak mau kami harus melakukannya agar arwah yang bernama Mirna itu mau pergi dari sini.
Renggo : " gw keluarin sekarang ya arwahnya ? "
Wiwiek : " yo wes sam , mesakno nurul aku "
Tanpa berlama lama lagi Bang Renggo mulai bersiap mengeluarkan arwah yang merasuki Mbak Nurul , dengan sigap ia menaruh telapak tangan kanannya di ubun ubun Mbak Nurul dan sekejap kemudian cewe berjilbab itu langsung kejang kejang hebat sambil berteriak nyaring " uuuahh !!!... uuahh !!!... "
Wiwik : " duh merinding dhewe aku krungu bengak bengoke nurul "
Me : " biasa mbak , mari ngene paling semaput mbak nurule "
Perlahan teriakan itu tak lagi terdengar seiring tubuh mbak Nurul yang tak lagi bergerak gerak , kini cewe berjilbab itu tergeletak pingsan di dekat septitank sementara Bang Renggo bersiap membopongnya masuk ke dalam rumah.
Renggo : " beresin semuanya wan ! "
Ridwan : " oyi oyi nggo "
Dengan tergesa Sam Ridwan menggulung tikar kloso sementara Mbak Wiwiek mengambili piring piring yang tergeletak di dekat septitank , beberapa menit kemudian kami semua telah berkumpul di ruang tengah sambil menunggui Mbak Nurul yang masih tergolek pingsan.
Wiwiek : " iki nurul yok opo sam ? "
Renggo : " paling jam 1 malem dia udah bangun "
Ridwan : " trus soal mayite yok opo nggo ? "
Renggo : " besok siang kita urusin wan "
Sepertinya esok akan menjadi hari yang sangat merepotkan bagi kami semua , mau tak mau kami harus mengurusi mayat yang terkubur di dalam septitank itu dan kemudian menguburkannya di pemakaman terdekat... setelah semuanya tuntas Sam Ridwan akan menggelar acara tahlilan agar arwah bernama Mirna itu bisa tenang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar