MALANG MYSTERIO - Ketemu Hantu Suster di Terminal Arjosari

ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar awal tahun 2008 ketika aku masih kuliah semester 2


Bus Restu Panda jurusan Malang – Surabaya yang kami tumpangi perlahan mulai memasuki terminal Arjosari , para penumpang di dalam bus ini lekas mengemasi barang bawaannya masing masing sebelum akhirnya berdiri menyemut di pintu depan dan belakang , sementara kulihat dari jendela tampak para tukang ojek mengejar ngejar bus ini dan berharap mendapatkan penumpang yang baru turun , termasuk kami bertiga.

Willy : ” kita pulangnya naik taksi ya vig ? ”

Me : ” ngga , kita naik angkot aja ”

Niken : ” iya wil , lebih murah n nyantai ”

Willy : ” ya udah deh , tapi abis turun kita makan dulu ya ?!... udah tak tahan perutku ini ”

Me : ” oyi , gampang bro ”

Bus ini akhirnya berhenti juga lalu kami bertiga segera turun , sudah bisa ditebak para tukang ojek tadi mengejar ngejar kami walaupun sudah berkali kali kami menolak... dengan setengah berlari akhirnya kami tiba di sebuah warung makan yang berada di dekat pangkalan angkot , segera saja kami masuk lalu memesan nasi rawon dan juga es jeruk.

Me : ” capek juga ya nik ”

Niken : ” tapi keren kan pamerannya tadi vig ? ”

Me : ” keren nik , jago jago semua yang motret ”

Pelayan baru saja menurunkan 3 piring rawon di meja kami , tanpa banyak kata kami langsung menyantapnya dengan lahap…. sejak dari pameran foto di Graha Pena sore tadi kami memang belum sempat makan malam.

Willy : ” eh ngomong ngomong enak juga rawon ini ”

Me : ” jelas enak bro , di siantar mana ada rawon ? ”

Willy : ” kalau aku biasa makan saksang vig , endes gurindes lah pokoknya ”

Niken : ” kalo gw sih demennya makan tempoyak guys , lamak nian pulak ”

Me : ” apaan tuh tempoyak nik ? ”

Niken : ” sayur khas jambi vig , bahannya tuh pake durian sama ikan patin ”

Me : ” wah maknyos tenan iku nik ”

Setelah makan kami bersiap untuk pulang ke kosan kami di daerah Tirto Utomo , dengan langkah santai kami berjalan menuju pangkalan angkot yang terletak di bagian belakang terminal ini…. tampak puluhan angkot berwarna biru saling berjejeran satu sama lain , tentu saja kami mencari cari angkot AL atau ADL karena hanya itu yang rutenya sampai ke terminal Landungsari ” eh tuh angkotnya , ayo buruan naek !! ” ajakku penuh semangat saat kutemukan sebuah angkot AL yang terparkir dan tampak kosong , buru buru kami masuk dan kemudian duduk di bangku deretan kanan yang berada di belakang.

Niken : ” kok sepi vig ?!... sopirnya mana ?! ”

Me : ” tungguin aja bentar lagi juga nongol ”

Tak terasa sudah 20 menitan kami menunggui sopir , kulihat layar ponselku sudah nyaris jam 9 malam dan sedari tadi tak ada satupun penumpang lain yang menaiki angkot ini , kami tak tahu sampai berapa lama harus menunggu sopirnya datang... namun penantian kami tak sia sia , kulihat ada seorang pria berkumis yang sedang berjalan kemari dengan langkah tergesa , pastilah dia sopirnya angkot ini.

Sopir : ” mudhun endi mas ? ”

(turun mana mas ?)

Me : ” landung pak ”

Sopir : ” ayo wes budhal saiki ! ”

(ayo dah berangkat sekarang !)

Mesin angkot baru saja dihidupkan dan dengan tampang agak mengantuk pak sopir ini mulai mengemudikan angkotnya keluar dari terminal melalui jalur belakang , kami merasa lega akhirnya bisa pulang juga namun rupanya kelegaan kami tak berlangsung lama…. baru saja angkot ini keluar dari terminal pak sopir mendadak menghentikan laju angkot di jalan kecil yang dikelilingi lahan kosong dan persawahan.

Sopir : ” mas , entenono sedelut !!… golek penumpang sek cek kebek ”

(mas , tunggu sebentar !!…. cari penumpang dulu biar penuh)

Me : ” ?!?! "

Dengan enteng sopir itu keluar dari angkot dan kemudian berjalan menuju warung kopi di pintu keluar terminal , ia membiarkan angkotnya ngetem di sini dan berharap ada penumpang tambahan yang menaiki angkotnya... lebih buruknya lagi ia meninggalkan kami di tengah jalan kecil yang sepi dan gelap gulita seperti ini , di kiri kanan kami hanya ada parit , lahan kosong dan hamparan sawah saja , sementara di belakang agak jauh ada jalan masuk perumahan Pondok Blimbing Indah (PBI) yang tampak remang remang.… berhubung keadaan di sini gelap gulita kuputuskan untuk menghidupkan lampu di ruang tempat kami duduk , namun setelah berkali kali kutekan saklar tetap saja lampunya tak mau menyala.

Me : ” lampunya mati nik ”

Willy : ” aduuh sial juga kita ini , sudah gelap begini lampunya mati pula ”

Niken : ” ngeselin tuh sopir , kita ditinggalin gitu aja…. duhh masih lama ngga sih dia balik sini lagi vig ?! ”

Me : ” mana gw tau , ya nunggu dapet penumpang agak banyak nik ”

Niken : ” geblek juga tu orang , gimana mau dapet penumpang kalau ngetemnya di sini ?! ”

Me : ” udahlah kita tungguin aja , udah ngga ada angkot lain…. ini yang terakhir nik ”

Dengan muka kesal Niken memandangi hamparan persawahan dari jendela , sementara Willy terlihat sudah terkantuk kantuk.... aku sendiri sudah kelelahan dan terpaksa menikmati keadaan yang gelap gulita ini , satu satunya penerangan di dalam angkot ini hanyalah dari lampu speedometer yang ada di dashboard kemudi , tentu saja lampu itu tak seberapa terang sehingga kuputuskan menjadikan layar ponselku sebagai penerangan ala kadarnya , biar kami bertiga ngga merasa merinding berada di keadaan yang gelap gulita begini.

Di saat aku lagi asik memainkan ponsel mendadak ada seseorang yang berjalan gontai ke arah angkot ini , ternyata ada juga calon penumpang baru dan sepertinya ia baru saja keluar dari komplek perumahan PBI... dari jendela belakang kupandangi sosoknya yang tampak serba putih dan ternyata ia adalah seorang suster gereja , ia mengenakan baju lengan panjang , rok panjang , kerudung penutup kepala dan juga sepatu yang semuanya berwarna putih….. begitu masuk ke dalam angkot ini ia langsung duduk di kursi deret kiri dekat dengan pintu , nyaris berhadapan dengan Willy…. ia tampak duduk mematung dan tak sedikitpun menoleh kepada kami , sorot matanya terlihat kosong seperti orang depresi dan pipinya juga terlihat tirus seperti orang sakit , jika dilihat secara keseluruhan raut mukanya tampak begitu pucat sementara tubuhnya juga tampak kurus kering... entah ada apa dengan perempuan ini dan mau kemana tujuannya , aku dan Niken tak terlalu peduli dengannya karena sibuk dengan ponsel masing masing , bahkan si Willy tak menyadari keberadaannya karena ia baru saja tertidur beberapa menit yang lalu… tak berapa lama setelah suster itu masuk angkot tiba tiba kucium semerbak wangi bunga melati yang semakin lama semakin terasa menyengat , begitu juga si Niken yang sepertinya mencium bau yang sama.… sesaat kami saling pandang penuh keheranan , kami mulai merasa ada yang tak beres dengan keadaan ini…. kulihat suster itu masih duduk mematung namun kepalanya mulai tertunduk seperti orang yang sedang mengantuk , instingku mengatakan bahwa bau melati ini berasal darinya dan ini bukanlah wangi parfum karena aromanya terlalu menyengat…. karena merasa aneh dengannya aku dan Niken yang duduk di pojok belakang mulai berbisik bisik.

Niken : ” gw curiga vig ”

Me : ” curiga apaan ? ”

Niken : ” itu suster aneh banget , apalagi baunya melati vig ”

Me : ” sama gw juga mikir gitu ”

Di saat kami tengah berbisik bisik mendadak suster itu menangis terisak isak tanpa sebab , ia menutupi mukanya dengan kedua telapak tangannya yang gemetaran , jelas saja aku dan Niken makin merasa aneh dan bergidik sendiri.

Niken : ” vig , gimana nih ?! ”

Me : ” udah biarin aja , gw mau setel musik dari hape ”

Tanpa sungkan kuputar lagu dangdut ‘Wulan Merindu‘ nya Cici Paramida yang terdengar cukup nyaring dari speaker ponselku , anehnya suster itu tetap saja menangis terisak isak " hikz !.. hikz !.. hikz !... " tak sedikitpun ia merasa terganggu dengan musik yang kuputar , bahkan tak sekalipun ia menoleh ke arah kami , seolah olah kami dianggap tidak ada di dalam angkot ini…. hingga lagu ini berputar beberapa kali mendadak suster itu berhenti menangis , sesaat ia menyeka matanya yang tampak sembab dan kemudian turun dari angkot , dengan lunglai ia berjalan ke arah depan sebelum akhirnya berdiri mematung beberapa meter di muka angkot ini... dari dalam sini aku dan Niken tertegun melihat sosoknya yang berdiri membelakangi angkot ini , kami menebak nebak sendiri apa yang akan dilakukannya setelah ini… hingga tiba tiba ” wuuuzzz !! ” dalam sekejap suster itu terbang dan menghilang entah kemana , seketika aku dan Niken langsung terperanjat kaget setengah mati.

Niken : ” vig ??!!... ya allah ?!… iitu suster tadi ?!?!… dia bukan orang vig !! ”

Me : ” uudah biarin aja nik , yang penting udah pergi ”

Niken : ” tapi gw masih ngga percaya vig !!.. ya allah ?!... iitu suster hantu vig !! ”

Kami saling berpandangan dengan tegang dan masih tak percaya dengan apa yang barusan terjadi , begitu kondisi kami berdua sudah cukup tenang aku segera membangunkan Willy yang masih tertidur di sebelahku , dengan gelagapan ia terbangun dan kemudian kami bertiga segera keluar dari angkot sial ini…. kami berlari pontang panting kembali lagi ke terminal Arjosari , sebelum masuk terminal kami juga melewati warung kopi di pintu keluar dan ternyata sopir sial itu malah asik bermain kartu bersama temannya ” loh lapo kok mbalek maneh mas ?!?!... ” (loh kenapa kok balik lagi mas ?!?!...) tanyanya setengah berteriak tanpa sedikitpun kami hiraukan…. sesampainya di pangkalan taksi kami langsung menghampiri salah satu taksi dan lekas kusuruh sopirnya untuk mengantarkan kami pulang , sepanjang perjalanan aku dan Niken hanya terdiam dan masih cukup shock dengan kejadian tadi , sementara kami acuhkan si Willy yang terus bertanya tanya keheranan... teman kami yang satu ini sama sekali tak mengerti apa yang barusan terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar