ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar pertengahan tahun 2009 ketika aku masih kuliah semester 4
Kurang lebih sebulan lalu terjadi peristiwa tabrakan maut yang menghebohkan masyarakat kota Batu maupun Malang , saking hebohnya hingga detik ini orang masih saja membicarakannya termasuk para mahasiswa di kampusku , apalagi salah satu korban dari kecelakaan maut itu adalah Mbak Memei yang sejurusan denganku di Ikom UMM..... kronologis yang kubaca di media massa menyebutkan bahwa tabrakan maut itu terjadi pada saat tengah malam , Mbak Memei beserta teman temannya baru saja pulang dari sebuah villa di kawasan Songgoriti , kabarnya mereka sedang melakukan pesta miras dan sex di villa itu , bahkan saat dievakuasi dari dalam mobil beberapa jenazah ditemukan dalam keadaan bugil.... namun bukan hal itu yang mengganjal di benakku , aku merasa ada hal lain yang sepertinya bersifat mistis di balik peristiwa tabrakan maut itu , bagaimana bisa mobil Taruna yang mereka tumpangi sampai hancur lebur tak berbentuk padahal hanya menabrak sebatang pohon angsana yang diameter batangnya hampir sama dengan pohon pepaya , dan yang mencengangkan adalah pohon angsana itu tidak patah ataupun roboh.... pohon itu tetap tegak berdiri di tepian trotoar jl Panglima Sudirman kota Batu.
Pagi ini juga kuajak Steve menuju kota Batu , dia sama penasarannya denganku dan ingin mencoba menyingkap tabir gaib dari pohon angsana itu.
Steve : " kita ngga ngajak mbak niken sama mas pendik nih ? "
Me : " ngga usah deh , lagi pada repot semuanya , bang renggo juga gak bisa diajak "
Steve : " trus kita berangkat sekarang mas ? "
Me : " iya langsung berangkat sekarang aja , ntar kalo kesiangan rame jalannya "
Bergegas kupacu motorku menuju kota Batu , hawa udara dingin langsung terasa saat kami melintasi daerah Beji yang masih banyak terdapat sawah di pinggir jalan raya.
Steve : " asik juga ya mas pemandangannya , masih hijau banget alamnya "
Me : " ya moga aja tetep hijau terus stiv , daerah lain udah habis hutannya pada dibabatin "
Seperempat jam kemudian kami tengah melintasi stadion kota Batu , beberapa bus Puspa Indah tampak saling kebut di jalan raya yang lurus beberapa puluh meter ini , lebih baik kulambatkan laju motorku sambil melihat lihat taman bunga yang berada di tengah jalan.
Steve : " enak ya mas jadi orang mbatu , kotanya asri banget kayak gini "
Me : " ha.. ha... gw juga pengennya beli tanah di sini , pengen bikin villa gitu stiv , tapi duitnya siapa ? "
Steve : " ha.. ha.. ha.. "
Tak butuh waktu lama kami telah melaju semakin dekat dengan lokasi tkp , pohon angsana itupun mulai terlihat sebelum kami mencapai pom bensin Lahor.
Steve : " yang mana pohonnya mas ? "
Me : " itu di trotoar sebelah kanan , sebelum pom bensin "
Kini jarak kami dengan pohon itu hanya tinggal beberapa meter saja , namun ketika hendak kuseberangi jalan raya ini mendadak terjadi sesuatu dengan Steve.
Tiba tiba saja Steve jatuh terjengkang dari boncengan motorku , ia menggelepar di tepi jalan sambil memegangi dadanya yang sepertinya kesakitan... seketika aku merasa panik dan secepatnya kutolong dia.
Me : " stiv ?!... kenapa lu ?! "
Steve : " ahhh !!... ahh !!.... aaku ngga kuat mas !!.. ssakit banget dadaku "
Me : " waduh ?!?!... bisa bangun ngga ?! "
Steve : " aaku ngga kuat mas "
Kepanikan yang kurasakan semakin tak terkendali lagi , aku bingung harus bagaimana menolong Steve yang masih menggelepar di tepi jalan ini.... nafasnya tersengal sengal sementara mukanya dibanjiri keringat , bahkan tak lama kemudian kulihat darah segar mengalir dari hidungnya.
Beruntung ada seorang warga sekitar yang mengetahui keberadaan kami di tepi jalan ini , seorang bapak agak gendut langsung datang tergopoh gopoh menghampiri kami.
Bapak : " loh lapo iki mas koncone ?! "
(loh kenapa ini mas temannya ?!)
Me : " mboten ngertos pak , kulo nggeh bingung "
(ngga tau pak , saya juga bingung)
Bapak : " wes ayo mas dijunjung bareng ae , omahku cedake sekolahan katholik kono "
(udah ayo mas diangkat bareng aja , rumahku dekat sekolahan katholik sana)
Me : " nggeh pak "
Lekas saja aku dan bapak ini menggotong tubuh Steve menuju ke rumahnya yang tak jauh dari sekolahan Katholik , begitu tiba kami langsung merebahkan tubuh Steve di amben bambu yang ada di teras , sekalian kulepas helm yang masih menutupi kepalanya.
Bapak : " sek mas tak jupukno ombe "
(bentar mas aku ambilin minum)
Me : " wo nggeh pak "
Dengan tergesa bapak itu masuk ke rumahnya dan kemudian keluar lagi membawa segelas air putih , perlahan Steve mengulurkan tangan kanannya yang gemetaran lalu ia meminum air itu hingga bertumpahan membasahi kaosnya.
Bapak : " iki ndek mau kate dolen nang payung a sampeyan mas ? "
(ini tadi mau main ke payung tha kamu mas ?)
Me : " mboten pak , bade ningali uwet bekase tabrakan mawon "
(ngga pak , mau lihat pohon bekas tabrakan saja)
Bapak : " wo uwet pinggir embong iku a mas ?!... onok danyange mas iku , saiki ambek wong kene disebari kembang , cek gak njaluk tumbal "
(wo pohon pinggir jalan itu ya mas ?!... ada penunggunya mas itu , sekarang sama orang sini disebarin kembang , biar gak minta tumbal)
Me : " niku danyange nopo lho pak ? "
(itu penunggunya apa lho pak ?)
Bapak : " aku yo gak tau weruh ki , jare wong pinter uwet iku dienggoni siluman mas , khodame pendekar jaman mbiyen umure sewu tahun punjul "
(aku juga ngga pernah lihat , kata orang pinter pohon itu ditempatin siluman mas , khodamnya pendekar jaman dulu umurnya seribu tahun lebih )
Me : " lha kok mboten dikon ngaleh mawon pak ? "
(lha kok tidak disuruh pergi saja pak ?)
Bapak : " gak nok seng wani mas.... iku silumane kuat , iso iso malah mati dhewe wong seng gawe perkoro "
(gak ada yang berani mas.... itu silumannya kuat , bisa bisa malah mati sendiri orang yang bikin perkara)
Me : " kulo nggumun mawon pak kok pas tabrakan niku mobile ajur remuk nanging uwite mboten nopo nopo "
(saya heran saja pak kok pas tabrakan itu mobilnya hancur lebur tapi pohonnya ngga kenapa napa)
Bapak : " lha iku mas , aku yo melok nulungi pas tabrakan iku.... halah gak trimo mobile thok seng ajur mas , wonge njero mobil mati kabeh ngasi gak karuan bentuke , onok seng sigar sirahe ngasi moncrot polone , opo maneh seng arek wedok mas podo tugel kabeh tangan ambek sikile.... wes pokoke medeni mas , aku nek kelingan maleh mrinding dhewe "
(lha itu mas , aku juga ikut nolongin waktu tabrakan itu.... halah gak terima mobilnya saja yang hancur mas , orangnya di dalam mobil mati semua sampe gak karuan bentuknya , ada yang pecah kepalanya sampe moncrot otaknya , apalagi yang perempuan mas pada patah semua tangan dan kakinya... udah pokoknya serem mas , aku kalo ingat malah merinding sendiri)
Me : " ngge pak kulo sampun ngertos saking photo "
(iya pak saya udah tau dari photo)
Bapak : " nek perkoro uwite gak opo opo yo mergo onok danyange iku mas akhire dadi keramat , mbiyen nate kate ditegor lha kok malah tugel grajine... mboh nek tak pikir kok yo malah bingung dhewe , kok iso yo mas ? "
(kalo perkara pohonnya gak kenapa napa ya karena ada penunggunya itu mas akhirnya jadi keramat , dulu pernah mau ditebang lha kok malah patah gergajinya... entah kalo aku pikir kok ya malah bingung sendiri , kok bisa ya mas ?)
Tak ada jawaban memuaskan dari bapak ini , ternyata beliau sama tidak mengertinya denganku.... i know that it's hard to reveal the mystery behind this.
Kulihat kondisi Steve berangsur angsur mulai pulih , kini ia tengah selonjoran di amben bambu sementara tatapan matanya tampak layu seperti orang yang kehabisan energi.
Me : " stiv , gak pa pa lu ? "
Steve : " udah lumayan mas... tadi aku kena pancaran energinya makhluk penunggu pohon itu , langsung bentrok sama energiku makanya aku jatuh "
Me : " trus dada lu tadi kenapa ? "
Steve : " itu pancaran energinya kena cakra jantungku mas , aku gak kuat mau balikin energinya "
Me : " menurut lu makhluk apaan yang ada di situ ? "
Steve : " sama kayak yang dibilang bapaknya mas , gak jelas siluman apaan tapi umurnya udah tua , makanya pancaran energinya kuat banget "
Me : " lu sanggup ngga ngatasin tu siluman ? "
Steve : " aku beneran ngga sanggup mas , aku ngga ada apa apanya dibandingin siluman itu... sori mas "
Steve yang biasanya sanggup menghadapi berbagai macam makhluk gaib kini tampak bagaikan orang yang kalah sebelum berperang , akupun juga tak mungkin memaksanya karena hal ini benar benar di luar kemampuannya... kurasa rasa penasaran kami yang terlalu tinggi ini tak akan pernah menemukan jawabannya , tabir gaib yang menyelimuti pohon itu gagal untuk kami singkap walau hanya sedikit saja..... biarlah pohon angsana itu tetap menjadi misteri untuk selamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar