BORNEO YO BRO - Hari Kedua di Tenggarong

 



Semalam kota Tenggarong diguyur hujan deras sehingga pagi ini cuacanya benar benar terasa dingin , meskipun begitu kami tetap bersemangat lari lari di komplek luar stadion Aji Imbut yang pagi ini tampak diselimuti kabut tebal.

Me : " keren ya bos stadionnya , kanjuruhan sama gajayana kalah "

Renggo : " ha.. ha.. emang keren stadionnya pesut etam ini vig , udah kayak stadion eropa "

Sambil berlari aku terus mengamati bangunan stadion yang tampak megah dan modern ini , atapnya yang berbentuk melingkar membuatku teringat dengan stadion stadion top di Eropa , sementara komplek di sekelilingnya tampak tertata rapi dan bersih sehingga tak heran kalau ada banyak orang yang datang berolahraga pagi ini.

Me : " ayo bang foto foto bentar ! "

Renggo : " ayo deh , abis ini langsung balik ke hotel "

Sejenak kami menyempatkan diri untuk berfoto ria berlatarkan stadion Aji Imbut ini sebelum akhirnya kami kembali ke hotel , buru buru kami mandi dan kemudian langsung mencari sarapan di warung sekitar hotel.

Me : " abis ini langsung ke pulau kumala bang ? "

Renggo : " ntar agak siang aja ke sono , abis ini ke museum mulawarman dulu aja "

Me : " apaan tuh isinya bang ? "

Renggo : " ya barang barang peninggalan kerajaan kutai vig , biar lu tau sejarahnya dikit , trus buat foto foto juga keren di sono "

Sebelum mengunjungi pulau Kumala bang Renggo berniat mengajakku mengunjungi museum yang bernama Mulawarman , katanya di sana tersimpan benda benda peninggalan kerajaan Kutai yang merupakan kerajaan tertua di Nusantara , selain itu ia juga bilang kalau di sana keren buat foto foto karena bangunannya adalah peninggalan jaman dulu yang berarsitektur klasik kolonial.

Dengan santai bang Renggo memacu mobilnya melintasi jembatan Kutai sebelum akhirnya kami tiba di bundaran CBD dimana terdapat menara jam bercat kuning dan juga patung naga Erau yang berada di tengah tengah kolam bundaran.

Renggo : " mampir sini dulu ya vig , kan kemarin belum foto foto di sini "

Me : " oyi "

Perlahan bang Renggo melambatkan laju mobilnya dan kemudian memarkir di dekat menara jam bercat kuning , ia bilang menara jam itu disebut jam Bentong dan di dalamnya terdapat ruangan yang berfungsi sebagai visitor center.

Renggo : " masih tutup vig visitor centernya "

Me : " yo wes foto foto ae bos "

Kemarin sore kami langsung bablas menyeberangi sungai Mahakam dan tak sempat mampir ke sini , kini mumpung sudah berada di sini kamipun langsung berfoto ria berlatarkan jam Bentong dan juga patung naga Erau yang tampak tinggi menjulang di seberang jalan.

Renggo : " itu patung naga erau baru kelar dibangun vig "

Me : " kemarin pas lewat gak gw perhatiin bang "

Renggo : " kalo di alam astral gede itu aslinya , naga puaka yang kemarin gak ada apa apanya "

Patung sepasang naga Erau itu tampak tinggi menjulang di tengah tengah kolam bundaran , sementara wujudnya tak jauh beda dengan naga naga lain yang biasa kulihat di alam astral , namun naga Erau tak memiliki kaki dan ada mahkota yang menghiasi kepalanya.

Me : " kenapa kok naga erau pake mahkota kayak lembuswana ? "

Renggo : " ya soalnya itu kan peliharaannya kerajaan kutai vig "

Cuma sebentar kami di sini sebelum akhirnya bang Renggo mengajakku ke museum Mulawarman yang ternyata terletak tepat di seberang jalan , ketika tiba kulihat ada patung Lembuswana berukuran kecil yang menghiasi pelataran museum ini , lekas saja kuajak bang Renggo untuk berfoto di depannya.

Me : " ini kulitnya kok kayak sisik bang ? "

Renggo : " ya aslinya emang gitu vig , sisiknya kasar kayak trenggiling "

Saat melihat patung Lembuswana ini dari dekat aku baru sadar kalau kulitnya ternyata bersisik kasar mirip hewan trenggiling , sungguh benar benar aneh dan tak bisa dibayangkan seperti apa wujud aslinya di alam astral.

Saat masuk ke dalam museum kulihat ada banyak barang barang kuno peninggalan kerajaan Kutai , ada batu batu prasasti , meriam dan senapan kuno , peralatan pecah belah macam piring atau guci , hingga kursi singgasana raja dan ratu.

Renggo : " kutai kartanegara dulu perang sama kutai martadipura vig , pas menang akhirnya dianeksasi trus namanya ganti jadi kutai kartanegara ing martadipura "

Me : " berarti ini mulai abad ke 4 sampe abad 19 bang ? "

Renggo : " ya kan sempet ditaklukin sama majapahit juga vig , trus pas abad ke 17 jadi kesultanan islam , abis itu inggris sama belanda dateng "

Bang Renggo paham betul sejarah kerajaan Kutai dari abad ke abad , sedari tadi ia terus bercerita panjang lebar bak seorang guide sementara aku hanya mendengarkan sembari melihat barang barang di museum ini , tak cuma barang peninggalan kerajaan Kutai saja tapi juga ada barang khas Dayak macam mandau , tameng , kain tenun , alat musik sape dan beberapa tengkorak hasil ngayau.

Me : " tengkorak kok disimpen di sini bang ? "

Renggo : " ini dulu kepala orang yang kalah perang vig , biasanya kalo abis ngayau pada dikumpulin potongan kepalanya "

Sambil melihat barang barang aku juga menyuruh bang Renggo untuk memotretku berkali kali , aku ingin teman temanku di Jakarta menganggap diriku sebagai orang yang cinta sejarah.

Me : " jam berapa bang sekarang ? "

Renggo : " udah jam 10 nih vig , kita cabut sekarang aja ya "

Cukup lama kami berada di museum ini sebelum akhirnya kami beranjak keluar pada jam 10 pagi , tanpa berlama lama kami langsung bablas menuju jembatan penyeberangan menuju pulau Kumala yang letaknya tak terlalu jauh dari museum.

Renggo : " kalo nyebrang lewat jembatan repo repo ini vig "

Me : " asik nih , tinggal jalan aja nyampe pulau bang "

Tadinya kupikir jembatan yang terhubung dengan pulau Kumala ini bisa dilalui mobil tapi ternyata hanya pejalan kaki saja yang bisa lewat , kini dengan santai kami berjalan melintasi jembatan bercat kuning ini sementara di bawah kami mengalir sungai Mahakam yang arusnya tampak deras selepas hujan semalam.

Me : " keren bos jembatan kutai kalo dilihat dari sini "

Renggo : " ayo foto lagi aja ! "

Jembatan Kutai yang berada di kejauhan terlihat lebih keren kalau dilihat dari sini , kamipun menyempatkan diri untuk berfoto ria berlatarkan jembatan besar itu sebelum akhirnya melanjutkan langkah kaki ke pulau Kumala.

Saat tiba di pulau Kumala suasananya tampak sepi karena hari ini bukan hari libur , yang kami lakukan cuma berjalan kaki mengelilingi tiap jengkal pulau ini sambil melihat lihat apa saja yang ada di sini.

Renggo : " itu pura pasak vig , keren buat foto "

Me : " ayo ke sono ! "

Dengan bersemangat kami berjalan menuju sebuah pura yang disebut pura Pasak , bangunannya tak jauh beda dengan pura di Bali namun ada sepasang patung naga Erau di pagar serta patung Lembuswana di depan gapura , lekas saja kupasang kameraku pada tripod mini lalu kami berdua berfoto bersama di sini.

Me : " keren bang "

Renggo : " ayo jalan lagi ! "

Selepas dari pura Pasak kami berjalan lagi melewati rumah adat suku Dayak dan juga menara tinggi yang disebut sky tower , sayangnya kami tak bisa naik karena menara itu hanya dibuka saat hari libur saja.

Me : " kemana lagi kita ? "

Renggo : " ke kolam naga erau aja vig , di sono patungnya lebih keren "

Kali ini bang Renggo mengajakku ke sebuah kolam dimana terdapat sepasang patung naga Erau yang berukuran besar dan sebagian tubuhnya tampak terendam air kolam , sementara di tengah tengah kolam juga ada patung Lembuswana kecil dan ada sosok perempuan yang sedang berdiri di punggungnya.

Me : " itu siapa bang yang naek lembuswana ? "

Renggo : " kalo itu putri karang menelu namanya vig , dia istri raja kutai yang pertama , katanya sih pas masih bayi dia dibawa lembuswana ke hulu sungai mahakam trus dianter ke orang kerajaan yang ngasuh dia , nah pas udah gede dia sering naek lembuswana lewat sungai mahakam ini trus dicegat sama naga erau "

Me : " beneran gak tuh ceritanya bang ? "

Renggo : " ya gak tau vig , legendanya ya kayak gitu "

Cerita legenda terkadang bisa merupakan suatu kenyataan atau cuma sebatas karangan belaka , namun sejak menguasai kemampuan astral projection aku jadi semakin menyadari kalau cerita cerita legenda di berbagai daerah ternyata memang benar benar nyata dan pernah terjadi di masa lalu , untuk legenda di Kutai ini hal yang bisa dibuktikan mungkin cuma eksistensi Lembuswana dan naga Erau saja , sementara sosok putri Karang Menelu jelas tidak mungkin untuk ditemui di alam astral karena mungkin ia sudah moksa atau melanjutkan reinkarnasinya.

Berkali kali kami berfoto bareng berlatarkan patung naga Erau besar yang melingkari kolam ini , tak lama kemudian kami kembali melanjutkan langkah kaki mengelilingi pulau yang dipenuhi pepohonan lebat ini.

Renggo : " mestinya lu ngajak aline vig , kan dia bisa seneng seneng di sini "

Me : " ya kapan kapan aja gw ke sini lagi ngajak dia "

Fasilitas di pulau ini cukup lengkap selayaknya tempat wisata , kulihat ada resort yang dilengkapi kolam renang dan juga deretan cottage yang berbentuk rumah adat khas Dayak , tentunya akan sangat menyenangkan kalau suatu saat aku mengajak pacarku Aline kemari , biar dia tau kalau pulau Kumala ini jauh lebih keren daripada Ancol.

Renggo : " kita langsung ke patung lembuswana ya vig "

Me : " ayo wes ! "

Hari sudah beranjak siang ketika kami tiba di patung Lembuswana besar yang ada di ujung pulau Kumala ini , ternyata patung yang terbuat dari tembaga ini benar benar keren kalau dilihat dari dekat , rasanya seperti berhadapan langsung dengan makhluk aslinya yang kata bang Renggo juga seukuran dengan patung ini.

Renggo : " ini tingginya sekitar 15 meteran vig , kurang lebih sama kayak aslinya "

Me : " gede juga bang , gajah biasa aja cuma 4 meter "

Aku sampai merasa gamang saat menatap patung Lembuswana setinggi 15 meteran ini , bagaimana kalau makhluk sebesar ini benar benar hidup dan menyerang kami saat sedang ngastral ?!.. apalagi sepasang gadingnya tampak begitu panjang dan tajam.

Renggo : " gw sama jalu dulu pernah dikejar lembuswana ini vig , kalo terbang cepet banget , untung gak sampe kena sruduk gadingnya "

Me : " gw jadi ngeri bayangin kalo beneran ketemu "

Renggo : " tapi tenang aja , pokoknya ntar kalo udah kepepet kita langsung balik ke badan "

Meskipun merasa agak takut namun aku mencoba untuk terus menguatkan nyali , apalagi aku sudah sangat penasaran ingin tau seperti apa makhluk aslinya yang kata bang Renggo menghuni kawasan hutan di Kutai Timur , nanti malam kami akan ngastral ke sana dan entah apa yang akan terjadi.

Renggo : " ayo foto foto dulu , abis ini langsung ke dermaga "

Me : " oke "

Segera kupasang kameraku pada tripod mini sebelum akhirnya kami berfoto bareng berlatarkan patung Lembuswana besar ini , tak lama kemudian kami bergegas meninggalkan pulau Kumala dan bersiap menuju dermaga kota Tenggarong.

15 Des 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar