BORNEO YO BRO - Last Day

 


Malam telah beranjak semakin larut saat kami tiba di kota Banjarmasin , perjalanan jauh yang kami tempuh dari Tenggarong membuat kami kelelahan hingga selepas mandi kami langsung terkapar di kamar , kini tak ada yang kami lakukan selain leyeh leyeh sambil mendengarkan musik petikan sape yang mengalun lembut dari speaker " ting !.. ting !.. ting !... " merdu suaranya terasa membuai dan membuatku kian terkantuk kantuk.

Me : " gak kerasa udah seminggu gw di kalimantan bang "

Renggo : " cepet banget ya vig , rasanya kayak baru kemarin lu dateng.. ha.. ha.. "

Me : " gw makasih banget nih bang , udah diajakin kemana mana , apa apa dibayarin "

Renggo : " ya itu udah kewajiban gw vig , pokoknya kalo lu ngerasa puas selama di kalimantan gw jadi seneng juga "

Seminggu berada di Kalimantan adalah suatu pengalaman hidup yang berharga bagiku , dari kota ke kota aku sudah mengalami banyak hal yang menyenangkan dan sekaligus mengesankan , selain itu aku juga telah menyibak sedikit misteri yang menyelimuti bumi Borneo sehingga ada kepuasan tersendiri yang menggelegak di batinku , yang jelas aku berterima kasih sebesar besarnya kepada bang Renggo atas segala kebaikannya selama aku berada di Kalimantan.

Renggo : " lu kapan maen ke sini lagi vig ? "

Me : " gw gak tau bang "

Renggo : " kalimantan itu luas banget vig , masih banyak yang belum lu lihat "

Me : " gw pasti balik ke sini lagi , tapi gak tau kapan bisanya bang "

Renggo : " pokoknya kalo lu mau ke kalimantan lagi lu ngomong aja sama gw "

Entah kapan aku bisa menginjakkan kaki lagi di bumi Borneo yang indah ini , aku sendiri merasa bahwa kunjunganku kemari bukanlah sekedar refreshing belaka tetapi ada suatu panggilan jiwa yang membuatku ingin mengenal Kalimantan secara lebih mendalam , bukan tak mungkin kalau di masa mendatang aku akan menjelajahi segala penjuru bumi Borneo dan meresapi apa saja yang tersaji , entah itu keindahan alam atau kekayaan budaya suku Dayak.

Sebilah mandau yang dibelikan bang Renggo baru saja kuambil dari tas dan kini aku menggenggamnya dengan penuh kebanggaan , mandau khas Dayak Benuaq ini terlihat indah dengan gagang tanduk rusa berukir dan juga kumpang yang berhiaskan anyaman daun pandan , dengan terkagum kagum aku terus mengamati tiap lekuk sudutnya yang tampak artistik dan tergarap dengan baik.

Me : " gw bakalan simpen mandau ini seumur hidup gw bang "

Renggo : " lu simpen baik baik tuh vig , anggep itu tanda persaudaraan gw sama lu "

Me : " makasih ya bos , gw gak tau kenapa lama lama kok jadi demen sama budaya dayak "

Renggo : " ha.. ha.. ya bagus itu vig , tiap suku di nusantara itu bersaudara jadi wajar kalo pengen mengenal budaya suku lain , itu yang namanya hidup berbhinneka tunggal ika "

Aku bangga bisa mengenal bang Renggo semasa kuliah di Malang dulu , kami yang berbeda suku bisa menjalin persahabatan hingga sejauh ini dan akhirnya saling mengenal budaya masing masing , itulah yang membuat kami merasakan keindahan dalam perbedaan di suatu kehidupan berbangsa dan bernegara , satu kesatuan Indonesia.

Saat terbangun di pagi hari aku langsung mengemasi barang barangku ke dalam koper , sementara mandau dan kain tenun Martapura pemberian bang Renggo kumasukkan ke dalam tas ransel agar tidak bercampur dengan pakaian kotorku , setelah semuanya beres aku langsung mandi dan kemudian ikut sarapan bersama keluarganya bang Renggo.

Masih ada sedikit waktu untuk bersantai sebelum berangkat ke bandara , kali ini bang Renggo mengajakku nongkrong di balkon depan kamarnya sambil menyeruput kopi yang baru saja ia buat , tak lupa beberapa kue wadai turut disajikan sebagai hidangan pencuci mulut.

Renggo : " gw sebenernya sedih vig kalo lu pulang "

Me : " ah kan bisa ketemu pas ngastral ? "

Renggo : " gw tuh sebenernya pengen bisa ajakin lu keliling seantero kalimantan , tapi emang gak mungkin bisa kayak gitu , gw juga mesti ngurusin kerjaan , ngurusin anak bini , lu juga ngurusin hidup lu "

Me : " ya namanya juga hidup bang , ada momentumnya sendiri sendiri , udah diatur di luh mahfuz , tinggal nunggu waktunya aja "

Renggo : " ha.. ha.. tumben lu bisa ngomong bijak vig "

Pertemuan selalu terasa menggembirakan sementara perpisahan selalu terasa mengharukan , tapi itulah kehidupan dimana segala sesuatunya memiliki momentum seiring laju perputaran waktu , yang jelas apa yang telah kami alami selama seminggu ini akan menjadi kenangan tersendiri dan di masa mendatang masih ada momentum lagi bagi kami untuk bertemu dan mengalami banyak hal bersama.

Menjelang siang bang Renggo mengantarkanku ke bandara Syamsudin Noor dan ia terus menemaniku hingga tiba waktunya jadwal penerbanganku , sebelum berpisah ia memelukku erat erat dan kemudian menatapku dengan tatapan penuh keharuan.

Renggo : " lu jaga diri di jakarta vig , jagain aline juga , gw doain yang terbaik buat lu berdua "

Me : " oyi bang , gw juga doain yang terbaik buat keluarga lu , makasih banget bang "

Renggo : " sama sama vig , dah lu buruan naek pesawat sono , selamat jalan wes "

Me : " goodbye yo bos ! "

Perlahan kulangkahkan kakiku meninggalkan bang Renggo yang masih berdiri mematung di dekat kursi , dengan langkah yang terasa berat aku terus berjalan menuju pesawat yang akan membawaku kembali ke Jakarta , selamat tinggal bang , selamat tinggal Banjarmasin , selamat tinggal Kalimantan.

18 Des 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar