BORNEO YO BRO - Lembuswana

 


Setengah jam lebih sukmaku baru keluar dari tubuhku yang duduk bersila di dalam tenda , sementara kulihat sukmanya bang Renggo sudah menunggu di perahu ces yang terparkir di tepi sungai , lekas saja aku melayang ke sana dan kemudian kami bersiap siap terbang menuju ke arah timur.

Me : “ kita terbang ngikut sungai ini bang ? “

Renggo : “ iya terbang rendah dulu aja , ntar kalo udah agak jauh kita baru terbang tinggi di atas hutan “

Tanpa berlama lama kami langsung terbang rendah menyusuri sungai ini sambil terus mengamati keadaan sekeliling yang tampak sepi , setelah cukup jauh terbang ke arah timur bang Renggo segera mengajakku untuk terbang tinggi di atas kawasan hutan Kutai yang tampak begitu luas membentang , namun saking lebatnya pepohonan kami tak dapat melihat ada dimana goa vertikal yang dihuni Lembuswana itu.

Me : “ mana bang goanya ? “

Renggo : “ wah gak keliatan vig “

Me : “ gede apa gak lobangnya ? “

Renggo : “ ya seukuran empang lah “

Entah ada dimana sebenarnya lokasi goa vertikal itu , selama setengah jam lebih kami terbang mengitari hutan namun sama sekali tak kami temukan goa itu , sementara bang Renggo juga tak berani terbang rendah untuk mendeteksi energi Lembuswana karena ia khawatir kalau makhluk besar itu tiba tiba muncul dan menyerang.

Renggo : “ mending kita tetep terbang tinggi aja vig , gak aman kalo kelewat rendah “

Me : “ trus terbang kemana lagi kita ? “

Renggo : “ ke timur terus aja “

Sepanjang mata memandang yang ada hanyalah lebatnya pepohonan yang membentang hingga berhektar hektar , sambil terbang kamipun terus mengamati apa yang ada di bawah kami namun tetap saja goa vertikal itu tak kami temukan , lama lama semangat kami mulai mengendur dan akhirnya kami mendarat di tepian sungai yang tak terlalu luas.

Me : “ bener apa gak arahnya ? “

Renggo : “ mestinya bener vig , kan ini udah masuk kutai timur “

Sungguh benar benar sulit menemukan goa itu di tengah luasnya hutan Kutai , namun kami tak ingin patah arang sehingga kami memutuskan untuk terbang lagi ke arah timur , dengan teliti kami terus memandangi lebatnya pepohonan yang ada di bawah kami hingga akhirnya kami mendapati lobang yang menganga cukup lebar , tak salah lagi lobang itu adalah goa vertikal yang kami cari cari.

Renggo : “ ini nih goanya vig , yakin gw “

Me : “ lembuswananya ada di situ bang ? “

Renggo : “ kayaknya masih ada di dalem , tapi gw gak bisa ngerasain energinya , kita terbangnya ketinggian “

Me : “ trus kita turun atau gimana nih ? “

Renggo : “ bentar vig , kita diem dulu aja “

Kami masih melayang tinggi di atas goa vertikal itu dan kami tak tahu harus bagaimana setelah ini , kalau kami turun ke sana kemungkinan besar Lembuswana yang menghuni goa itu akan langsung menyerang kami , lebih baik kami tetap berada di angkasa sambil menunggu Lembuswana itu keluar dari goa.

Renggo : “ gw sama jalu dulu langsung masuk ke goa itu vig , gak taunya langsung diserang sama lembuswana “

Me : “ trus ini kita nunggu berapa lama ? “

Renggo : “ tungguin bentar aja “

Kami tetap melayang tinggi di angkasa dan terus menunggu Lembuswana penghuni goa itu muncul , namun lama lama kami merasa bosan karena makhluk yang kami tunggu itu tak kunjung muncul juga , akhirnya bang Renggo berniat memancing Lembuswana keluar dengan cara melempar psi ball ke dalam goa vertikal itu , resikonya kalau Lembuswana penghuni goa itu benar benar muncul maka kami akan langsung dikejar olehnya.

Me : “ gw sebenernya takut bang “

Renggo : “ kalo nunggu terus gak keluar keluar lembuswananya vig “

Me : “ trus kalo kita dikejar gimana ? “

Renggo : “ kita kabur dulu agak jauhan , kalo udah kelewat gawat baru kita balik ke badan langsung “

Dengan perasaan gamang kubiarkan bang Renggo menciptakan psi ball api yang berkobar kobar di tangan kanannya , sekejap kemudian ia langsung melemparkannya ke arah goa vertikal yang ada di bawah kami dan seketika tercipta ledakan kecil di sana “ bluuarr !!.. “ dari angkasa kami dapat melihat kobaran api yang menyala nyala di dalam goa vertikal itu , namun tak lama kemudian kami langsung terkaget seketika saat terdengar suara raungan yang begitu nyaring dari dalam goa itu “ ngggooaak !!!... “

Me : “ bbang ?!... suaranya kedengeran bang !! “

Renggo : “ siap siaga vig !!... mungkin mau keluar lembuswananya “

Kami mulai merasa tegang menunggu apa yang akan terjadi setelah ini , hingga akhirnya tanpa kami duga muncullah sesosok Lembuswana dari dalam goa itu “ ngoooaakkk !!... nggoaak !!... ngoaak !!... “ raungannya terdengar nyaring selama berkali kali saat makhluk itu mulai terbang mengibas ibaskan sayapnya , sementara kami yang masih melayang tinggi terus mengawasinya sembari berancang ancang untuk kabur.

Dengan perasaan tegang kami mengawasi sosok Lembuswana yang baru saja keluar dari dalam goa itu , namun tanpa kami duga tiba tiba makhluk itu terbang melesat ke arah kami yang masih melayang tinggi di angkasa.

Me : “ bbang !!... lembuswananya mau ngejar kita bang !! “

Renggo : “ aayo buruan kabuur vig !!!... “

Dengan panik kami langsung kabur tak tentu arah sementara sosok Lembuswana itu masih terbang mengejar di belakang kami “ ngooakk !!... ngooaakk !!... “ raungannya terdengar nyaring memecah kesunyian hutan Kutai yang begitu luas ini , saat mendengarnya nyaliku semakin menciut dan kepanikanku terasa kian menjadi jadi.

Renggo : “ terus vig !!... yang cepet terbangnya !! “

Me : “ iiya bang ! “

Kami terus terbang melesat ke arah timur sementara sosok Lembuswana itu ternyata masih mengejar kami , saat kutengok ke belakang hanya terlihat siluet tubuhnya yang cukup besar serta kibasan sayapnya yang seperti rajawali , sungguh tak bisa kubayangkan kalau kami sampai terkejar oleh makhluk mengerikan seperti itu.

Tak jauh di depan ada perbukitan kecil dan kami memutuskan untuk mendarat di sana , dengan cepat kami melesat turun menembusi lebatnya pepohonan sebelum akhirnya kami menemukan celah celah goa yang menganga di bawah bukit , langsung saja kami masuk dan bersembunyi di celah goa yang penuh dengan kelelawar ini.

Me : “ masih ngejar gak bang ?! “

Renggo : “ gak tau vig “

Kuharap Lembuswana itu tak lagi mengejar ngejar kami tapi ternyata raungan suaranya masih terdengar di sekitar bukit ini “ nggooakkk !!.... ngooakk !!.... “ ketika kami melongok keluar tampak makhluk besar itu sedang melayang rendah di atas pepohonan.

Me : “ kalo lembuswananya ke sini gimana bang ? “

Renggo : “ tenang aja , ayo masuk goa lagi “

Lebuswana itu masih terbang rendah di atas pepohonan yang letaknya tak jauh dari celah goa ini , aku tak bisa membayangkan kalau makhluk itu sampai ke sini dan menemukan kami yang sedang bersembunyi , apalagi celah goa ini cukup lebar untuk dimasuki Lembuswana yang berbadan singa itu.

“ Ngoaakk !!... ngooakk !!.... " suara raungan itu terdengar semakin nyaring dan membuat ketegangan terasa kian menjadi jadi , apalagi bang Renggo mendeteksi keberadaan energinya yang katanya semakin dekat dengan celah goa tempat kami bersembunyi ini.

Renggo : “ kayaknya udah ndarat vig “

Me : " kita gimana ini bang ?!.. apa balik ke badan langsung aja ? “

Renggo : “ jangan dulu vig , itu kita ngumpet di balik batu gede aja , ntar kalo lembuswananya lewat sini gak bisa lihat “

Meskipun keadaan terasa semakin menegangkan namun kami urung meniatkan diri kembali ke tubuh masing masing , ada rasa penasaran yang seolah membuat kami tetap ingin bermain main dengan bahaya , sementara yang bisa kami lakukan saat ini hanyalah bersembunyi di balik bebatuan besar yang ada di dalam celah goa ini.

Renggo : “ tenang ae vig , kalo lembuswananya lewat sini gak bakal bisa lihat kita “

Me : “ moga aja aman bang “

Ketegangan terasa kian menjadi jadi saat suara raungan Lembuswana itu terdengar semakin nyaring “ ngooakkk !!... ngooakk !!.... “ sepertinya makhluk itu sudah ada tepat di sebelah celah goa ini dan tak lama lagi akan segera tiba di sini.

Me : “ medeni bang !!. “

Renggo : “ sstt !!.. pokoknya tenang vig ! “

Apa yang kurasakan saat ini adalah ketegangan yang bercampur dengan rasa penasaran yang sama sama besarnya , apalagi sewaktu terbang tadi aku tak dapat melihat wujudnya dengan lebih jelas , kini entah mengapa aku jadi merasa tak sabar menunggu makhluk itu melintas di depan celah goa ini , walaupun sebenarnya aku juga semakin dicekam ketegangan yang terasa kian menjadi jadi.

Belum pernah aku merasa setegang ini , terlebih saat makhluk berbadan singa dan berkepala gajah itu akhirnya benar benar melintas di depan celah goa ini “ nggoaak !!.... ngooaak !!.... “ raungannya terdengar nyaring menggema dan membuatku nyaris kehabisan nyali , namun dengan sedikit keberanian aku mencoba untuk mengintipnya dari balik batu besar tempatku bersembunyi , aku ingin tau seperti apa wujud Lembuswana kalau dilihat dari jarak sedekat ini.

Kulihat makhluk itu wujudnya sama persis dengan patungnya , dengan tinggi kurang lebih 10 meteran makhluk itu benar benar terlihat besar dan menakutkan , apalagi kalau melihat kepalanya yang berbentuk gajah dengan sepasang gading tajam yang begitu panjang mencuat ke depan , sementara di atas telinganya ada sepasang tanduk kerbau yang juga tampak panjang dan tajam tajam , saat kuamati kakinya tampak cakar cakar mirip rajawali dan sebagian tubuhnya yang berbentuk singa dipenuhi sisik sisik kehitaman yang tampak kasar , sungguh aku masih tak percaya kalau sekarang aku sedang melihat sosok Lembuswana yang benar benar hidup dan bergerak , bukan lagi sekedar patung yang hanya diam menghiasi pulau Kumala dan dijadikan objek foto para turis.

“ Ngoaakkk !!.... ngooakk !!.... “ makhluk besar itu meraung raung dengan nyaring di depan celah goa ini sebelum akhirnya berlalu meninggalkan kami yang masih bersembunyi di balik bebatuan besar “ ngooak !!... ngooakk !!... “ raungannya perlahan mulai terdengar semakin lirih dan sepertinya makhluk itu sudah berjalan semakin jauh , lega sudah rasanya kami bisa selamat bersembunyi di dalam celah goa ini.

Renggo : “ slamet vig , untung gak masuk ke sini tadi “

Me : “ gendheng !!... ndredeg bos “

Meskipun keadaan sudah aman tapi kami masih belum berani keluar dari celah goa ini , kami khawatir kalau Lembuswana itu masih belum pergi dari perbukitan sekitar ini dan mungkin akan mengejar kami lagi saat pulang nanti , lebih baik kami berdiam diri dulu di sini sambil melepaskan sisa sisa ketegangan yang masih terasa.

Me : “ gila bos !!.. serem kayak gitu wujudnya “

Renggo : “ sekarang lu udah tau sendiri kan kayak apa lembuswana itu “

Me : “ tapi kok gak ada mahkotanya ? “

Renggo : “ itu lembuswana gak ada yang punya lagi vig , kalo jaman kerajaan dulu dipakein mahkota “

Entah raja seperti apa yang sanggup menaklukkan makhluk besar mengerikan seperti itu , kurasa di jaman sekarang sudah tak ada lagi orang sakti yang sanggup menaklukkan dan menjadikan Lembuswana sebagai khodam , kini makhluk itu tak lebih sekedar makhluk liar tanpa tuan.

Saat kembali ke tenda kulihat Irfan sudah tertidur pulas sementara api unggun juga sudah padam , kini aku dan bang Renggo merokok di perahu ces sambil membahas kejadian barusan.

Renggo : “ gw jamin lu gak bakal bisa lupa sama lembuswana tadi vig “

Me : “ ini yang paling serem bang , baru sekarang gw liat yang kayak gitu “

Renggo : “ orang taunya lembuswana cuma mitos doang , lha kalo kita udah liat sendiri kan ? “

Me : “ gak taunya serem banget lembuswana yang asli , gendheng tenan bos !! “

Renggo : “ lu tulis tuh ceritanya di kaskus , biar orang bisa baca “

Sejak menguasai kemampuan astral projection aku telah menjumpai bermacam makhluk yang oleh orang awam hanya dianggap sebatas mitos belaka , terlebih sosok Lembuswana tadi adalah makhluk paling mengerikan yang pernah kujumpai di alam astral , sungguh merupakan pengalaman berharga bisa menjumpainya di hutan Kutai ini dan akan segera kutuliskan ceritanya di Kaskus.

16 Des 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar