Sejak mengetahui titi wanci kapan terjadinya megathrust di laut selatan Jawa aku dan rekan rekan memilih untuk menerapkan sikap silenzio stampa yang berarti kami dituntut untuk diam dan tidak memberitahukan apa apa kepada khalayak awam , kami sudah paham bahwa orang orang awam akan sulit untuk percaya dan akhirnya malah menyudutkan posisi kami dengan bermacam argumen , biasanya kami dibilang menebarkan hoax yang meresahkan masyarakat atau dibilang musrik mendahului kehendak tuhan , itulah alasannya kenapa kami memilih untuk bersikap silenzio stampa agar kami tidak menyia nyiakan waktu hanya untuk berurusan dengan orang orang awam yang pikirannya bebal , lagipula kami juga menyadari bahwa waktu yang kami punya tidaklah banyak sehingga kami harus bisa memanfaatkannya sebaik mungkin , akhirnya kami mulai pontang panting mempersiapkan banyak hal yang diperlukan untuk mengantisipasi terjadinya megathrust selatan Jawa , sebagian dari kami terus menjalankan protokol HELLo tHERE sementara sebagian yang lain memilih bersiap siap meninggalkan pulau Jawa dan melanjutkan hidup di pulau lain seperti Madura , Kalimantan atau Riau , di benak kami jika skenario terburuk benar benar terjadi maka sudah pasti Jawa akan lumpuh total dan sulit untuk bisa recovery secara cepat , tetapi jika skenario terburuk itu tak terjadi berarti masih ada harapan kalau Jawa tidak akan terlalu hancur dan bisa segera recovery secepatnya , aku sendiri masih mengharapkan tidak sampai terjadi skenario terburuk sehingga aku dan keluargaku hanya perlu mengungsi sebentar ke pulau b****n lalu setelah itu kembali lagi melanjutkan hidup di kota Batu , biar bagaimanapun aku masih ingin hidup di Jawa walaupun Bang Renggo sudah berniat membantu kalau aku ingin mengajak keluargaku pindah ke Banjarmasin.
Mengenai persiapanku saat ini aku hanya melakukan semampuku saja , protokol HELLo tHERE hanya kuterapkan seperlunya buat berjaga jaga kalau situasi sudah benar benar diluar perkiraan , contohnya urusan penimbunan stok logistik makanan baru akan kulakukan mulai awal tahun 2023 dan nantinya akan kubawa sebagian saat mengungsi ke pulau b****n , sementara kompor biogas beserta stok bahan bakar gas metana baru akan kubeli sebelum berangkat mengungsi , selain itu instalasi solar panel yang sudah kupesan masih dalam tahap pengerjaan dan nantinya akan segera kupasang di rooftop rumah , terakhir aku berusaha mengejar target agar saat pertengahan tahun 2023 simpanan emasku bisa mencapai 2 kg lebih dan akan kucairkan sekian ratus gram buat pegangan uang tunai selama masa mengungsi ke pulau b****n , aku dan rekan rekan di Jawa Timur tidak tahu akan berapa lama mengungsi di sana , yang jelas jika situasi di Jawa Timur sudah membaik kami akan segera kembali ke kota masing masing dan berusaha melanjutkan hidup lagi , tetapi jika situasi di Jawa Timur sudah benar benar lumpuh total secara berlarut larut maka tak ada pilihan lain bagi kami selain harus melanjutkan hidup ke luar Jawa.
Kalimantan Selatan akan menjadi tempat kami melanjutkan hidup jika Jawa sudah benar benar lumpuh total berkepanjangan , selain Banjarmasin kami juga sempat melihat lihat kota kota seperti Barabai , Amuntai , Kandangan , Tabalong , Banjarbaru , Martapura dan sekitarnya yang menurut kami cocok digunakan sebagai tempat tinggal baru untuk melanjutkan hidup , terus terang kami khawatir dengan situasi di pulau Jawa pada tahun tahun mendatang karena bukan hanya megathrust selatan Jawa saja yang menjadi ancaman , masih ada megathrust di selat Sunda dan meletusnya gunung gunung berapi di Jawa secara besar besaran yang diakhiri dengan peristiwa bencana Jowo Tugel , rentetan bencana demi bencana itu pada akhirnya akan membuat situasi di pulau Jawa kacau balau dan semakin diperparah dengan cuaca extreme , mutasi virus corona , kisruh politik , krisis ekonomi , kerusuhan huru hara dan berbagai kekacauan lainnya , menurut dawuh para Pinisepuh semua itu akan terjadi mulai tahun 2023 hingga tahun 2025 dan benar benar mencapai penghabisan pada tahun 2027 , sejalan dengan timeline masa Tribulation seven years dimana saat saat paling berat adalah ketika memasuki tahun tahun terakhir bertepatan dengan pergerakan bumi yang sudah hampir keluar dari garis photon belt.
Aku dan rekan rekanku sudah tidak sanggup membayangkan bagaimana caranya mengantisipasi masa terberat itu , sejauh ini kami hanya mempersiapkan diri untuk mengantisipasi megathrust selatan Jawa dan kami tak tahu harus bagaimana lagi setelah itu , tak heran kalau belakangan ini kami kelihatan seperti orang stress yang uring uringan sendiri karena kebanyakan beban pikiran , kami tidak bisa merasakan hidup normal dan bersikap santai santai saja seperti orang orang kebanyakan yang tidak tahu apa apa , suka tidak suka kami harus menanggung semua beban pikiran dan segenap rasa takut mengenai apa yang akan terjadi di masa mendatang , tapi setidaknya kami berusaha mengolah rasa takut itu menjadi tindakan tindakan nyata untuk persiapan antisipasi.
Meskipun keadaan di masa mendatang akan terasa berat tapi kami semua menerimanya sebagai suatu ketetapan iradat yang pasti terjadi dan harus dijalani dengan sikap nriman ing pandum , kami berserah dengan apa yang akan terjadi namun kami tidak diam dan terus beriktiar mempersiapkan apa saja yang perlu dipersiapkan , kami bukan seperti orang orang awam yang tak pernah siap mengantisipasi karena sikap yang cenderung meremehkan , peringatan demi peringatan dari BMKG sering dianggap angin lalu dengan alasan peralatan manusia tidak bisa memprediksi kehendak tuhan , memang benar peralatan secanggih apapun tak ada yang bisa memprediksi bencana secara akurat tapi setidaknya hanya itu satu satunya cara untuk mengetahui tanda tanda terjadinya bencana yang diharapkan bisa meningkatkan kesadaran orang untuk siap mengantisipasi , lucunya lagi orang orang awam yang mengaku beriman itu merasa yakin kalau bencana tak akan terjadi karena mereka sudah berdoa kepada tuhan , padahal mereka tidak menyadari bahwasanya bencana demi bencana merupakan ketetapan iradat yang terus berproses melalui mekanisme hukum alam hingga lambat laun pasti terjadi juga , doa doa yang demikian tak lebih sekedar doa remeh yang mencerminkan sifat orang yang takut mati atau takut kehilangan segala galanya dan sekaligus merupakan bentuk kesombongan karena merasa dirinya paling beriman hingga bisa mendikte tuhan untuk menuruti kemauannya , lagipula orang orang yang mengaku beriman belum benar benar teruji keimanannya kalau belum mengalami cobaan seperti bencana alam , nantinya kalau bencana alam benar benar terjadi orang orang semacam itu mungkin akan mati walaupun mereka tidak pernah siap mati , kalaupun masih hidup mereka akan dipaksa merasakan betapa pahitnya kehilangan keluarga dan harta benda karena tak pernah mempersiapkan diri untuk mengantisipasi , itulah caranya alam mengajarkan ilmu ikhlas kepada manusia manusia yang lalai.
Vigo
Juni 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar