Gang Dolly yang sudah lama dipunahkan Ibu Risma ternyata tidak benar benar punah sepenuhnya , saat aku dan Bang Priono datang selepas maghrib ternyata masih ada segelintir balon balon berbaju minim yang menjajakan diri dengan malu malu , mereka duduk berjejeran di teras rumah rumah yang kami lewati sambil terus bertanya " mas kate mbalon tha ?!.. " tentu saja kami menolak dan terus berjalan melewati mereka , tujuan kami ke sini bukan untuk mbalon tapi untuk menemui klien sekaligus teman kami seorang pria cina kaya yang bernama Cak Roi , katanya ia sedang mengkoordinir anak buahnya yang tinggal di sekitaran Dolly karena nanti malam kami semua akan pergi ke pelabuhan Tanjung Perak untuk melakukan suatu misi penting yang mungkin cukup berbahaya , kami harus mengambil barang kuno selundupan peninggalan dinasti Han yang disimpan di dalam peti kemas milik bos kapal kargo bernama Hartanto , dia sengaja menahan barang pesanan Cak Roi itu karena ingin dibayar lebih banyak , tapi Cak Roi yang sudah habis duit banyak tidak sudi membayarnya dan memilih untuk mengambilnya secara diam diam pada saat tengah malam nanti.
Setelah mengubek ubek gang demi gang akhirnya kami berdua menemukan Cak Roi sedang ngopi di warung bareng 6 orang anak buahnya yang bertampang preman , jelas mereka semua adalah para bonek yang tidak kenal takut dalam urusan aksi kekerasan , kebetulan nanti malam misi kami cukup berbahaya karena Hartanto kabarnya menyiagakan beberapa anak buah untuk berjaga jaga di Tanjung Perak , karena itulah Cak Roi juga membekali anak buahnya dengan pistol berkaliber 9 mm yang terselip di antara pinggang celana , rasanya jiper juga duduk bersama mereka seperti seolah olah kami sedang nongkrong bareng geng mafia.
Cak Roi : " yok opo koen koen sek tas teko yah mene rek ? "
Priono : " iyo ndek mau macet cak , sek kesel iki awakku "
Me : " howone sumuk yo cak , wetengku luwe sisan "
Cak Roi : " yo wes santai ae podo mangan disek karo leren "
Cak Roi langsung memesan lontong balap buat kami berdua , karena sudah kelaparan kami langsung menyantapnya cepat cepat sementara Cak Roi menghisap rokoknya sambil membahas lagi rencana besar yang akan kami lakukan nanti malam.
Cak Roi : " peti kemase wes didekek ndek tanjung perak , warnane putih tulisane maersk "
Priono : " trus kuncine peti kemas digowo anak buahe hartanto ? "
Cak Roi : " iyolah , anak buahe jogo ndek tanjung perak , onok kantore ndek kono "
Me : " nek awake dhewe enek opo opo ndek kono yok opo cak ? "
Cak Roi : " ora ora ojo wedi , iki lho anak buahku tak cekeli pistol siji siji "
Priono : " podo melok kabeh iki ngko ? "
Cak Roi : " iyolah melok kabeh , ngko nek enek opo opo seng liyane yo standby ndek sekitaran "
Mungkin nanti malam misi besar kami akan terasa menegangkan seperti film action , walaupun cukup berbahaya tapi aku juga merasa tertantang ingin ikut dalam misi ini , apalagi Cak Roi menjanjikan akan memberi bonus besar kalau sampai misi ini berhasil dituntaskan , semoga saja kami bisa menuntaskannya dan kemudian segera kembali ke Malang dengan angka rekening yang bertambah sekian digit.
Sepiring lontong balap sudah habis kusantap , sekejap kemudian aku langsung menyeruput es buah sambil bertanya pada Cak Roi mengenai barang kuno peninggalan Dinasti Han yang akan kami ambil nanti malam , aku penasaran sebenarnya benda apa itu sampai Cak Roi tidak pernah mengatakannya secara detail , ia selalu bilang kalau itu adalah benda kuno keramat yang sudah turun temurun berpindah pindah tangan selama ribuan tahun dan selalu menjadi incaran para kolektor artefak , mulai Dr Sun Yat Sen , Mao Tse Dong , Chiang Kai Sek , hingga aktor aktor beken mandarin pernah mencoba memburu benda itu di pasar gelap , terakhir benda itu sempat dimiliki oleh aktris Li Bing Bing namun para pencuri berhasil mengambil dari rumahnya , dari tangan para pencuri itulah Cak Roi bertransaksi melalui perpanjangan tangan orang orang Hartanto di Taiwan , Cak Roi harus mengeluarkan uang 8 milyar untuk mendapatkan benda kuno selundupan itu tetapi Hartanto menahannya karena ia ingin dibayar dua kali lipat sementara Cak Roi merasa keberatan , sungguh benar benar membuat penasaran sebenarnya benda apa yang dibeli semahal itu oleh Cak Roi.
Me : " aku sek penasaran cak , barange iku sakjane opo ? "
Priono : " iyo cak aku yo penasaran terus , mosok awake dhewe ora entuk ngerti barange opo "
Cak Roi : " yo wes saiki mergakno koen koen kabeh wes ndek kene tak jelasne sisan ae "
Priono : " ndang jelasno seng nggenah cak , penasaran puol aku iki cak "
Cak Roi : " sakjane iku barange medeni , soale iku mumi garing soko dinasti han "
Me : " mumi garing cak ? "
Cak Roi : " iyo mumi garing wes ewunan taun , garing koyok kayu bentuke "
Priono : " mumine sopo iku cak ?!.. kaisar dinasti han ? "
Cak Roi : " oh uduk iku mumi biksu , mbiyen semedi ngasi mati dadi mumi "
Me : " mumi biksu koyok ndek mongolia iku tha cak ? "
Cak Roi : " iyo tapi umure luweh tuwek maneh wes ewunan taun "
Priono : " iku mumi biksune kate diapakno ngko ?!.. lapo awake dhewe mbok kongkon nang suroboyo njukuk mumi iku ?! "
Cak Roi : " ngene lho , mumi iku sakjane ora mati , tapi lagi kondisi tukdam "
Me : " tukdam ki piye cak ?!.. sek enek nyowone tha ? "
Cak Roi : " yo iku nek nyowo wes ora enek , tapi jasade biksu iku onok doyo energine kuat puol , masalahe selain onok daya energine jasade biksu iku yo enek kutukane , enek sawabe , yo iku tugase koen koen iku nggo ngilangi kutukane , lak koen koen kabeh iso ajian tenogo dalam mbiyen nate ngilangi sengkolone anakku "
Kupikir benda kuno peninggalan dinasti Han itu adalah sebuah guci atau pedang kuno yang bertuah , siapa sangka kalau ternyata benda itu adalah sesosok mumi kering seorang biksu yang sudah lama bersemedi hingga akhirnya menjadi mumi yang mengering , kata Cak Roi mumi itu berkondisi tukdam atau tidak benar benar mati , mumi biksu itu masih mengandung daya energi yang kuat dan sekaligus juga mengandung kutukan yang entah seperti apa dampaknya , sementara aku dan Bang Priono yang berkemampuan mengolah tenaga dalam Chi ditugaskan untuk menghilangkan kutukan pada mumi itu , kami tak tahu akan diapakan mumi itu kalau kutukannya sudah kami hilangkan.
Priono : " trus nek kutukane wes diilangi kate diapakno mumine ? "
Cak Roi : " nek iku rahasia , tak jelasne nek urusane wes rampung "
Entah kami tidak tahu mumi biksu itu nantinya akan diapakan Cak Roi , saat ini kami harus segera bersiap siap berangkat ke Tanjung Perak untuk melaksakan misi penting mengambil mumi biksu itu , selepas jam 8 malam kami semua beranjak meninggalkan kawasan Dolly dengan menumpangi mobil Nissan Juke milik Cak Roi , anak buahnya yang berjumlah 6 orang ikut bersama kami sementara di Tanjung Perak sudah ada beberapa anak buah yang standy by memata matai situasi di sana.
Nissan Juke yang dikemudikan Cak Roi baru saja melewati gedung Lindeteves , di tengah keramaian kota Surabaya kami terus melaju hingga akhirnya tiba di sekitar pelabuhan Tanjung Perak yang masih tampak ramai pada jam 10 malam , kulihat masih banyak truk trailer keluar masuk sambil mengangkut peti kemas besar , sejenak Cak Roi menghentikan laju mobilnya dan mengajak duduk duduk di depan toko , ia ingin menelpon anah buahnya yang berada di dalam pelabuhan untuk memastikan keamanan situasi di sekitar kantor Hartanto.
" cuuk !!... yok opo ndek kono ?!... sek akeh tha wonge ?!? " Sambil merokok Cak Roi menelpon anak buahnya berkali kali , tiap sekian menit ia terus menelepon sampai berbatang batang rokok habis ia hisap , hingga pada jam 11 malam lewat ia akhirnya mendapat telpon dari anak buahnya yang mengabarkan kalau situasi di kantor Hartanto sudah sepi , tanpa berlama lama lagi kami semua langsung naik mobil dan kemudian bersiap siap menyatroni kantor Hartanto.
Setelah melewati penjagaan petugas pelabuhan mobil Cak Roi terus melaju hingga sampai di area bongkar muat peti kemas , kulihat ada banyak peti kemas yang saling bertumpuk tumpuk sementara di tepi laut ada beberapa crane tinggi yang masih sibuk menurunkan peti kemas dari kapal kapal kargo , bagi orang seperti diriku melihat suasana seperti ini adalah hal yang langka jadi wajar saja kalau aku cukup terkagum kagum.
Laju mobil berhenti tak jauh dari deretan kantor kargo ekspedisi , begitu turun dari mobil kami disambut 3 orang berbadan tegap yang menjadi informan Cak Roi , setelah berbincang bincang sebentar akhirnya kami semua bersiap mendatangi kantor Hartanto yang tampak sepi , tak ada siapa siapa di luar selain beberapa orang sopir truk yang sedang duduk duduk menunggu muatan , begitu kami tiba di depan kantor para sopir itu disuruh pergi oleh Cak Roi karena kami semua akan segera bersiap memasuki kantor Hartanto , anak buah Cak Roi semuanya sudah siap menggenggam pistol masing masing sebelum akhirnya Cak Roi menendang pintu depan dan terlihatlah beberapa orang yang sedang sibuk di depan komputer.
" Angkat tangan kabeh !!.. meneng kabeh podo angkat tangane !!.. " beberapa orang yang duduk di depan komputer langsung mengangkat tangan dengan muka ketakutan , sementara Cak Roi dan anak buahnya terus menodongkan pistol ke hadapan mereka sambil membentak bentak kasar " endi kuncine peti kemas maersk putih ?!?.. cepet jupuken kuncine cuk nek ora tak dor endasmu modar koen !!!.. " Cak Roi sudah tau kalau barangnya ditaruh di dalam peti kemas putih bertuliskan Maersk , kini ia terus menyuruh orang orang yang ditodongnya agar segera menyerahkan kunci peti kemas itu.
" Ndak tau om !!.. ampuun om !!... kita ndak tau kuncinya dimana om !!.. " dengan penuh ketakutan orang orang yang ditodong hanya bisa berkata tidak tau , entah mereka memang tidak tau atau pura pura tidak tau yang jelas Cak Roi mulai marah sampai ia menggetok kepala orang yang ditodongnya dengan gagang pistol " taakk !!... adduuh omm !!.. aampuun om... " kepala orang itu langsung berdarah darah setelah digetok Cak Roi , ia tersungkur di meja sambil terus memegangi kepalanya dengan raut muka kesakitan " aaadduuhh !!.. aduuh !!... sakiit oom !!.. "
Cak Roi : " situ mau kepalanya tak pecahin ?!.... wes ndang cepet kasih tau mana kuncinya ?! "
Orang : " aampun oomm aampun !!... saya mau kasih tau kuncinya om asal saya jangan diapa apain ya om !.. "
Akhirnya orang yang ditodong Cak Roi itu mau mengaku juga , sambil terus ditodong ia berjalan ke ruangan belakang kantor dan kemudian kembali lagi ke ruangan depan sambil membawa beberapa kunci besar buat peti kemas , tak lama kemudian ia memilah milah kunci itu di meja sebelum akhirnya ia menyerahkan salah satu kunci kepada Cak Roi.
Orang : " iinii oom !!.. iinii kuncinya peti kemas putih maersk om !... "
Cak Roi : " yo wes kene !!.. awas nek keliru tak door endasmu modiar kon !! "
Orang : " aampun om !!.. percaya om percaya !!.. "
Cak Roi segera mengambil kunci besar itu dan kemudian mengajak aku dan Bang Priono untuk keluar dari ruangan kantor , dengan tergesa ia mengajak kami dan beberapa anak buahnya berjalan menuju tumpukan peti kemas yang berjejeran tak jauh dari kantor , sementara sebagian anak buahnya ditinggal di kantor agar tidak ada orang orang Hartanto yang kabur.
Hanya sebentar berjalan kami sudah tiba di tumpukan peti kemas yang saling berjejeran , dengan was was kami celingukan mengawasi keadaan tapi ternyata tak ada anak buah Hartanto yang berjaga di sini jadi kami santai saja mencari cari peti kemas putih bertuliskan Maersk yang ternyata ditaruh di tempat paling ujung , tanpa berlama lama Cak Roi langsung membuka pintu peti kemas sampai akhirnya terlihatlah bermacam kardus kardus barang elektronik yang tersimpan di dalam peti kemas , di saat bersamaan aku dan Bang Priono mulai merasakan adanya pancaran daya energi panas dari salah satu kardus , setelah kami cari cari ternyata pancaran daya energi panas itu berasal dari sebuah kardus mesin cuci yang tertumpuk di antara kardus kardus lainnya , sudah bisa dipastikan kalau mumi biksu itu tersimpan di kardus mesin cuci.
Cak Roi : " temenan karduse mesin cuci onok daya energine ? "
Priono : " iyo temenan , aku wes kroso iki "
Me : " kroso panas cak energine "
Cak Roi : " ayo ndang dibongkar trus langsung diilangi kutukane "
Dengan hati hati anak buah Cak Roi memindahkan kardus mesin cuci itu keluar dari peti kemas , setelah itu mereka mulai membuka segel segelnya dan kemudian kami semua mendapati sebuah kotak kayu yang dipaku hingga tidak bisa dibuka , karena tidak ada alat untuk membukanya lebih baik kami membawanya pergi dulu agar nanti bisa dibuka di rumah Cak Roi.
Sambil membawa peti kayu kami semua kembali ke kantor Hartanto , para anak buah sudah disuruh keluar sementara orang orang Hartanto yang masih ketakutan ditemui lagi oleh Cak Roi " bilang sama bosmu si hartanto gemblung !!.. ora usah gawe masalah karo aku !!... wani gawe masalah karo aku yo tak habisi sisan iku bosmu si hartanto gemblung !!.. paham koen koen kabeh ??!!... " orang orang di kantor Hartanto hanya bisa menganggukan kepala setelah diberi peringatan keras oleh Cak Roi , setelah itu kami semua langsung beranjak keluar dari kantor dan kemudian bergegas masuk ke mobil sambil membawa kotak kayu yang digotong oleh anak buah Cak Roi , kotak kayu itu ditaruh di belakang mobil sementara aku dan Bang Priono yang duduk di deretan jok tengah terus merasakan pancaran daya energi panas dari kotak kayu itu , kami berdua mulai berkeringat meskipun AC dalam mobil dinyalakan , sudah pasti kalau mumi biksu yang ada dalam kotak itu benar benar mengandung daya energi yang begitu kuat sekaligus juga mengandung kutukan yang tidak kami ketahui seperti apa.
Vigo
Mei 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar