LIVING IN BATU CITY - a New Beginning

 


Sebenarnya aku sedang menempuh study magister S2 di kampus pasca sarjana UIN , sama sekali belum terpikir untuk menikah karena secara ekonomi aku merasa belum cukup mapan , apalagi selepas resign dari pekerjaanku sebelumnya aku tidak lagi punya sumber pemasukan dan hanya mengandalkan uang simpanan saja , keadaan seperti ini sempat membuatku bingung uring uringan sementara orang tua pacarku terus mendesak agar aku cepat cepat melamar anaknya yang sudah kupacari selama 3 tahun lebih , untung ada teman lamaku di Banyuwangi yang menjadi eksportir ikan laut kecil kecilan , ia mengajakku menjadi investor untuk menambah modal agar kuota ekspornya meningkat , atas dasar persahabatan dan kepercayaan akhirnya kutanamkan seluruh uangku padanya yang setahap demi setahap mulai menampakkan hasil , dari bisnis ini aku tak cuma bisa membiayai kuliahku sendiri tapi juga menjadikan taraf hidupku berada dalam kondisi well established , aku jadi percaya diri untuk melamar pacarku dan kemudian langsung menikahinya , ijab qabul di sebuah masjid di daerah Pejaten Timur telah mensahkan status kami sebagai sepasang suami istri , kami telah sah menikah baik secara agama maupun negara.

Saat mengawali kehidupan di kota Batu kami menempati rumah kecil peninggalan Belanda yang dijual murah oleh pemiliknya , namun meskipun murah tetap saja aku tak punya cukup uang untuk membelinya , uangku sudah terlanjur habis untuk modal bisnis ikan dan juga biaya kuliah , untung mertuaku memberi subsidi dana hasil penjualan unit apartemennya sehingga rumah peninggalan Belanda itu bisa kubeli dengan lunas , rumah bergaya kolonial itu memang sesuai seleraku namun kondisinya sungguh sangat terbengkalai tak karuan , tembok temboknya kusam dipenuhi lumut sementara halamannya berkalang tanaman liar , belum lagi bagian dalamnya yang tampak kotor seperti rumah hantu , butuh waktu berhari hari untuk membersihkan semuanya dan kemudian langsung kutinggali bersama istriku , lokasinya berada di daerah Bumiaji yang suasananya terasa tenang dan jauh dari keramaian , di sini hanya ada hamparan sawah dan kebun sayur yang tentunya sangat elok untuk dilihat sehari hari , belum lagi hawanya dingin dan tak ada polusi sama sekali , sungguh sangat nyaman tinggal di sini bila dibandingkan dengan saat tinggal di Jakarta , di sinilah aku dan istriku akan memulai kehidupan baru dalam suatu keluarga yang Insya Allah akan selalu bahagia.

Vigo 
Juni 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar