Belakangan aku baru mengetahui kalau di sekitar pabrik tekstil PT Wastra terdapat suatu blumbang atau sendang yang katanya sangat angker , konon sejak jaman dulu blumbang yang disebut Macari itu dihuni oleh sesosok siluman buaya putih dan juga arwah korban pembantaian PKI pada tahun 1965 , bahkan temanku Odji yang merupakan warga kota Batu asli juga sudah sering mendengar cerita cerita miring mengenai keangkeran blumbang itu.
Odji : " mbiyen pas sek sekolah nek awan awan kerep adus mrono sam "
Me : " trus enek opone neng kono ? "
Odji : " nek aku dhewe rung nate pethuk seng aneh aneh , tapi arek arek liyane seng wes nate ngerti dhewe penampakane "
Me : " penampakan opo ??... boyo putih ?? "
Odji : " iyo sam , boyo putih nglangi ketok soko kadohan , trus onok tugelan tangan , sikil , utowo sirah podo kampul kampul nang mbanyu "
Me : " angker temenan berarti yo ? "
Odji : " nek perkoro angker wes kaet mbiyen wong wong mbatu podo ngerti sam "
Rasa penasaran membuatku tertantang untuk ngastral ke blumbang itu , namun kali ini aku tidak sendirian ngastral ke sana karena Odji sudah bisa melakukan astral projection walaupun aku harus menunggunya selama berjam jam , ia baru berhasil melepas sukmanya menjelang tengah malam dan langsung kuajak terbang menuju blumbang Macari.
Jika dilihat saat sedang terbang lokasi blumbang itu memang sulit ditemukan karena tertutupi oleh pepohonan besar yang daunnya lebat , akhirnya kami memutuskan untuk menelusuri jalan sebelah pom bensin Lahor hingga berujung tepat di belakang komplek pabrik tekstil yang sudah kudatangi beberapa hari lalu , rupanya di sekitar sinilah blumbang Macari berada.
Blumbang ini luasnya hampir seratusan meter sementara di sekelilingnya hanya ada pepohonan lebat yang dahannya menjuntai di atas air blumbang , selain itu di dekat blumbang juga terdapat lahan kosong yang dipenuhi pepohonan pisang , kata Odji di sanalah tempat terjadinya pembantaian PKI pada tahun 1965 dimana orang orang yang menentang ideologi Nasakom dijagal dan dimutilasi satu persatu.
Odji : " seng cerito ki mbahku sam , pokoke seng ora melok nasakom podo diculik trus dibeleh ndek kono iku , seng dadi korbane ngasi atusan uwong "
Me : " trus endi tugelan awake ? "
Odji : " mbiyen arek arek nate ngerti tugelan awake kampul kampul nang blumbang , mangkane ayo saiki jajal didelok ae "
Aku dan Odji dari tadi hanya berdiri di jalan setapak pinggir blumbang sambil mengamati keadaan sekitar , karena penasaran ingin menemukan potongan tubuh korban pembantaian PKI akhirnya kami memutuskan untuk melayang rendah mengitari sekeliling blumbang yang gelap gulita , hingga tak lama kemudian Odji berteriak padaku sembari menunjukkan sesuatu yang tampak mengapung apung di permukaan air , saat dilihat dari dekat ternyata sesuatu itu adalah sepotong kepala orang.
Odji : " sirahe uwong sam , yo iku salah siji korbane pki "
Me : " iku arwahe sek urip masio mek endas thok "
Potongan kepala yang mengapung apung itu tampak melotot menatap sukma kami yang melayang di tengah blumbang , sementara mulutnya yang kemasukan air terus menggumam kata kata yang tidak jelas dan sulit untuk didengarkan.
Odji : " omong opo iku sam ? "
Me : " mboh gak krungu "
Sekejap kemudian potongan kepala itu tenggelam dan tak muncul lagi ke permukaan , namun di dekat perahu karet yang teronggok di tepi blumbang tiba tiba muncul sesosok arwah yang tidak mempunyai kepala , sosoknya hanya berwujud badan yang lehernya telah terpotong dan berlumuran darah.
Me : " delengen iku ji !!... "
Odji : " masya allah sam , opo iku awake sirah tugel ndek mau yo ? "
Sosok arwah tanpa kepala itu terduduk di perahu karet tanpa melakukan apa apa , hingga tak lama kemudian tiba tiba ia memasukkan kedua tangannya ke air lalu mulai mendayung perahu karetnya ke arah kami yang masih melayang rendah di tengah blumbang , lama kelamaan perahu karet itu semakin mendekat sebelum akhirnya terjadi sesuatu yang mengagetkan " byuuuaaarr !!!.... " air blumbang bermuncratan saat moncong buaya putih besar tiba tiba muncul dan menyambar arwah tanpa kepala yang sedang duduk di perahu karet " byuuaaar !!.. " dalam waktu singkat moncong buaya putih besar itu langsung masuk ke dalam air sambil menggigit arwah tanpa kepala.
Odji : " masya allah sam !!... kaget temenan aku mau !!... onok temenan boyo putihe sam "
Me : " ganas iku ji !!... "
Odji yang baru pertama kali melihat siluman buaya putih benar benar merasa kaget setengah mati , ia masih tak percaya kalau sosok yang sering dianggap sebatas mitos itu ternyata memang benar benar ada , bahkan saking takutnya ia langsung mengajakku melayang ke tepi blumbang.
Odji : " gak metu maneh a boyo putihe sam ? "
Me : " nglangi njero banyu ji "
Odji : " aku wedi e nek boyone metu maneh trus nyakot aku "
Kini kami hanya berdiri di tepi blumbang sambil mengamati keadaan sekitar , hingga tak lama kemudian tiba tiba muncul seekor kucing berbulu putih yang sedang berjalan di jalan setapak pinggir blumbang " meoong !... meoong !.. " sambil berjalan kucing itu mengeong ngeong dan terus memandang ke arah kami , sementara Odji merasa keheranan saat tau kalau sukma yang tak kasat mata juga bisa terlihat oleh hewan seperti kucing.
Me : " kucing ambek asu ancen iso ndelok sukmone awake dhewe "
Odji : " olalah jek tas ngerti aku sam "
Me : " ndeleng arwah , lelembut karo siluman yo iso ji "
Odji : " aneh yo mripate kucing iki sam "
" Meoong !... meoong !... " kucing putih itu terus mengeong sambil berjalan melewati jalan setapak , lama kelamaan kucing itu mulai mendekati sukma kami sebelum akhirnya mencoba untuk menyentuhkan kepalanya di kaki kami.
Odji : " ndusel ndusel sam kucinge !.. dikiro awake dhewe iki uwong seng iso didemok "
Me : " ha.. ha.. jarno ae "
Kucing ini sama sekali tak bisa menyentuh kami sementara sukma kami juga tak bisa untuk menyentuhnya , kami biarkan saja ia berputar putar di antara kaki kami sembari terus mengeong ngeong berkali kali " meoong !!... meoong !!... " hingga tak lama kemudian kucing ini tiba tiba berlari menuju pepohonan bambu lebat yang ada di dekat jalan setapak , sepertinya ada sesuatu yang muncul di sana.
Odji : " onok opo iki sam ? "
Me : " ayo diparani mrono ! "
Segera saja kami mengikuti kucing yang berlari ke pepohonan bambu itu , begitu tiba kami langsung terbelalak mendapati beberapa potong kepala orang yang teronggok di antara batang pepohonan bambu , sementara kucing putih yang bersama kami semakin nyaring mengeong sambil berusaha mencakari beberapa potongan kepala yang berlumuran darah itu " meooong !!... meooong !!... " tentu saja cakaran kucing tidak bisa menimbulkan kontak fisik karena potongan kepala itu hanyalah berwujud astral seperti sukma kami.
Odji : " iki mesti podo korban pki sam "
Me : " yo mesti iki , paling sek akeh seng liyane "
Beberapa potongan kepala itu menatap kami dengan mata mendelik , sementara mulutnya terus menggumam dan berkata kata seperti tidak terima dengan nasib yang harus berakhir tragis " lapoo ??... lapoo aku dipateni ??... opo dosoku ?!... opo doso nek ora melok nasakom ?!... " saat mendengarnya kami merasa kasihan namun tak ada yang bisa kami lakukan untuk meringankan penderitan mereka.
Beberapa potongan kepala yang berada di antara batang bambu itu tiba tiba bergerak dan menggelinding hingga tercebur ke blumbang " byuur !... byuur !... byuur !.... " kami hanya terdiam melihatnya sementara kucing putih tadi langsung pergi begitu saja.
Saat kami hendak pulang tiba tiba siluman buaya putih tadi muncul lagi " byuuaarr !!... " kali ini buaya putih besar itu keluar dari air dan mulai berjalan menuju lahan kosong di dekat blumbang , Odji sendiri merasa nggumun melihat siluman buaya putih yang tubuhnya seukuran truk itu.
Odji : " tibakno gedi yo sam boyone , ngasi koyok truk "
Me : " boyo putih roto roto sakmene gedine ji "
kami hanya melihat dari jauh tanpa berani mendekat karena makhluk itu termasuk berbahaya dan bisa mengancam keselamatan kami , kulihat siluman buaya putih seukuran truk itu terus berjalan di antara pepohonan pisang yang ada di lahan kosong dekat blumbang , tak lama kemudian buaya putih itu berjalan kembali ke blumbang dengan mulut yang menggigit potongan kaki orang , sepertinya arwah korban pembantaian PKI yang tubuhnya terpotong potong adalah makanan siluman buaya putih besar itu.
Odji : " boyone nggowo tugelan sikel sam "
Me : " yo ancen panganane iku ji "
Dengan mulut yang masih menggigit potongan kaki siluman buaya putih itu masuk kembali ke dalam air dan tak muncul muncul lagi , akhirnya kami langsung melayang meninggalkan blumbang yang ternyata memang benar benar angker itu.
Vigo
Februari 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar