Saat maghrib tiba tiba gunung Agung mengalami erupsi lagi , sementara di saat bersamaan terjadi gempa beruntun di selat Sunda , hal ini mengindikasikan bahwa muatan energi negatif yang mengalir di jalur Ring of Fire sudah mulai kembali ke selat Sunda walaupun jumlahnya masih sedikit , karena itulah gempa beruntun yang terjadi hanya di kisaran 3 SR saja.
Setelah menghubungi beberapa rekan astraler akhirnya aku melakukan astral projection pada saat dini hari tanggal 11 Januari 2019 , dari kota Batu sukmaku langsung terbang menuju kota Blitar untuk menjemput teman lamaku Bang Priono yang juga handal melakukan astral projection.
Bang Priono : " siapa aja yang ikut ? "
Me : " banyak bang , kita ke sukabumi dulu "
Tanpa berlama lama kami langsung terbang melesat menuju hotel Grand Inna yang berada di pesisiran pantai Sukabumi , saat tiba di sana sudah ada banyak astraler yang sedang berkumpul di rooftop sambil melihat lautan yang masih diselimuti kabut hitam , 2 hari lalu memang terjadi gempa di sini sehingga kabutnya masih banyak yang belum hilang dari laut.
Om Jay : " ini energinya sisa dari tanggal 22 desember , kedorong sama aliran energi yang baru nyampe dari sumatra "
Bang Priono : " lha gunung agung kok mbledos lagi jay ? "
Om Jay : " ya sama aja kayak tanggal 31 desember ini no , energinya kedorong cepet banget nyampe bali "
Mbak Zara : " nah yang dari bali itu ngalir ke sulawesi , trus lanjut ke maluku sampe kemaren kemaren kena gempa gede terus di sono "
Om Jay : " di maluku itu gempanya di atas 5 sr semua no ,
Bang Priono : " jawa timur malah belum ada gempa lagi jay , cuma lewat thok aliran energinya "
Di rooftop hotel Grand Inna kami semua terus membahas gempa demi gempa yang terjadi di berbagai daerah , sambil berbincang kami juga sedang menunggu kedatangan beberapa astraler lain yang rencananya akan ikut memantau situasi di selat Sunda , hingga menjelang jam 3 pagi akhirnya terkumpul belasan orang astraler yang berasal dari kota yang berbeda beda , tanpa buang buang waktu kami semua langsung terbang melintasi daerah Banten sebelum akhirnya tiba di tepian pantai Anyer yang masih direstorasi pasca tsunami akhir tahun 2018 kemarin.
Om Jay : " tuh liat kabutnya udah lumayan tebel "
Bang Priono : " masih panjang kabutnya jay , ini baru ngalir dari bengkulu , kalo gak salah kemaren gempa juga di sana "
Mbak Zara " masih lanjut lagi lho ngalirnya ini , di aceh paling masih ada kabutnya "
Sambil melayang kami dapat melihat kabut hitam yang cukup pekat di lautan , kabutnya terlihat masih memanjang ke arah utara dan itu berarti di dasar lautan masih ada energi negatif yang terus mengalir ke selat Sunda , karena penasaran akhirnya kami semua memutuskan untuk terbang memantau lautan di wilayah Lampung , Sumatra Barat , Nias hingga Aceh , ternyata lautan di sepanjang daerah yang kami lalui masih terselimuti kabut hitam tipis yang memanjang hingga hampir mencapai pulau Andaman dan Nikobar yang ada wilayah perairan India.
Om Jay : " panjang juga kabutnya ya , nyampe sini baru abis "
Bang Priono : " ini pulau andaman kena tsunami juga pas taun 2004 jay "
Mbak Zara : " udah deh kita mantau gunung agung aja yuk ! "
Setelah memantau lautan di sekitar Aceh kami semua langsung beralih menuju gunung Agung yang baru saja mengalami erupsi kemarin sore , dalam sekejap kami telah tiba di sana dan melihat puncak gunung itu masih mengepulkan asap tebal , tentu saja letusan gunung itu juga mengeluarkan kabut hitam yang lumayan banyak dan ikut bercampur dengan asap yang membubung tinggi di angkasa , sebenarnya ini adalah hal yang bagus karena semakin tinggi kabut hitam itu melayang maka akan ternetralisir saat mencapai lapisan ionosfer yang mengandung energi positif.
Bang Priono : " gunung kalo mbledos gede sekalian malah banyak energi negatif yang keluar jay , langsung mumbul sampek ionosfer sono "
Om Jay : " itu kayak krakatau dulu no , meleduknya gede gedean sampe abu vulkanik aja nutupin atmosfer , bumi gelap gak kena sinar matahari sampe taun taunan "
Mbak Zara : " kalo kayak gitu sama aja pendinginan global ya jay "
Om Jay : " gunung yang sekarang potensial meleduk gede udah gak ada , cuma anak krakatau itu doang yang masih bisa meleduk gede "
Setelah cukup lama mengamati gunung Agung akhirnya satu persatu astraler mulai pamit pulang kembali ke badannya masing masing , hanya ada aku dan Bang Priono saja yang masih terbang berkeliaran di selat Bali hingga akhirnya kami tiba di dermaga Muncar yang sudah tampak ramai dipenuhi para nelayan yang hendak melaut.
Bang Priono : " kalo sini kena tsunami , kesapu abis itu cermaga vig "
Me : " yo ojok bos , ntar gudang ikan gw juga ikutan ancur "
Situasi di selat Bali sebenarnya cukup mengkhawatirkan juga , apalagi kabut hitam selalu terlihat di laut sebelah selatan yang juga dilalui jalur Ring of Fire , di sanalah muatan energi negatif yang berasal dari pulau Jawa terus dialirkan menuju pulau Bali dan Nusa Tenggara , bukan tak mungkin kalau sewaktu waktu terjadi gempa cukup besar dan mungkin akan menimbulkan gelombang tsunami yang langsung menyapu pesisiran Banyuwangi , tentu saja aku sangat khawatir kalau sampai itu terjadi karena bisnis ekspor ikanku berada tidak jauh dari dermaga Muncar.
Saat adzhan shubuh berkumandang aku dan Bang Priono langsung pulang kembali ke badan masing masing , begitu terjaga aku langsung ditanyai Aline mengenai situasi di selat Sunda yang tadi kulihat saat sedang ngastral , rasanya sulit memperkirakan seberapa lama muatan energi negatif kembali mengumpul di sana hingga pada akhirnya menimbulkan bencana Sunda Megathrust yang dikhawatirkan banyak orang , namun jika melihat pergerakan aliran energi di sepanjang jalur Ring of Fire yang begitu cepat kurasa bencana besar itu akan segera terjadi dalam waktu dekat.
Vigo
Januari 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar