LIVING IN BATU CITY - Sunda Strait chapter 2

 

Pada malam minggu yang diterangi bulan purnama kuajak Om Jay wisata kulineran di alun alun kota Batu , ada banyak makanan atau jajanan enak yang kami santap sembari ngobrol ngalor ngidul , namun sepertinya Om Jay tidak terlalu menikmati karena kulihat raut mukanya tampak kurang bersemangat , selain itu ia juga lebih sering diam dan tidak banyak bercanda seperti biasanya , bisa kupastikan pikirannya saat ini sedang dilanda kekhawatiran mengenai bencana Sunda Megathrust.

Me : " masih mikirin yang kemaren ya bos ? "

Om Jay : " ya iyalah vig , gua kepikiran keluarga gw "

Me : " kalo emang beneran kejadian kira kira kapan ya bos ? "

Om Jay : " itu yang susah diperkirain , pokoknya gak lama lagi ini "

Kami tidak lama berada di alun alun , sebelum jam 9 malam kuajak Om Jay pulang ke rumah sambil kubelikan beberapa botol anggur merah , lebih baik kami minum minum saja malam ini biar pikiran bisa santai tanpa merasa terbebani dengan perkiraan bencana Sunda Megathrust.

Saat tiba di rumah kami langsung minum minum sambil nonton film yang kuputar menggunakan laptop yang tersambung dengan proyektor , namun entah kenapa Om Jay malah menyuruhku memutar film film yang bertemakan bencana alam , mulai dari 'San Andreas' , 'Krakatoa' , ' Bolgen' hingga 'Bangkit' yang dibintangi Vino G Bastian , saat menonton film film itu memang sangat terasa seperti apa keadaannya kalau bencana alam seperti gempa bumi dahsyat atau tsunami benar benar terjadi.

Om Jay : " lu lihat tuh , jakarta kalo kesentor air laut bisa klelep kayak gitu lin "

Aline : " gak kebayang lah kalo sampe kayak gitu "

Me : " makanya pindah ke mbatu , aman gak ada lautnya bos "

Acara nonton film ini berakhir saat menjelang shubuh , kami semua tertidur pulas hingga terbangun saat hari sudah siang , namun tak ada yang menyangka kalau semalam ternyata telah terjadi sesuatu di selat Sunda... saat Aline memperlihatkan layar laptopnya aku dan Om Jay baru menyadari kalau pada malam minggu tanggal 22 Desember kemarin telah terjadi tsunami yang menyapu pantai Anyer - Carita hingga daerah daerah pesisiran di Banten.

Aline : " tuh kan beneran kejadian ?! "

Me : " tapi kok cuma banten aja yang kena bos ? "

Om Jay : " lah gua juga gak ngerti "

Kami sempat berpikir kalau bencana Sunda Megathrust baru saja terjadi semalam , namun setelah membaca berita dari berbagai media kami menyimpulkan bahwa tsunami yang terjadi di selat Sunda bukanlah apa yang disebut Sunda Megathrust , menurut BMKG hanya ada gempa tremor kecil kecilan di sekitar anak gunung Krakatau , sementara tsunami yang menyapu daratan tak lebih sekedar gelombang pasang saja.

Me : " aneh tapi bos , masak gelombang pasang bisa sampe gede gitu , orang yang mati juga banyak "

Om Jay : " gw juga bingung "

Kami masih terus membaca berita dari berbagai sumber untuk mengetahui apa penyebab sesungguhnya dari tsunami di selat Sunda itu , hingga akhirnya kami membaca berita yang memberitahukan kalau anak gunung krakatau ternyata telah mengalami erupsi kecil yang menimbulkan longsoran pada lerengnya , longsoran itulah yang menyebabkan air pasang terdorong hingga menjadi gelombang tsunami yang menyapu pantai Anyer - Carita , meskipun hanya tsunami kecil tetapi sapuan gelombang itu sudah cukup untuk menghancurkan banyak bangunan dan menewaskan banyak orang , saat kubaca berita terbaru ternyata sudah ada ratusan orang yang mati atau hilang terbawa ombak , termasuk orang orang yang sedang liburan di pantai dan juga band Seventeen yang sedang manggung di sana.

Me : " orang orang yang kita lihat di pantai anyer kemaren udah pada mati bos , seventeen mati juga semalem manggung di sono "

Om Jay : " ah biarin aja mati vig "

Me : " trus kita ntar malem ngastral lagi gak? "

Om Jay : " kita ngastral sore aja , biar jelas lihat keadaannya "

Kalau hanya melihat foto atau video di internet rasanya tidak cukup memuaskan , akhirnya saat sore hari cuaca agak mendung kami langsung berangkat ngastral lagi ke selat Sunda , sama seperti sebelumnya kami harus mampir dulu di hotel Grand Inna Sukabumi untuk menjemput Mbak Zara yang kali ini mengenakan kostum serba putih.

Di tengah cuaca yang sedang mendung kami bertiga terbang melayang layang mengitari pantai Carita - Anyer , sambil terbang kami melihat lihat keadaan di bawah yang tampak kacau berantakan tidak karuan , air laut masih tampak menggenang di sejumlah lokasi , sementara rumah rumah dan bangunan banyak yang hancur hingga puing puingnya berserakan dimana mana , belum lagi di jalanan tampak dipenuhi batang pohon yang bertumbangan atau onggokan mobil dan motor yang hanyut terbawa air laut , selain itu anggota SAR , Tagana , polisi atau tentara tampak sibuk mengevakuasi orang orang yang menjadi korban.

Mbak Zara : " gak nyangka lho , baru hari jumat kita ngastral kesini eh besoknya udah ancur kayak gini "

Om Jay : " tapi ini belum sunda megathrustnya zar , kayaknya ini masih appetizernya aja "

Mbak Zara : " gua juga mikir gitu sih jay , coba liat di laut masih tebel kan kabutnya "

Kabut hitam di lautan masih tampak pekat seperti sebelumnya , biasanya setiap selesai tsunami kabut di lautan akan mereda dengan sendirinya namun untuk kali ini kabut masih tetap pekat karena tidak terjadi gempa berskala besar , sementara di kejauhan terlihat anak gunung Krakatau yang puncaknya mengepulkan asap pekat tanpa henti , gunung itu baru saja mengalami erupsi kecil kecilan yang longsoran lerengnya sudah cukup untuk menimbulkan bencana tsunami ini.

Om Jay : " kalo ini baru appetizer , berarti bentar lagi bakalan main course "

Mbak Zara : " tuh dia jay , itu baru kejadian beneran sunda megathrustnya "

Om Jay : " menurut lu kapan ? "

Mbak Zara : " susah kalo nebak kapan kejadiannya jay , kita kan main perkiraan doang "

Om Jay : " pasti bentar lagi ini zar , mungkin pas udah taun 2019 "

Mbak Zara : " ya kita lihat aja deh ntar bakalan gimana "

Tak ada yang tahu kapan bencana Sunda Megathrust benar benar akan terjadi , namun jika melihat apa yang sedang terjadi saat ini kurasa waktunya memang sudah semakin dekat , kalau nantinya benar benar telah terjadi maka tak dapat terbayangkan betapa dahsyat dampak kerusakannya.

Vigo 
Desember 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar