Celana jeansku yang telah sobek dan berlumuran darah baru saja kutanggalkan , kini aku hanya mengenakan celana boxer yang juga agak basah terkena muntahan kuntilanak merah tadi.... segera saja kuselonjorkan kedua kakiku yang terluka karena Bang Renggo mau mencoba untuk menyembuhkannya.
Niken : " ya allah vig ?!... sampe segitunya luka lu ?! "
Pendik : " rodok jeru vig "
Renggo : " udah siap lu vig ? "
Me : " sakit ngga nih bang ? "
Renggo : " gak sakit , malah anyep rasanya "
Me : " ya udah cepetan bang ! "
Entah ajian apa yang dipakai Bang Renggo kali ini , mulutnya tampak komat kamit mengucapkan mantra berbahasa Dayak sementara kedua telapak tangannya berada 5 cm di atas luka luka sepanjang betisku.
Me : " dingin bang , kayak kena es batu "
Niken : " ngga perih lagi vig ? "
Me : " perihnya sih masih nik , agak kurang aja rasanya "
Hanya sekitar 5 menitan saja prosesi penyembuhan ini berlangsung , hasilnya tidaklah benar benar sembuh total namun darah mulai berhenti mengucur dan rasa perih semakin berkurang tergantikan oleh rasa dingin.
Renggo : " nah vig , abis ini lu banyakin istirahat biar cepet nutup luka lu "
Niken : " hebat ya lu bang , pake mantra apaan sih ? "
Renggo : " ini ajian penyembuhan suku dayak ngaju nik , dulu kalo abis perang tetua adatnya pake ajian ini buat nyembuhin luka "
Niken : " gitu ya bang ?!... berapa tahun sih belajarnya ? "
Renggo : " gw diajarin engkong gw jaman sma dulu "
Steve : " ini berarti tenaga dalamnya dipake buat ningkatin kadar hemoglobin darah ya bang ? "
Renggo : " hemoglobin apaan stiv ? "
Steve : " sel buat bekuin darah bang , biar lukanya cepet nutup "
Renggo : " oh namanya hemoglobin ya stiv ?!... gak ngerti gw sama istilah begituan , ya paling kayak gitu juga prosesnya "
Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan jam 4 kurang seperempat , sebentar lagi shubuh dan penjelajahan mistis ini akan segera berakhir.... kami memutuskan untuk tetap bertahan di balkon bagian tengah ini dan menunggu adzan shubuh berkumandang.
Niken : " vig , lu gak pake celana lagi ? "
Me : " ngga deh nik , lengket semua kena darah , baunya juga anyir "
Terpaksa tak kukenakan lagi celana jeansku dan kuputuskan untuk membuangnya ke dalam bak sampah kayu yang berada di dekatku... aku sudah terlalu jijik mengenakannya lagi.
Zul : " ngga masuk angin kamu vig ? "
Me : " biarin aja masuk angin zul , nih gw titip hape sama dompet masukin tas ! "
Renggo : " eh vig ntar kalo mandi jangan kena air luka lu , ntar kalo udah pulang bersihin pake alkohol trus diperban "
Me : " gampang bang "
Saat ini yang terlintas di benakku hanyalah kasur yang empuk , selimut yang tebal dan juga secangkir kopi panas.... aku sudah tak sabar untuk segera tidur seharian dan melupakan kejadian mengerikan yang kualami tadi.
Kuhisap sebatang rokok sembari menunggu adzan shubuh berkumandang , entah kenapa di saat seperti ini waktu terasa begitu lambat.... aku benar benar sudah tak sabar untuk segera pulang , bukan ke kosanku tapi ke kosannya Memet karena kami semua akan tidur seharian di sana selepas penjelajahan mistis ini berakhir.
Zul : " ngga manggil pak jupri kamu vig ?!... kamu naek becak aja ntar "
Me : " ntar aja zul "
Kini kami semua tampak terkantuk kantuk dan kepayahan , kurasa semua personel juga sama tak sabarnya seperti diriku.... hanya tinggal menghitung menit saja dan berakhir sudah malam mencekam ini.
Renggo : " stiv ?!?.. lu ngerasa ngga ?! "
Steve : " iiya bang , di lorong kan ?! "
Renggo : " haduuh !!... kenapa nongol lagi nih ?! "
Niken : " napa bang ?!... lu deteksi energinya lagi ?! "
Renggo : " gila nih !!... nongol lagi tu kunti merah "
Niken " duh bang , masak jam segini masih nongol lagi ?! "
Renggo : " stiv ?!... lu udah kuat kan ?! "
Steve : " insya allah kuat bang "
Entah ada apa lagi sekarang ini , Steve dan Bang Renggo mendadak mendeteksi energi kuntilanak merah itu , mereka berdua langsung berdiri dan bersiap masuk kembali ke dalam lorong.
Niken : " bang ?!.. gw ikut ke lorong ya ?! "
Renggo : " gak usah , lu di sini aja sama yang lain "
Niken : " tapi bang , gw belum lihat tu kunti kayak gimana wujudnya "
Renggo : " gw bilang engga ya engga nik !!.. dah temenin tuh si vigo ! "
Niken : " huff !!!... ya udah ati ati bang ! "
Segera saja Steve dan Bang Renggo masuk ke dalam lorong sementara aku , Zul , Pendik dan Niken tetap berada di balkon ini.... entah apa yang akan mereka lakukan jika bertemu dengan sosok kuntilanak merah itu , kuharap mereka sanggup mengatasi segala konsekuensi yang terjadi.
Belum ada semenit Bang Renggo dan Steve masuk ke dalam lorong namun tiba tiba saja kami berempat dikagetkan dengan suara dari dalam lift tembus pandang yang berada di sebelah timur balkon ini " nggiiikk !!..."rupanya kabin lift yang biasanya standby di atap gedung ini tiba tiba bergerak turun secara perlahan.
Niken : " vig ?!?... iitu liftnya ?! "
Zul : " loh ?!... kan belum diaktifin jam segini "
Me : " stttt !!.. diem dulu ! "
Hanya dalam beberapa detik saja kabin lift itu tiba di lantai 6 dan seketika kami terperanjat menatap sosok yang berada di dalamnya , Tiwi si cewe berjilbab muncul lagi namun kami telah mengetahui bahwa itu bukanlah Tiwi yang sebenarnya melainkan sosok kuntilanak merah yang sedang menyamar.
Zul : " vvig ?!?... nyamar jadi tiwi lagi kuntinya ! "
Pendik : " wancik rekk ?!?.. yok opo iki awake dhewe vig ?! "
Niken : " duh ya allah ?!?... kok nongolnya malah di sini sih ?! "
Rasa kalut mulai menyergap kami ketika pintu lift telah terbuka dan kuntilanak merah yang menyamar jadi Tiwi itu mulai berjalan menuju balkon ini , entah harus bagaimana kami menghadapinya.
Me : " nik , cepetan lu ke lorong , panggil steve sama bang renggo balik ke sini lagi ! "
Niken : " iiya vig , duh ati ati ya guys !! "
Tanpa buang waktu lagi si Niken lekas masuk ke dalam lorong dan mencari cari Steve dan Bang Renggo , sementara Tiwi palsu itu mulai berjalan ke arah kami bertiga yang kini berdiri berhimpitan di pojokan balkon.
Zul : " vvig ?!... ndik ?! .. aayo kabur ke lorong aja ! "
Me : " kakiku sakit zul , gak bisa lari "
Pendik : " njajal tak wacakno ayat qursi vig "
Hanya dalam beberapa detik sosok Tiwi palsu itu telah berada di balkon ini , ia berdiri mematung dan menatap kami dengan tatapan penuh kemarahan... tak ada yang bisa kami lakukan selain berdiri berhimpitan di pojokan balkon dan berharap pertolongan segera datang.
Zul : " ndiik !!.. aayo baca ayat qursinya !! "
Pendik : " iiya zul "
Dengan terbata bata Pendik membaca ayat Qursi yang dihapalnya , namun sayang usahanya tak membuahkan hasil sama sekali.... sosok Tiwi palsu itu masih tetap berdiri mematung dan terus menatap kami " hoeeh !!!... moco opo kon ?!?.... ayo woconen sak kuatmu aku gak po po !! " (hoeeh !!!... baca apa kamu ?!?... ayo baca sekuatmu aku gak apa apa !!) mendengar bentakannya yang bernada tinggi seketika membuat Pendik menghentikan bacaan ayat Qursinya , tak ada gunanya membaca ayat apapun jika tak bisa meredam rasa takut.... sayangnya kami benar benar tak bisa meredam rasa takut yang kami rasakan ini , degupan jantung kami kian tak beraturan seiring keringat dingin yang mulai mengucur membasahi sekujur tubuh.
Zul : " kok lama banget bang renggo balik vig ?! "
Pendik : " vig yok opo iki ?!... aayo mlayu ae !! "
Me : " aaku wes gak iso mlayu ndik , sikilku koyok ngene "
Di tengah keadaan mencekam ini kami hanya bisa pasrah dan berharap pertolongan akan segera tiba , hingga akhirnya " woeeee !!!! " terdengar teriakan Bang Renggo dari arah lorong yang seketika membuat sosok Tiwi palsu itu kabur ke arah toilet tadi dan langsung dikejar oleh Steve , namun Bang Renggo mencegahnya karena ia merasa bahwa ini hanyalah pancingan saja.
Steve : " kok malah muncul di sini bang ?! "
Renggo : " pinter juga stiv , tadi dia mancing kita buat masuk ke lorong , abis itu dia nongol di sini nyamar jadi tiwi biar kita gak bisa deteksi energinya "
Niken : " trus maksudnya gimana bang ?!... gw bingung nih "
Renggo : " dia sengaja misahin gw sama steve dari kalian , soalnya dia ngincer yang paling lemah "
Steve : " iya mbak , kayaknya dia tau kalo gabungan energiku sama bang renggo bisa nyelakain dia "
Niken : " duh gitu ya ?!... untung aja tadi gak telat balik ke sini "
Kelegaan kami rasakan seiring ketakutan yang mulai sirna , namun rupanya kelegaan ini hanya sesaat saja karena tak lama kemudian terdengar suara tawa nyaring dari dalam lorong " Ihhhhhiiiii...... ihhhiii..... ihhhiihhii..... "
Steve : " gimana bang ?!... kita ke lorong lagi ?! "
Renggo : " jangan stiv , ini pancingan kayak tadi "
Steve : " trus kita harus gimana bang ?! "
Renggo : " gak usah ditanggepin , bentar lagi mau adzan shubuh , kita di sini aja "
Steve dan Bang Renggo tak lagi terpancing untuk masuk ke lorong , mereka memilih tetap bertahan di balkon ini dan menunggu adzan shubuh berkumandang , namun suara tawa kuntilanak merah itu masih terus terdengar dan membuat kami bergidik " iiihhhiiii..... ihhhhiiiii..... " sebelum akhirnya kami terperanjat ketika mendengar kuntilanak merah itu mulai menyebutkan namanya berkali kali " ihhiii... aku nyai surtikanti.... aku nyai surtikanti.... jenengku nyai surtikanti..... aku wes patang atus tahun punjul manggon ndek kene.... ihhii... " (ihhiii... aku nyai surtikanti.... aku nyai surtikanti.... jenengku nyai surtikanti.... aku udah empat ratus tahun lebih ada di sini... ihhii...) kami saling pandang penuh keheranan saat mendengar perkataannya barusan , ternyata sosok kuntilanak merah itu bernama Nyai Surtikanti.
Niken : " nyai surtikanti bang namanya ?!? "
Renggo : " surtikanti ?!?.... gw akan panggil namanya biar dia keluar aja dari lorong !! "
Niken : " duh bang ?!?... mau ngapain ?!? "
Renggo : " gw mau musnahin dia "
Niken : " yakin lu bang ?!?.. gw takut bakal kenapa napa nih "
Renggo : " ayo semuanya pindah ke balkon sebelah timur sono !!... biar gw sama stiv di sini aja ! "
Me : " bbang ?!.. serius lu ?!.. "
Renggo : " gw serius vig , stiv lu siap kan ?! "
Steve : " siap bang !! "
Niken : " duh ati ati ya stiv ! "
Segera saja kami berempat beranjak meninggalkan Bang Renggo dan Steve yang memilih bertahan di balkon bagian tengah ini , dengan langkah tertatih tatih kami berjalan menuju balkon sebelah timur dan kemudian duduk selonjoran di atas lantai.... dari sini kami dapat menyaksikan apa yang terjadi di balkon tengah , kini Bang Renggo mulai berteriak lantang memanggil manggil nama kuntilanak merah itu " surtikanti !!!!...... surtikanti !!!!...... keluar sini !!!!... " tanpa kami duga hanya dalam beberapa detik saja sosok itu telah menampakkan diri di balkon sebelah barat , namun jarak yang lumayan jauh dari balkon sebelah timur ini membuat kami tak bisa terlalu jelas melihatnya , ia tampak berdiri mematung dan menatap ke arah Bang Renggo yang berada di balkon bagian tengah.
Niken : " iitu ?!?... iitu vig kunti merahnya ?!?.... ya allah ?!?... baru tau gw kayak gitu wujudnya "
Me : " kapok gw ketemu kunti merah lagi nik "
Pendik : " aku yo kapok vig "
Zul : " moga aja tuh bang renggo sama steve bisa ngatasin "
Kini Bang Renggo mulai melontarkan beberapa pertanyaan kepada sosok Kuntilanak Merah itu namun kami yang berada di sini kesulitan mendengarnya dengan jelas , sementara Steve tampak menengadahkan kedua telapak tangannya seperti orang berdoa.
Niken : " duh gw takut kalo mereka kenapa napa vig "
Me : " udah yakin aja mereka bisa ngatasin "
Perlahan sosok kuntilanak merah itu mulai berjalan menuju balkon tengah sembari terus tertawa nyaring " ihhhiiiii..... ihhhiii..... ihhii.... " seiring langkahnya yang kian dekat membuat kami sibuk menebak nebak apa yang akan terjadi setelah ini.... hingga akhirnya Bang Renggo berjongkok dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas lantai , seketika sosok kuntilanak merah itu berhenti melangkah atau lebih tepatnya terhenti langkahnya karena kedua telapak kakinya tampak seperti melekat di permukaan lantai dan tak bisa digerakkan lagi " hhiiiiaa !!!...... hiaaaaa !!!!!..... " jeritannya terdengar begitu nyaring sementara tubuhnya meronta ronta ingin melepaskan kedua telapak kakinya namun tak bisa " hhhiia !!!...... hiiiaaa !!!... " jeritannya kian menjadi jadi ketika Steve mulai berjalan mendekatinya dan kemudian berdiri beberapa meter di hadapannya..... entah apa yang akan dilakukan Steve setelah ini , kurasa ia benar benar tak ragu lagi untuk memusnahkan sosok kuntilanak merah bernama Nyai Surtikanti itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar