PONOROGO PRAKOSO - Uji Nyali di Rumah Sakit Mangkrak Jarakan part 1

 ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar pertengahan tahun 2013




" Gethuk asale soko telo , moto ngantuk iku tambane opo... gethuk asale soko telo , yen ra pethuk atine tambah gelo... " dengan riang mbah Jarno asik menyanyi di hadapan kami , sementara jemarinya lincah memetiki dawai ban bekas yang terpasang di kotak kayunya " tung !!.. deng !!.. deng !!.. tung !!.. tung !!.. deng !!.. deng !!... tung !!.. " sambil menyeruput kopi kami terus menyaksikannya bernyanyi hingga tuntas.

Mas Rudi : " wes no , iki duwike "

(udah no , ini uangnya)

Mbah Jarno : " enggeh mas matur suwun diparingi limang ewu , iso tuku rokok janoko "

(iya mas makasih dikasih lima ribu , bisa beli rokok janoko)

Pengamen legendaris kota Ponorogo itu berlalu dari hadapan kami setelah Mas Rudi memberinya selembaran 5 ribuan , dengan santai ia mengayuh sepeda tuanya meninggalkan warung kopi lesehan di pojokan pasar Legi ini.

Me : " sek urip ae mbah jarno kuwi mas "

(masih hidup aja mbah jarno itu mas)

Mas Rudi : " uwong ra kakehan pikiran yo mesti awet urip vig "

(orang gak kebanyakan pikiran ya pasti awet hidup vig)

Pak Franky : " udah dari dulu saya lihat mbah jarno , sampe sekarang masih ngamen juga dia mas "

Mas Rudi : " udah profesi tetap pak "

Sudah sejam lebih kami nongkrong di warung ini dan kami masih menunggu kedatangan 2 orang lagi yang rencananya akan ikutan uji nyali bersama kami , sesuai kesepakatan di grup Facebook pada malam ini kami memang akan mengadakan uji nyali di rumah sakit mangkrak yang berada di daerah Jarakan... menurut selentingan kabar ada beberapa orang yang mengaku pernah melihat penampakan dedemit di rumah sakit itu , seorang tukang becak pernah iseng mencuri barang yang tersisa namun yang ia temukan justru tulang belulang manusia yang teronggok di salah satu ruangan , bahkan pernah ada seorang ibu yang melahirkan bayi dan tak sadar jika rumah sakit itu telah kosong tak berpenghuni , konon ia dirawat oleh para makhluk halus yang menyamar sebagai dokter dan bidan.... entah benar atau tidak cerita cerita miring itu kami akan coba membuktikannya malam ini juga.

Akhirnya orang orang yang kami tunggu datang juga pada jam 9 malam lewat , mereka adalah Jembing dan Beyes yang masih berstatus mahasiswa semester akhir di kampus Unmuh Ponorogo , setelah memarkir motor mereka langsung memesan kopi lalu ikutan duduk lesehan bersama kami.

Me : " ombe sek kopine bro ! "

(minum dulu kopinya bro !)

Mas Rudi : " kok suwi men tekone ? "

(kok lama banget datangnya ?)

Jembing : " omahku sumoroto lho mas , adoh banget "

(rumahku sumoroto lho mas , jauh banget)

Beyes : " omahku yo adoh mas , neng sampung kono "

(rumahku juga jauh mas , di sampung sana)

Mas Rudi : " kok ora ngekos ae kan penak ? "

(kok ngga ngekos aja kan enak ?)

Jembing : " ora mas mesakne wong tuwek nambahi ragat "

(ngga mas kasihan orang tua nambah biaya)

Beyes : " iyo mas , pakku gur wong tani "

(iya mas , bapakku cuma orang tani)

Sejenak kami ngobrol membahas rencana uji nyali yang akan kami lakukan nanti , masing masing dari kami telah membawa senter sendiri sementara Pak Franky membawa sebuah dupa kecil yang telah diisi kemenyan.

Jembing : " wah kayak dukun pake menyan pak "

Beyes : " iya pak kayak ki joko bodo "

Pak Franky : " ha.. ha.. ini biasanya saya bawa kalo maen ke tempat angker "

Me : " menyan efeknya sama kayak hio ya pak ? "

Pak Franky : " hio itu kan dikit banget asapnya , kalo menyan kan langsung ngepul gitu mas... lebih cepet dateng makhluk halusnya "

Me : " ini dupanya dipegang apa ditaruh pak kalo pas uji nyali ? "

Pak Franky : " kalo dipegang ya panas mas , nanti saya taruh di lokasi uji nyali "

Mas Rudi : " ngga bawa yang lainnya lagi pak ? "

Pak Franky : " oh ada lagi mas , ini saya bawa tasbih bertuah "

Selain dupa kemenyan ternyata Pak Franky juga membawa tasbih yang katanya bertuah , sesaat ia merogoh saku celananya dan kemudian memamerkan pada kami seuntai tasbih yang berbahan kayu.

Mas Rudi : " buat apa pak tasbihnya ? "

Pak Franky : " ini buat jaga jaga kalo ada kuntilanak sama pocong mas "

Jembing : " kalo dilempar tasbih ini mati ya pak ? "

Pak Franky : " tasbih ini bisa buat mbakar makhluk halus mas , saya pernah ketemu babi ngepet trus saya lemparin tasbih ini langsung kebakar badannya , tapi masih bisa kabur itu babi ngepetnya "

Beyes : " wah hebat pak , pasti tasbihnya orang sakti itu ya ? "

Pak Franky : " ini dulu dikasih kyai dari kudus mas "

Sebagai penganut kebatinan Pak Franky punya segudang pengalaman berurusan dengan makhluk halus , kurasa beliau bisa diandalkan jika salah satu dari kami mengalami kesurupan sewaktu beruji nyali nanti.

Mas Rudi : " berangkat jam berapa pak ? "

Pak Franky : " tunggu sampe jam 11 mas , masih lama ini nambah lagi aja kopinya "

Masih ada cukup banyak waktu sebelum kami berangkat ke daerah Jarakan pada jam 11 malam nanti , kini kami berlima memesan kopi lagi sambil melanjutkan obrolan.

Suasana terasa begitu sunyi ketika kami tiba di pelataran rumah sakit mangkrak ini , kulihat rumah warga sekitar telah tertutup semua dan sama sekali tak ada orang yang cangkrukan di luar , belum lagi lokasi rumah sakit ini berada di jalan yang sempit sehingga jarang ada kendaraan yang lewat sini.

Jembing : " sepi mas "

Mas Rudi : " padahal mbiyen rame terus kene iki , warung yo akeh "

(padahal dulu rame terus sini ini , warung juga banyak)

Beyes : " aku nyawang njobo ae wes wedi mas "

(aku lihat luarnya aja udah takut mas)

Kami masih duduk di atas jok motor sambil mengamati bangunan rumah sakit yang tampak terbengkalai ini , sudah setahun lebih tempat ini ditinggalkan sejak pihak RSUD pindah ke gedung baru di daerah Paju... rencananya bangunan bekas rumah sakit ini akan direnovasi dan digunakan sebagai kantor samsat , tapi hingga detik ini tak kunjung ada realisasinya.

Pak Franky : " gimana siap semuanya ?? "

Mas Rudi : " insya allah siap pak "

Lekas saja kami memarkir motor di pelataran dan kemudian berjalan menuju beranda ruang UGD yang tampak terang benderang , hanya di sini saja satu satunya area yang masih terpasang lampu neon sementara area lain tampak gelap gulita.

Pak Franky : " ayo keluarin semua senternya ! "

Jembing : " iya pak "

Mas Rudi : " kita masuk kemana dulu ini pak ? "

Pak Franky : " kita masuk ke sebelah timur dulu , di pekarangan unit rawat inap "

Me : " njenengan bisa deteksi energinya pak ? "

Pak Franky : " waduh kalo soal deteksi energi saya gak bisa mas , itu kan harus ngasah tenaga dalam dulu "

Masing masing dari kami telah memegang senter dan kemudian kami bergegas menuju lorong sebelah timurnya UGD , ketika kami menyoroti dengan senter tampak kondisi lorong ini yang hancur tak karuan , banyak plafon yang jebol dan juga lantai yang pecah pecah , sementara sarang laba laba juga tampak menghiasi sana sini dan membuat suasana lorong ini jadi kian menyeramkan.

Pak Franky : " kita belok kanan , ke pekarangan unit rawat inap "

Me : " dupanya ngga dinyalain pak ? "

Pak Franky : " nanti dulu mas "

Dari lorong kami berbelok ke kanan dan tiba di pekarangan unit rawat inap yang tampak sangat gelap , saat kami menyoroti dengan senter terlihatlah tanaman liar yang tumbuh memenuhi pekarangan ini , sementara di dinding unit rawat inap tampak deretan jendela kayu yang telah lapuk " krekk !!... krekk !!... krekk !!.... " seketika kami bergidik saat mendengar jendela jendela itu berderik tertiup hembusan angin.

Jembing : " asyu medeni yes "

Beyes : " waduh serem iki "

Pak Franky : " kita diam di pekarangan ini , saya mau nyalain dupa dulu "

Kami duduk berjongkok di dekat pekarangan sementara Pak Franky baru saja menyalakan dupa yang dibawanya , semerbak aroma kemenyan langsung tercium dan membuat suasana terasa kian mencekam.

Pak Franky : " saya taruh bawah pohon dupanya "

Mas Rudi : " asapnya banyak banget pak "

Dupa itu ditaruh Pak Franky di bawah pohon mangga lebat yang ada di pekarangan , sementara kepulan asapnya terlihat cukup pekat dan terbawa hembusan angin kesana kemari.

Jembing : " aku kok wes kroso wedi yo neng kene "

(aku kok udah kerasa takut ya di sini)

Beyes : " podo mbing "

(sama mbing)

Me : " santai ae nyapo wedi "

(santai aja ngapain takut)

Sambil duduk kami terus mengarahkan sorotan senter kesana kemari , kulihat hampir seluruh plafon telah jebol dan dipenuhi sarang laba laba , sementara jendela kayu di dinding unit rawat inap ini terus berderik derik terhembus angin " krekk !!.. krekk !!... krekk !!... " mendengar bunyinya membuat kami semakin merinding berada di sini.

Menit demi menit terus berlalu sementara kami masih duduk berjongkok di dekat pekarangan , karena tak ada apa apa di sini akhirnya Pak Franky mengajak kami masuk ke ruangan unit rawat inap.

Pak Franky : " kita masuk ke dalam aja "

Beyes : " pintunya gak dikunci pak ? "

Pak Franky : " ngga dikunci pintunya , kita bisa masuk "

Jembing : " saya kok takut ya pak kalo didalem ada lelembutnya "

Pak Franky : " tujuan kita ke sini kan memang mau nyari gituan mas "

Me : " wes tho ojo wedi pokoke bro "

(udahlah jangan takut pokoknya bro)

Beyes : " yo wes mas manut "

(ya udah nurut aja)

Pak Rudi : " dupanya saya ambil ya pak ? "

Pak Franky : " iya mas , bawa masuk aja "

Dengan langkah gamang kami berjalan meninggalkan pekarangan dan kemudian berdiri sejenak di depan pintu unit rawat inap , selain tak terkunci pintu ini juga nyaris terlepas dari engselnya sehingga Pak Franky harus membukanya dengan hati hati.

Pak Franky : " ayo masuk pelan pelan ! "

Jembing : " iiya pak , agak takut saya "

Beyes : " hii.. ada apa ya di dalam ? "

Begitu memasuki ruangan unit rawat inap kami melihat 8 ranjang besi yang saling berjejeran dan dihiasi sarang laba laba , bahkan di atas ranjang ranjang besi itu masih ada kasur , bantal dan selimut putih yang tampak lusuh penuh debu.

Me : " kowe gelem turu neng kasur kuwi ? "

(kamu mau tidur di kasur itu ?)

Beyes : " emoh mas , medeni "

Jembing : " kasur bekase wong loro kuwi mas "

Mas Rudi : " ini dupanya saya taruh tengah ya pak ? "

Pak Franky : " iya taruh situ saja mas "

Dupa yang menyala nyala itu ditaruh Mas Rudi di tengah tengah ruangan , asap pekatnya terus mengepul dan lama lama memenuhi ruangan yang berhawa pengap ini.

Beyes : " keluk e gak gelem metu mas "

(asapnya gak mau keluar mas)

Mas Rudi : " jendelone mbukak ae lho , ngko lak metu dhewe keluk e "

(jendelanya mbukak aja lho , ntar kan keluar sendiri asapnya)

Kepulan asap itu perlahan mulai keluar melalui deretan jendela yang menembus pekarangan tadi " krekk !!... krekk !!... " lagi lagi bunyi berderik itu terdengar saat angin berhembus , kami yang berada di dalam ruangan ini semakin lama semakin merasa merinding.

Pak Franky : " kita duduk di kasur aja "

Jembing : " waduh pak kasurnya kan bekas orang sakit ini "

Beyes : " iya pak kotor banget kasurnya "

Pak Franky : " ngga pa pa , sebentar aja mas "

Kini kami semua duduk bersila di salah satu ranjang besi , sementara kasurnya tampak usang dan terasa kempot saat kami mendudukkan pantat di atasnya.

Pak Franky : " kita diem sini dulu sambil ngawasin keadaan "

Mas Rudi : " iya pak "

Rasanya aneh berada di dalam ruangan ini , hawanya begitu pengap dan kondisinya sungguh sangat terbengkalai , belum lagi jendela kayu yang menembus pekarangan itu terus berderik terhembus angin " krekk !!... krekk !!... krekk !!.... " sungguh terasa mencekam sekali suasananya.

Malam semakin larut sementara kami masih bertahan di ruangan unit rawat inap ini , sedari tadi kami cuma duduk di kasur sambil mengarahkan sorotan senter ke segala arah , namun tak ada apapun yang aneh di ruangan ini.

Me : " gimana pak ? "

Pak Franky : " kita di sini dulu , nanti jam setengah 1 kita jalan lagi "

Saat ini sudah jam 12 lewat seperempat dan aku merasa agak mengantuk berada di ruangan ini , sementara kulihat Jembing dan Beyes berkali kali menguap sambil mengucek ucek matanya.

Jembing : " nguantuk aku yes "

Beyes : " podo mbing "

Hanya Pak Franky dan Mas Rudi saja yang masih terlihat segar dan terus siaga mengawasi keadaan , sedari tadi tangan mereka terus bergerak mengarahkan sorotan senter ke segala arah.

Mas Rudi : " ngga ada apa apa pak "

Pak Franky : " gimana enaknya mas ?!.. kita pindah kemana lagi habis ini ? "

Mas Rudi : " terserah njenengan mawon pak "

Pak Franky : " kita balik ke ugd lagi , kita pikir di sana saja "

Tepat pada jam setengah 1 dini hari kami beranjak keluar dari ruangan rawat inap lalu kembali lagi ke beranda UGD , sejenak kami duduk selonjoran sambil menghisap rokok namun kami baru menyadari kalau dupa menyan milik Pak Franky tertinggal di ruang unit rawat inap tadi.

Mas Rudi : " diambil ngga pak dupanya ? "

Pak Franky : " udah gak usah diambil mas , males saya balik ke sana lagi , ntar pas mau pulang aja kita ambil "

Dupa itu dibiarkan Pak Franky tertinggal di ruang unit rawat inap dan beliau baru akan mengambilnya saat pulang nanti , kini kami mulai merundingkan area selanjutnya yang akan dijelajahi.

Pak Franky : " kita ke unit bersalin saja gimana mas ? "

Mas Rudi : " boleh dicoba pak "

Jembing : " liwat mana pak ? "

Pak Franky : " lorong belakang ugd ini mas "

Beyes : " saya kok makin lama makin takut pak "

Pak Franky : " tenang aja kan ada saya mas "

Me : " sekarang pak ? "

Pak Franky : " ayo sekarang aja , mumpung masih jam segini "

Dengan langkah lunglai kami berjalan memasuki lorong belakang UGD ini , kondisinya sama parahnya dengan lorong rawat inap tadi , hampir semua plafon telah jebol dan dipenuhi sarang laba laba.

Pak Franky : " mas berhenti sebentar "

Mas Rudi : " ada apa pak ? "

Pak Franky : " diem dulu , dengerin ada suara orang mandi "

Jembing : " masak ada orang mandi pak ? "

Pak Franky : " sstt !!.. diem dulu mas ! "

Kini kami terdiam di tengah lorong ini gara gara Pak Franky mendengar suara orang mandi , dengan seksama kami memasang indra pendengaran dan benar saja " byurr !!... byuur !!... " lirih terdengar suara guyuran air yang tak kunjung berhenti , sesaat kami saling pandang sebelum akhirnya Pak Franky mengajak kami menelusuri asal suara itu.

Pak Franky : " kita ke kamar mandi bagian belakang , gimana berani semuanya kan ? "

Beyes : " saya di belakang aja pak ya "

Jembing : " saya juga pak takut soalnya "

Pak Franky : " ayo ikutin saya ! "

Kami berjalan mengendep endap mengikuti Pak Franky yang memimpin kami di depan , sementara suara guyuran air itu terus terdengar tanpa henti " byuur !!... byuur !!... " semakin dekat jarak kami dengan kamar mandi semakin nyaring pula kami mendengar suara itu " byuurr !!.... byuurr !!.... "

Pak Franky : " itu kamar mandinya "

Mas Rudi : " ada pintu yang ketutup pak , suaranya dari situ "

Lorong ini berujung di pekarangan belakang dimana terdapat 5 kamar mandi yang berjejeran di luar , saat kami menyoroti dengan senter salah satu dari kamar mandi itu tampak tertutup pintunya " byuur !!... byuurr !!.... byuurr !!.. " tak salah lagi suara guyuran air itu memang berasal dari sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar