Sepertinya kami ditipu oleh jin berkulit hijau yang bernama Kumitir tadi , sudah sekian menit kami menunggunya namun ia tak kunjung keluar dari dalam goa , kemungkinan ia telah kabur melalui celah lain yang ada di dalam goa dan mungkin ia juga yang memanggil jin raksasa itu kemari.
Priono : " kita dikibulin sama dia nih "
Steve : " apa kita sekarang masuk ke goa bang ? "
Priono : " biar gw sendiri yang masuk stiv , lu sama vigo nungguin di sini aja "
Steve : " ati ati bang "
Akhirnya Bang Priono memutuskan untuk masuk sendiri ke dalam goa , kini ia turun di kubangan berair dan kemudian menyalakan psi ball agni yang berkobar kobar di telapak tangan kanannya , tanpa berlama lama lagi ia mulai memasuki goa yang cukup sempit itu.
Beberapa menit kemudian kulihat pancaran psi ballnya Bang Priono berpendar pendar dari dalam goa itu , hingga akhirnya ia keluar sambil menggendong sukmanya Mas Lasmono yang terkulai lemas seperti orang pingsan... begitu mentas dari kubangan berair Bang Priono langsung menggeletakkan sukmanya Mas Lasmono di atas tanah.
Priono : " alhamdulilah ketemu stiv "
Steve : " ini kehabisan prana kayaknya bang , energinya udah kotor banget "
Priono : " wes ayo cabut !!.. ntar aja kita urusin sukmanya lasmono ini "
Me : " langsung ke rumahnya pak nyoto bang ? "
Priono : " kita ke lapangan rampal dulu vig , ini sukmanya lasmono kudu ditaruh di tempat terbuka biar kena angin "
Mungkin sukmanya Mas Lasmono kehabisan energi prana karena terlalu lama dikurung dalam goa , kini Bang Priono berencana untuk membawanya ke lapangan Rampal agar sukmanya terkena udara terlebih dahulu dan sekaligus dilakukan prosesi penyembuhan hingga kondisinya cukup siap untuk dikembalikan ke badan.
Suasana lapangan Rampal terasa begitu sunyi pada tengah malam ini , kami mendarat di area pavingan yang tak jauh dari tiang bendera , sementara sukmanya Mas Lasmono yang telanjang bulat ini digeletakkan di atas paving agar terkena udara terlebih dahulu.
Priono : " ini kita biarin agak lama dulu , biar seger kena angin "
Me : " trus kapan sukmanya mas lasmono dibalikin ke badannya bang ? "
Priono : " paling ntar shubuh udah bisa dibalikin , ya kita nyantai dulu lah vig "
Kini kami duduk duduk di area pavingan sambil mengamati suasana lapangan yang begitu luas ini , di beberapa titik terlihat sekumpulan arwah tentara Belanda , Jepang dan pejuang pribumi yang sedang berjalan atau duduk diam tanpa melakukan apapun , kondisi mereka tak ada yang utuh dan terlihat mengerikan bagi siapapun yang baru pertama kali melihatnya... namun aku sudah terbiasa dengan keberadaan mereka di lapangan ini , selama aku ngastral ke sini mereka tidak pernah menggangguku dan hanya mondar mandir saja kerjaannya.
Priono : " dipikir pikir kasian juga arwah arwah tentara itu "
Me : " kalo energinya dibersihin apa bisa bang ? "
Priono : " bisa sih bisa vig , tapi ya mana mungkin... arwahnya banyak kayak gitu trus mesti nanyain hari wetonnya satu satu "
Steve : " sebenernya aku kasian juga bang , tapi repot kalo kita ngurusin semuanya "
Priono : " yo wes biarin aja gentayangan di sini , yang penting gak ngganggu orang "
Me : " trus gak bunuh bunuhan lagi ya bang , gak perangan perangan kayak dulu "
Priono : " udah gak jamannya perang lagi vig , masak udah jadi arwah masih mau perang perangan "
Arwah arwah itu telah belajar untuk saling memaafkan , meskipun mereka dulu saling membunuh tapi lambat laun ada kesadaran dan penyesalan bahwa perang hanya menyisakan penderitaan... mereka merasakan penderitaan itu bersama sama dan pada akhirnya merasa senasib sepenanggungan.
Steve : " itu arwah pejuang kayaknya mau jalan ke sini bang "
Priono : " wes biarin , paling dia pengen tanya tanya aja "
Kulihat ada sesosok arwah pejuang pribumi yang berjalan terseok seok kemari , ia mengenakan seragam militer warna cokelat yang kondisinya compang camping dan berlumuran darah kering , sementara sebagian wajahnya dipenuhi luka yang membuat penampilannya terlihat agak mengerikan.... tak lama kemudian ia telah berdiri di hadapan kami sambil menatap sukmanya Mas Lasmono yang tengah terbaring di paving.
Pejuang : " iiku koncone lagi lapo mas ? "
Priono : " lagi sakit niku areke pak "
Pejuang : " woo ?!... mesakno yo "
Priono : " njenengan sinten asmone pak ? "
Pejuang : " aaku sutrisno mas , mbiyen melok batalion siji "
Priono : " sampun dangu teng mriki pak ? "
Pejuang : " yo wes suwe , kaet perang taun patang puluh wolu aku mati ndek kene "
Priono : " taun patang puluh wolu pak ?!.. jaman londo mbalik maneh teng malang niku "
Pejuang : " iiyo bener , mbiyen kutho iki kobong kabeh... ngalor ngidul geni thok isine "
Ternyata pejuang bernama Sutrisno ini tewas pada tahun 1948 , sepengetahuanku Belanda sempat menduduki kota Malang lagi sebelum akhirnya para pejuang melakukan perang besar besaran yang membuat seisi kota ini terbakar hebat... mungkin peristiwa itu hampir mirip dengan Bandung lautan api.
Pejuang : " yo wes le mugo mugo ndang waras yo koncone , aku tak ngaleh disek "
Priono : " nggeh pak "
Pejuang itu baru saja berlalu dari hadapan kami , dengan langkah tertatih tatih ia berjalan menuju pepohonan ringin yang ada di trotoar... dalam hati aku berterima kasih atas pengorbanan yang dilakukannya hingga membuat Belanda angkat kaki dari kota ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar