MALANG MYSTERIO - Jenglot Sendang Jenon part 1

ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar awal tahun 2012 ketika aku masih kuliah semester 10


Suasana kota Malang di minggu pagi memang paling enak dinikmati dengan bersepeda , selain hawa udara yang masih sejuk kondisi jalanan juga tak sepadat hari hari biasanya... kini dengan berboncengan sepeda onthel kami berempat tengah melintasi daerah Kayutangan , ada banyak bangunan jaman kolonial di sepanjang jalan ini , mulai dari gereja Katholik yang berdiri megah hingga toko Oen yang legendaris itu.

Niken : " pelan dikit dong vig kalo ngayuh , pendik ketinggalan tuh "

Me : " oyi nik "

Kukayuh sepeda onthel ini lebih lambat lagi sementara Pendik dan Zul masih tertinggal di belakang , rencananya kami mau mampir ke alun alun buat berfoto ria.

Me : " kamera lu udah dices kan nik ? "

Niken : " udah dong vig , kita kan mau photo photo yang banyak "

Dengan santai kami melaju melewati Sarinah plaza sebelum akhirnya tiba di alun alun , segera saja kuparkir sepeda onthel ini di seberang masjid Jami.

Niken : " eh vig kita photo depan mesjid dulu yuk , kan kita belum pernah "

Me : " oyi nik , tripodnya pasang agak jauhan biar keliatan menara mesjidnya "

Baru saja turun dari sepeda si Niken langsung mengajak photo bareng , dengan tergesa ia memasang tripod di dekat bangku taman sembari menyuruh kami untuk bergaya.

Niken : " ayo guys cepetan !! "

Zul : " bentar nik , rambutku masih berantakan "

Me : " gaya ndik ben ketok ngganteng "

Pendik : " oyi vig "

Tanpa canggung kami berpose sekeren mungkin di depan kamera yang telah disetting self timer , tak lama kemudian " slap !... slap !... slap !... " terabadikan sudah gaya kami berlatarkan masjid Jami yang berdiri megah di belakang.

Niken : " sip guys , makin lengkap nih photo kita "

Zul : " kita duduk di taman dulu deh nik ! "

Niken : " yuk guys ! "

Dengan santai kami berjalan menuju taman di tengah alun alun , di sini terdapat kolam ikan dan juga kandang merpati berukuran besar , beberapa dari burung merpati itu tampak berkeliaran di sekitar kolam.

Niken : " eh gw mau moto merpati dulu ya guys ! "

Me : " lucu lucu tuh nik "

Niken mulai sibuk mondar mandir memotret burung burung merpati , sementara kami para cowo memilih duduk santai di bangku taman... suasana alun alun ini terasa teduh karena ada banyak pohon beringin yang begitu rimbun , kamipun jadi betah berlama lama nongkrong di sini.

Zul : " vig , aku minta rokoknya ! "

Me : " bentar zul "

Pendik : " penak iki rokokan ndek kene vig "

(enak nih ngerokok di sini vig)

Sambil merokok kami asik mengamati suasana sekeliling taman ini , ada beberapa orang yang tengah asik berolah raga dan juga petugas kebersihan yang tengah sibuk menyapu... satu satunya yang mengganggu pemandangan hanyalah para gelandangan yang masih meringkuk tidur di bawah pohon ringin.

Me : " rumangsaku kok gak entek entek gelandangane ndek kene ndik "

(menurutku kok gak ada habisnya gelandangan di sini ndik)

Pendik : " nek mari dicekel satpol pp mesti mbalik mrene maneh lho vig , gaweane lak ngemis ndek ngarepe ramayana utowo sarinah "

(kalo abis ditangkep satpol pp pasti balik sini lagi lho vig , kerjaannya kan ngemis di ramayana atau sarinah)

Sebenarnya aku sudah lama tidak nongkrong di sini , jujur saja aku tak mau teringat dengan kenangan lama saat masih memacari Rista dulu , biasanya sehabis jalan jalan aku mengajaknya pacaran di taman ini.

Niken : " eh guys , kita photo lagi yukz ! "

Zul : " dekatnya kolam ya nik ? "

Lamunanku buyar saat Niken mengajak untuk berfoto lagi , kali ini kami berdiri berangkulan di dekat kolam sambil memasang senyum semanis mungkin " slap !... slap !... slap !... " manisnya persahabatan kamipun terabadikan oleh bidikan lensa kamera.

Zul : " kemana lagi nik abis ini ? "

Niken : " cari sarapan aja deh zul , gw udah laper nih "

Zul : " makan apa enaknya nik ? "

Niken : " apa ya zul ?!... enaknya makan apaan ndik ? "

Pendik : " anu nik... bubur ayam cocoknya "

Niken : " emang dimana yang jualan bubur ayam ? "

Pendik : " deket pasar comboran nik , bubur ayame kanelop "

Niken : " yo wes ndik , yukz kesono ! "

Tanpa berlama lama kami segera beranjak meninggalkan alun alun ini , dengan laju santai kukayuh sepeda onthel ini menuju pasar Comboran yang letaknya tak terlalu jauh , selepas melewati pasar besar Matahari kamipun tiba di pasar yang khusus menjual barang loakan ini.... beberapa lapak baru saja dibuka , bermacam onderdil motor macam velg , cakram , knalpot , hingga fairing tampak terpajang dimana mana , sementara di seberang jalan ada beberapa pedagang asongan yang menjajakan vcd bajakan , kacamata , jam tangan hingga batu akik.

Niken : " pagi pagi kok dah rame ya vig ? "

Me : " namanya orang nyari rejeki nik , kalo kesiangan bisa diserobot "

Pendik yang mengendarai sepeda di depanku perlahan mulai melambatkan kayuhannya , sebelum akhirnya ia berhenti di depan warung bubur ayam yang suasananya agak ramai.... kini waktunya kami sarapan mengisi perut yang keroncongan.

Kelar menyantap bubur ayam kami bingung mau jalan jalan kemana lagi , untung saja si Pendik tau lokasi tempat tempat keren yang kurang dikenal.... kali ini ia berniat mengajak kami ke suatu tempat yang bernama sendang Jenon , ia bilang tempat itu lumayan keren dan masih alami walaupun letaknya agak jauh.

Zul : " capek ndik kalo naek sepeda "

Pendik : " biar aku aja yang manjal zul "

Niken : " beneran keren ndik tempatnya ? "

Pendik : " kipa ilakes nik pokoke , enak buat santai sambil photo photo "

Niken : " ya udah ndik kita ke sono aja , pengen tau gw kayak apa sendang jenon itu "

Bergegas kami meninggalkan warung bubur dan kemudian mengayuh sepeda menuju daerah Gadang , beberapa kilometer kemudian kami tiba di daerah Tajinan dimana suasananya sangat khas pedesaan , ada banyak perkampungan dan juga areal persawahan yang luas terbentang.

Niken : " ijo banget ya vig sawahnya , kalo di kota udah abis sawahnya jadi perumahan "

Me : " asik nik , anginnya seger lagi "

Rasanya sungguh mengasikkan bersepeda melintasi areal persawahan yang begitu luas ini , apalagi hembusan angin terasa segar menerpa wajahku yang berkeringat.... suasana seperti ini tak akan bisa kami dapati di kota yang penuh dengan kemacetan dan polusi.

Niken : " masih jauh ngga vig ? "

Me : " meneketehe "

Hanya Pendik saja yang mengetahui jalur menuju ke sendang Jenon , selepas melewati pertigaan yang ada patung kuda ia berbelok ke arah kiri dan aku langsung mengikutinya.... kini kami melintas di jalanan yang agak menanjak dan berbukit bukit , nafasku mulai tersengal sengal saat mengayuh sepeda onthel ini sementara Niken yang duduk di boncengan hanya mengomel saja.

Niken : " cepetan dong vig !!... si pendik udah jauh tuh "

Me : " bawel amat lu nik , gw yang capek elu yang enak "

Niken : " ha.. ha.. emang gw berat ya vig ? "

Me : " berat banget , kayak karung beras "

Niken : " ha.. ha.. sial lu ngatain gw kayak karung beras "

Kukayuh sepeda ini lebih cepat lagi karena Pendik sudah jauh meninggalkanku di depan , sebelum akhirnya ia berhenti di dekat tugu yang berbentuk ikan... kurasa tempat itu adalah lokasi sendang Jenon.

Niken : " itu ya vig sendangnya ? "

Me : " iya nik , udah nyampe nih "

Pendik baru saja masuk menuju area parkiran sementara aku menyusul di belakangnya , saat kulihat sekeliling ternyata tak ada kendaraan lain yang terparkir sini... kurasa hanya kami saja pengunjung satu satunya.

Niken : " sepi ya vig ?!.. padahal ini kan hari minggu "

Me : " kan katanya pendik ngga terkenal tempatnya nik "

Pendik : " capek mancal terus nik , ayo wes kita ke warung dulu ! "

Niken : " emang ada warungnya ndik ? "

Pendik : " ada di pinggir sendang nik "

Perjalanan yang cukup jauh benar benar menguras tenaga kami , untungnya kata Pendik ada warung yang buka di pinggir sendang , setelah memarkir sepeda kamipun bergegas menuju ke sana.

Zul : " kayak hutan ndik , banyak pohon gedenya "

Pendik : " malah enak gini zul , alami "

Sambil berjalan kami mengamati keadaan tempat ini yang dipenuhi pepohonan lebat , saking lebatnya terasa bagaikan memasuki hutan , sementara kicauan burung terdengar bersahutan seolah tengah menyambut kedatangan kami.

Niken : " ndik ?!... iitu sendangnya ya ?! "

Pendik : " iya nik , kipa ilakes ya ?! "

Niken : " ya allah ?!... biru banget airnya kayak di pulau sempu "

Zul : " wah keren banget ya ndik ?!... airnya sampe biru warnanya "

Pendik : " he.. he.. ngalam ancen kipa rekk "

Sejenak kami menghentikan langkah kaki karena terpana melihat eloknya sendang di hadapan kami , ukurannya jauh lebih luas daripada kolam renang atlit sementara warna permukaan airnya tampak jernih kebiruan mirip air laut... baru kali ini kami mendatangi tempat seelok ini hingga membuat kami terkagum kagum melihatnya , padahal tadinya kupikir tempat ini tak lebih sekedar sendang yang berair keruh.

Me : " tau gini dari dulu kita kesini ya nik "

Niken : " iya tuh vig , elu sih ndik gak pernah ngomong "

Pendik : " he.. he.. enarupes rekk "

Zul : " jadi pengen nyebur ndik , kayaknya seger tuh "

Cukup lama kami terpana memandangi keelokan sendang itu , sebelum akhirnya Pendik mengajak kami berjalan menuju sebuah warung kecil yang berdiri di tepian sendang.

Pendik : " mimik opo iki rek ? "

Me : " es kuku bima ae ndik "

Zul : " sama ndik "

Niken : " gw es nutri sari aja deh "

Sejenak kami melepas lelah di warung ini sembari menikmati pemandangan sekitar sendang yang tampak asri dikelilingi rimbunnya pepohonan ringin , sementara beberapa warga setempat tampak asik memancing ikan sambil menyetel radio secara nyaring.

Zul : " emang ikannya apa aja ndik di sendang ini ? "

Pendik : " macem macem zul , ada mujair , nila , tombro sama ikan yang umurnya ratusan tahun "

Zul : " hah ?!.. masak ada ikan yang umurnya ratusan tahun ndik ?! "

Pendik : " loh temenan iki zul , tapi ikannya gak boleh dipancing soalnya ikan gaib punyanya penunggu sendang "

Zul : " yang bener ndik ?! "

Niken : " emang tau darimana lu ndik ?! "

Pendik : " dari cerita ebesku nik , katanya kalo ikan gaib itu dipancing ntar bisa celaka , harus dikembaliin lagi "

Niken : " ikan siluman ya ndik ?! "

Pendik : " kayaknya emang jelmaan siluman ikannya nik "

Aku tak terlalu percaya dengan cerita Pendik barusan , lagipula mana ada ikan yang umurnya ratusan tahun ?!?... bisa saja mitos itu hanyalah isapan jempol belaka.

Selepas bersantai di warung kami memutuskan untuk berjalan jalan mengitari sendang ini , begitu jernih permukaan airnya hingga kami dapat melihat bagian dasar sendang ini , di beberapa titik kedalamannya hanya 4 meteran saja namun titik lain kedalamannya nyaris mencapai 10 meteran... saat kulihat ikan ikannya ternyata sangat beragam jenisnya , namun yang menarik perhatianku adalah ikan ikan yang bentuknya mirip hiu dan ukurannya nyaris segede paha orang dewasa , kurasa ikan itu adalah ikan gaib yang dimaksud Pendik tadi.

Me : " iku tha ndik iwake ?! "

(itu tha ndik ikannya ?!)

Pendik : " iyo vig , aku lali jenenge tapi "

(iya vig , aku lupa namanya tapi)

Me : " mosok iku iwak siluman ndik ?! "

(masak itu ikan siluman ndik ?!)

Pendik : " lha deloken dhewe bentukke koyok ngono iku vig , ukurane yo gedi gedi "

(lha liat aja bentuknya kayak gitu vig , ukurannya juga besar besar)

Aku merasa penasaran dengan ikan itu hingga akhirnya kuputuskan untuk menanyai seorang bapak bapak yang tengah asik memancing.

Me : " pak niku iwak nopo ? "

(pak itu ikan apa ?)

Bapak : " seng gedi gedi koyok hiu iku a mas ? "

(yang besar besar kayak hiu itu tha mas ?)

Me : " nggeh pak "

(iya pak)

Bapak : " iku iwak sengkaring mas , umure satus taun punjul.... gak entuk dipancing iku soale iso kualat ambek danyange sendang iki "

(itu ikan sengkaring mas , umurnya seratus taun lebih.... gak boleh dipancing itu soalnya bisa kualat sama danyangnya sendang ini)

Me : " nopo wonten danyange pak ? "

(apa ada danyangnya pak ?)

Bapak : " onok mas , danyange ki soko segoro kidul kono asale "

(ada mas , danyangnya itu dari laut selatan sana asalnya)

Me : " lha kok iso teng mriki pripun niku ceritane pak ? "

(lha kok bisa ke sini gimana itu ceritanya pak ?)

Bapak : " njajal deloken iku onok batako ndek ngisor sendang , iku nggo nutup terowongane mas "

(coba liat itu ada batako di bawah sendang , itu buat nutup terowongannya mas)

Me : " terowongan ?! "

Pendik : " terowongane tembus segoro kidul a pak ? "

(terowongane tembus laut selatan tha pak ?)

Bapak : " iyo mas , jarene mbiyen danyange soko segoro kidul liwat terowongan iku trus manggon ndek kene... tapi aku dhewe yo gurung nate weruh "

(iya mas , katanya dulu danyangnya dari laut selatan lewat terowongan itu trus tinggal di sini... tapi aku sendiri juga belum pernah liat)

Kata bapak ini di dasar sendang ada terowongan yang tembusannya mencapai laut selatan , ketika kuamati titik lain di dasar sendang ini tampak timbunan batako yang sepertinya memang difungsikan untuk menguruk suatu lubang... entah apakah benar ada terowongan di balik timbunan batako itu.

Bapak : " mas , tak ke'i iwak gelem a ? "

(mas , tak kasih ikan mau tha ?)

Pendik : " iwak nopo pak ?"

(ikan apa pak ?)

Bapak : " iki aku entuk mujair uakeh "

(ini aku dapet mujair buanyak)

Pendik : " pun pak , mboten sah repot repot "

(udah pak , ngga usah repot repot)

Bapak : " loh aku ki kerep mancing ndek kene mas tak gawe hobi , aku ki wes waleh mangan lawuh iwak mujair saben dino... iki lho kanggo sampeyan ae iwake "

(loh aku ini sering mancing di sini mas buat hobi , aku ini udah bosen makan lauk ikan mujair tiap hari... ini lho buat sampeyan aja ikannya)

Pendik : " wo nggih pak , matur suwun "

(wo iya pak , terima kasih)

Bapak pemancing ini ternyata orang yang murah hati , beberapa ikan mujair hasil tangkapannya ia berikan begitu saja pada kami... dengan malu malu Pendik menerima bungkusan kresek besar yang disodorkan bapak pemancing ini , ketika kulihat isinya tampak 8 ekor ikan mujair seukuran lengan orang dewasa.... rejeki anak kost nih , lumayan buat lauk makan nanti malam.

" Byuar !!... byuar !!... byuar !!..." rasanya sungguh segar saat kami menceburkan diri di sendang ini , dengan mengenakan celana kolor kami asik berenang kesana kemari , sementara Niken berdiri di tepi sendang sambil terus memotret kami dari berbagai arah.

Niken : " guys !!.. gaya dong !! "

Zul : " ayo vig photo lagi nih ! "

Me : " oyi "

Pendik : " tak mesem ae cek ketok sinam "

(tak senyum aja biar keliatan manis)

Entah sudah berapa kali si Niken memotret kami di sendang ini , aku membayangkan hasil photonya akan sangat keren karena kami berenang di atas permukaan air yang berwarna kebiruan.

Pendik : " wani slulup a vig ? "

(berani nyelam a vig ?)

Me : " lapo slulup ndik ? "

(ngapain nyelam ndik ?)

Pendik : " iku ndelok batako ndek ngisor , jarene lak nutupi terowongan "

(itu liat batako di bawah , katanya kan nutupin terowongan)

Me : " ayo slulup sedelut ae ndik , aku yo penasaran "

(ayo nyelam bentar aja ndik , aku juga penasaran)

Aku dan Pendik sama sama penasaran ingin melihat timbunan batako di dasar sendang ini , segera saja kami mengambil nafas dalam dalam dan kemudian menyelam hingga mencapai kedalaman 8 meteran.... dari jarak sedekat ini aku dapat mengamati dengan lebih jelas lagi , benar saja ternyata ada celah celah di antara tumbukan batako dan kurasa memang ada terowongan di bawahnya " uuaaahhhh !! " dengan megap megap aku kembali naik ke permukaan karena tak kuat lama lama menahan nafas di dalam air.

Zul : " gimana vig ?!.. itu beneran ada terowongannya ya ? "

Me : " ada zul , lobangnya lumayan gede "

Pendik : " kiro kiro opo yo danyange vig ? "

(kira kira apa ya danyangnya vig ?)

Me : " paling siluman ulo "

Pendik : " mosok siluman ulo vig ? "

Zul : " kalo siluman ular berarti sama kayak di kolam kampus kita dong vig ? "

Me : " kayaknya sama zul "

Pendik : " aku gak yakin kalo siluman ular , kayaknya malah siluman ikan zul... ya mungkin bentuknya kayak ikan sengkaring itu "

Kami hanya bisa menebak nebak wujud siluman penunggu sendang ini , entah kenapa kami merasa agak takut melakukan astral projection kemari , mau beruji nyali saat malam haripun rasanya juga malas karena lokasi sendang ini terlalu jauh.... semoga saja suatu saat sendang Jenon ini masuk acara 'Dua Dunia' atau 'Dunia Lain'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar