BORNEO YO BRO - Tanda Tanda Gempa Bumi

 


Saat lagi enak enaknya tidur bang Renggo tiba tiba membangunkanku , rupanya ia berniat mengajakku ngastral entah kemana , kini dengan malas aku mulai bermeditasi hingga akhirnya sukmaku terlepas dari tubuhku yang duduk bersila di dalam kamar.

Me : “ emang mau ngastral kemana bang ? “

Renggo : “ tadi priono nelpon gw , katanya dia mau ngastral ke balikpapan vig “

Me : “ trus kita nungguin dia dulu nih bang ? “

Renggo : “ kita tungguin di kilang minyak vig , ntar dia nyusul ke sono “

Perlahan kami melayang tinggi di atas kota Balikpapan sebelum akhirnya kami melesat terbang menuju kilang minyak Pertamina yang berada di tepi teluk , kulihat di sana ada banyak cerobong cerobong yang menjulang tinggi dan juga tangki tangki besar yang saling berjejeran satu sama lain.

Renggo : “ kita ndarat di atas tangki vig “

Me : “ oyi “

Ketika tiba di kilang minyak kami langsung mendarat di salah satu tangki besar , tak ada yang kami lakukan selain berdiri di sini sambil memandangi komplek kilang minyak yang begitu luas ini , lagipula kami sedang menunggu kedatangan teman lama kami bang Priono yang katanya akan segera ngastral kemari.

Renggo : “ ini priono udah ngastral apa belum ya vig ? “

Me : “ kecapekan abis ngojek paling bos , kan biasanya sampe malam dia ngojeknya “

Renggo : “ tungguin dulu aja “

Bang Priono masih belum datang juga padahal sudah cukup lama kami menunggunya di sini , yang kami khawatirkan kalau ia batal ngastral kemari gara gara kecapekan ngojek hingga larut malam , maklum saja profesinya sebagai tukang ojek online benar benar menyita waktu dan tenaga.

Me : “ apa kita yang ngastral ke malang ? “

Renggo : “ gak usah deh vig , tungguin sini aja “

Untung saja kami masih punya kesabaran untuk menunggu bang Priono hingga akhirnya ia benar benar tiba di sini , kulihat sukmanya yang mengenakan kaos putih tampak melayang di antara cerobong cerobong tinggi sebelum akhirnya ia mendarat tepat di hadapan kami berdua.

Renggo : “ lawas banar no ?!... gw tungguin dari tadi “

Priono : “ yo sepurane nggo , tadi kelamaan ngopi di warung “

Bang Priono berniat mengajak kami ngastral ke pesisir samudera Hindia yang katanya sudah berada dalam kondisi mengkhawatirkan , ia bilang rekahan lempeng tektonik yang memanjang mulai dari lautan Nias hingga Flores sudah terselimuti kabut hitam tipis yang disebut Samkara , kabut hitam itu bermuatan energi negatif yang berasal dari dalam bumi dan sejak tahun 2014 terus keluar secara berkala , kalau kabut hitam itu sudah keluar sedikit ke permukaan laut maka akan segera diikuti dengan keluarnya muatan energi negatif yang lebih besar di satu titik tertentu hingga akhirnya terjadi gempa bumi berkekuatan minimal 5 skala richter , itulah cara kami melihat tanda tanda gempa bumi secara astral yang tentunya beda jauh dengan apa yang dilakukan orang orang di BMKG.

Me : “ kita kemana dulu ini bang ? “

Priono : “ kita ke ntt dulu vig “

Renggo : “ ayo buruan no ! “

Dengan cepat kami terbang menyeberangi lautan sebelum akhirnya kami tiba di kepulauan yang ada di Nusa Tenggara Timur , di tengah hamparan lautan kami melihat kabut hitam tipis yang menyelimuti permukaan air laut hingga berkilo kilo meter , tanpa berlama lama kami mulai terbang menelusuri ke arah barat hingga mencapai pulau Nusa Penida dan kabut hitam ini masih ada hingga berkilo kilo meter ke arah barat.

Renggo : “ ini beneran sampe ke nias no ? “

Priono : “ lha ayo kita liat sendiri nggo ! “

Kami terus terbang ke arah barat hingga akhirnya kami tiba di pulau Jawa , kulihat sepanjang pesisir selatan pulau ini tampak terselimuti kabut hitam yang lebih pekat daripada sebelumnya , bahkan selepas melewati pulau Nusa Kambangan kami melihat betapa pekatnya kabut di sepanjang pesisir Jawa Barat hingga selat Sunda dimana terdapat anak gunung Krakatau.

Renggo : “ apa sini yang bakalan gempa no ? “

Priono : “ yo mungkin ae nggo , ayo lanjut miber terus ! “

Kabut hitam ini memanjang hingga mencapai pesisir barat pulau Sumatera dan tampak sama pekatnya dengan yang ada di pesisiran Jawa barat tadi , kondisi seperti ini membuat kami kesulitan memprediksi titik dimana akan terjadi gempa nantinya.

Renggo : “ apa bakalan gempa di sini no ? “

Priono : “ udah gempa di bengkulu , pas tanggal 6 kalo gak salah “

Renggo : “ kok gw gak tau kalo bengkulu gempa duluan no ? “

Priono : “ makanya baca berita nggo , biar gak kudet lu “

Ternyata semingguan lalu sudah terjadi gempa di Bengkulu dan entah akan terjadi dimana gempa berikutnya , kini kami terus terbang menelusuri hingga mencapai pulau Nias dan di sinilah berakhirnya kabut hitam itu , kulihat pesisir lautan yang mengarah ke Aceh tampak bersih tanpa ada kabut hitam sedikitpun.

Renggo : “ habis di sini no kabutnya “

Priono : “ lha emang gw bilang sampe nias “

Me : “ kira kira segede apa bang energi negatif yang bakalan keluar ntar ? “

Priono : “ gw gak tau vig , kalo gede banget ya bisa sampe 7 skala richter ke atas “

Renggo : “ wah kalo segitu ya bahaya no , bisa tsunami ntar “

Priono : “ ya moga aja gak tsunami “

Kata bang Priono gempa berikutnya akan terjadi lebih dahsyat lagi dan kemungkinan juga berpotensi menimbulkan gelombang tsunami , menurut perkiraannya gempa itu mungkin akan terjadi di pesisir laut Jawa Barat atau Sumatera Barat karena kabutnya sangat pekat sekali.

Me : “ kira kira kapan bang itu gempanya ? “

Priono : “ gw juga gak ngerti vig , paling gak sampe semingguan “

Renggo : " kalo emang udah waktunya gempa ya mau gimana lagi no ?!.. sekarang buminya udah sekarat , udah sakit sakitan "

Peradaban jaman sekarang bagaikan racun yang membunuh bumi secara pelan pelan sehingga wajar kalau belakangan sering terjadi bencana alam , itu adalah cara bumi untuk menyembuhkan dirinya sendiri dan manusia harus siap menghadapi segala konsekuensinya.

14 Des 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar