Sesungguhnya Jepang sedang terdesak dalam perang Pasifik melawan Amerika , karena kekurangan jumlah pasukan Jepang akhirnya membuka lowongan bagi orang orang Indonesia untuk bergabung dalam angkatan laut atau Heiho , melalui poster propaganda Jepang menyerukan agar orang orang Indonesia turut serta berperang melawan Amerika dan nantinya akan mendapat gaji yang tinggi , namun Darmanto tidak tertarik karena selain benci Jepang ia juga tak mau kalau harus dikirim perang ke Biak dan mati di sana.
Jepang berhasil meraih simpati saat membuka lowongan untuk bergabung dalam barisan pembela tanah air atau PETA , hal ini terjadi karena Jepang menjanjikan akan memberi kemerdekaan bagi Indonesia , sementara kemampuan militer diperlukan agar orang orang Indonesia bisa mempertahankan negaranya kalau nanti diserang oleh Amerika , Inggris atau Belanda , seketika banyak orang tertarik bergabung PETA termasuk Darmanto yang akhirnya mendaftar ke Bogor , kota ini adalah satu satunya basis pelatihan militer PETA di pulau Jawa sehingga orang orang dari berbagai daerah banyak yang berdatangan untuk mendaftar.
Di Bogor semua kadet PETA dilatih di bekas markas KNIL yang disebut boei gyugun rensetai , mereka semua dilatih dengan keras oleh sersan , kopral , letnan atau kapten yang merupakan orang Jepang asli , kedisiplinan tinggi diterapkan mulai sejak bangun tidur hingga beranjak tidur lagi , hari demi hari diisi dengan latihan tembak menembak , taktik penyerangan dan pertahanan , adu ketangkasan fisik , senam taisho dan gulat sumo , hingga baca tulis huruf kanji kataikana dan hiragana , lama kelamaan para kadet PETA mulai terbiasa menjalani hidup dengan penuh kedisiplinan , selain itu ada kebanggaan yang membuncah saat para kadet PETA melakukan parade mengelilingi kota Bogor sambil dielu elukan oleh orang orang yang menonton " banzai !!... banzai !!... banzai !!... " teriakan itu terus terdengar di sepanjang jalan yang dilalui parade kadet PETA , sungguh merupakan suatu kebanggaan besar bisa mengenakan seragam hijau dan mengibarkan bendera PETA yang bersimbol bulan bintang.
Kemampuan militer Darmanto meningkat pesat selama bergabung dengan PETA , lagipula ia merasa percuma kalau hanya mengandalkan jurus silat tidak akan pernah bisa menang melawan persenjataan modern , yang jelas Darmanto yakin kalau pelatihan militer yang selama ini ia jalani suatu saat akan berguna untuk membela bangsa.
Begitu lulus dari Bogor Darmanto yang berpangkat shodanco ditempatkan di daidan Blitar untuk melatih kadet kadet PETA setempat , tiap bulan ia digaji sebesar 10 rupiah dan langsung ia gunakan sebagian untuk menafkahi keluarganya di Madiun , hingga saat memasuki awal tahun 1945 istrinya hamil anak kedua namun keadaan di Blitar mulai memanas , penyebabnya karena shodanco Supriyadi beserta perwira perwira PETA yang lain nekat melakukan pemberontakan melawan tentara Jepang yang semena mena terhadap penduduk desa yang dijadikan romusha , peristiwa pemberontakan ini pada akhirnya menewaskan banyak perwira PETA sementara sisanya kabur menjadi buronan , bahkan Darmanto dan rekan rekannya yang tidak terlibat juga terpaksa kabur dan mengungsi ke pondok pesantren Tebu Ireng yang berada di daerah Cukir Jombang.
Pondok pesantren ini dipimpin oleh Hadratussyaikh Hasyim Ashari yang punya pengaruh luas di kalangan santri santri Jawa Timur , Darmanto dan rekan rekannya sesama eks PETA turut berperan melatih mereka kemampuan militer , walaupun masih payah namun para santri yang tergabung dalam laskar Hizbullah ini siap untuk jihad fisabilillah melawan bala pasukan Dai Nippon , mereka sangat membenci tentara Jepang karena dulu pernah menangkap kiai dan membunuh beberapa santri Tebu Ireng.
Baru sebentar dilatih militer para santri sudah mahir memegang senapan , bahkan mereka mulai berani melakukan aksi kecil kecilan yang cukup beresiko , saat jam malam berlangsung listrik seluruh kota akan dimatikan sementara orang orang dilarang keluar rumah , biasanya pada saat itu para santri akan beraksi menyergap para kempetai yang berpatroli dengan mengendarai sepeda onthel , kempetai yang telah disergap akan dilucuti senjatanya dan kemudian langsung dibunuh di pinggir sungai , aksi seperti itu terus menerus dilakukan tanpa mengenal rasa takut , apalagi di kalangan para santri ada kebanggaan tersendiri kalau berani melakukan aksi aksi heroik yang membuat Jepang kewalahan.
Namun untuk memerangi pasukan Jepang secara frontal tidaklah mungkin dilakukan , semua orang tau kalau bala pasukan Dai Nippon jumlahnya sangat banyak dan bersenjata lengkap , sementara orang orang Indonesia tidak punya apa apa untuk berperang menghadapi mereka , segala kesengsaraan selama masa penjajahan Jepang terus menerus dirasakan tanpa bisa berbuat apa apa untuk melawan , satu satunya pengharapan hanyalah kekalahan Jepang dalam perang Pasifik yang secara tidak langsung akan membuat semua negara jajahannya merdeka.
Setiap kali berkumpul orang orang selalu menyimak siaran radio untuk mengetahui perkembangan terkini perang Pasifik , semuanya merasa senang saat mengetahui posisi Jepang sudah semakin terdesak , pulau pulau seperti Saipan dan Okinawa sudah direbut Amerika , bahkan Tokyo sudah porak poranda dihujani bom napalm oleh pesawat Amerika , hanya tinggal menunggu waktu saja Jepang akan angkat kaki dari Indonesia dan memberi kemerdekaan yang dijanjikan , namun kalau sampai janji itu tidak ditepati maka rakyat akan nekat memerangi Jepang habis habisan.
Pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 pesawat Amerika meledakkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki , peristiwa ini pada akhirnya membuat Jepang kalah telak dalam perang Pasifik , para kempetai dan tentara Dai Nippon seperti kehilangan wibawa sehingga orang orang mulai berani mengeroyok mereka beramai ramai , selain itu bendera Jepang dan kain bersimbol matahari yang terpasang di segala penjuru kota juga turut dilepas dan dibakar , rakyat seperti melampiaskan kemarahannya terhadap Jepang yang selama ini terus membuat sengsara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar