Selepas Isya aku masih santai mereguk kopi di teras rumah sambil membaca buku karya Pramoedya Ananta Toer , namun tak lama kemudian Aline berteriak memanggilku karena di televisi ada berita mengenai gempa yang baru saja terjadi di perairan Banten sekitar selat Sunda , rupanya di sana telah terjadi gempa berskala 7,4 SR yang guncangannya terasa hingga ke Jakarta , kulihat di televisi ada banyak orang yang kepanikan kalang kabut mencari selamat , masih untung gempa itu tidak menimbulkan tsunami sama sekali.
Aline : " aq nelpon mamah papah dulu yah mas , mau nanyain kabar mereka "
Me : " bilangin buat siaga terus "
Dengan terburu Aline segera menelpon keluarganya yang tinggal di Jakarta Selatan , tak lupa aku memperingatkan agar terus siaga mengantisipasi gempa karena sesungguhnya sampai akhir tahun ini akan ada banyak gempa yang terjadi di selat Sunda dan juga pulau Jawa maupun Sumatra , jika belakangan ini gempa demi gempa yang terjadi masih berada di kisaran 7 SR maka bukan tak mungkin bulan bulan depan akan meningkat lagi menjadi 8 SR , gempa demi gempa ini tidak akan berhenti sebelum terjadi gempa terbesar yang berkekuatan 9 SR di selat Sunda , perlu diketahui kalau lempengan di laut Jawa hingga Sumatra sudah sangat rapuh sementara jalur Ring of Fire sedang mengalami keaktifan yang lebih masif , bisa dilihat pada akhir Juli 2019 sudah terjadi gempa berkali kali sebelum akhirnya terjadi gempa berskala 7,4 SR pada malam ini tanggal 2 Agustus 2019 , belum lagi gunung gunung seperti Bromo dan Tangkuban Perahu juga mengalami erupsi dalam waktu yang berdekatan , semua ini adalah indikasi bahwa jalur Ring of Fire memang mengalami keaktifan yang lebih masif sejak terjadi gerhana Matahari pada awal bulan Juli 2019 , tentunya gempa demi gempa yang akan terjadi setelah ini harus siap diantisipasi oleh semua orang.
Kepanikan akan timbul karena ketidak siapan untuk mengantisipasi , beruntung keluarga Aline sudah menerapkan kesiagaan hingga mereka bisa dengan cepat meninggalkan rumah saat guncangan gempa mulai terasa di Jakarta , sementara dari live report di Youtube kulihat ada banyak orang yang kebingungan sendiri tak tahu harus berbuat apa , bahkan orang orang yang tinggal di apartemen sampai berebutan turun menggunakan lift hingga berjejalan , tentunya kepanikan yang demikian tak perlu terjadi kalau kesiagaan sudah diterapkan dalam diri masing masing orang , oleh karena itu aku terus memperingatkan teman , saudara atau keluarga yang tinggal di Jakarta agar terus siaga walaupun keadaan tampak baik baik saja , bukan tak mungkin kalau setelah ini gempa yang lebih besar akan terjadi lagi dan menimbulkan dampak yang lebih merusak , peringatan ini jangan sampai diremehkan karena tujuannya adalah demi keselamatan diri sendiri.
Bagaimana jika nantinya gempa megathrust berskala 9 SR benar benar terjadi di selat Sunda ??... jika peristiwa itu terjadi maka orang orang yang berada di Jabotabek hanya punya sedikit waktu untuk menyelamatkan diri , mereka yang tinggal di pesisiran Banten hanya punya waktu semenit dua menit untuk segera meninggalkan rumah dan lari ke tempat yang lebih tinggi untuk menghindari tsunami , sementara mereka yang tinggal di Jakarta , Tangerang , hingga Bogor hanya punya waktu beberapa menit untuk segera meninggalkan rumah sebelum akhirnya roboh rata dengan tanah , gempa berskala 9 SR yang disebut Sunda Megathrust itu pasti akan terjadi walaupun tak tahu kapan pastinya , oleh karena itulah gempa demi gempa yang terjadi belakangan ini sebaiknya dimanfaatkan untuk menerapkan kesiagaan sebagai suatu sikap antisipasi dini , jangan sampai nantinya hanya bisa menyesal atau meratap ratap saja kalau terjadi apa yang disebut Sunda Megathrust.
Vigo
Agustus 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar