ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar akhir tahun 2013
Hujan rintik rintik menyambut kedatangan Steve di kota Ponorogo sore ini , begitu turun dari bus ia langsung kuajak makan di warung sambil ngobrol ngalor ngidul , sudah berbulan bulan aku tak bertemu dengannya sejak kutinggalkan kota Malang pada akhir tahun 2012 kemarin.
Me : " sidang skripsinya gimana stiv ? "
Steve : " ya alhamdulilah lancar lancar aja mas "
Me : " sekarang udah santai lu , tinggal nunggu wisuda aja "
Steve : " iya mas , ntar bulan oktober wisudanya "
Sepanjang tahun 2013 Steve memang terus disibukkan dengan skripsinya , kini setelah usai sidang ia punya banyak waktu luang yang bisa dipergunakan untuk bersantai melepas beban , karna itulah kusuruh ia datang ke kampung halamanku ini biar ia bisa refreshing dan merasakan suasana yang berbeda , apalagi ia penasaran ingin melihat pertunjukan Reog secara langsung.
Steve : " reognya kapan mainnya mas ? "
Me : " ntar gw tanyain temen gw , biasanya ada reog main di acara bersih desa "
Steve : " eh mas , lala sebenernya pengen ikutan ke sini juga "
Me : " napa ngga lu ajakin sekalian ?!.. kan lagi libur semester juga kampus polinema "
Steve : " dia disuruh pulang kampung sama ibuknya mas "
Me : " padahal seru tuh kalo dia ikut ke sini stiv "
Steve : " ya mau gimana lagi mas , ntar abis ini aku malah disuruh nyusul ke rembang , mau dikenalin sama orang tuanya "
Me : " trus rencananya berapa hari lu di sini ? "
Steve : " kayaknya cuma 3 harian aja mas "
Me : " yo wes cukup itu 3 hari stiv , gw mau ajakin lu keliling wisata juga "
Steve : " emang wisata apaan mas yang keren di ponorogo ? "
Me : " ada tuh telaga ngebel , air terjun pletuk , sama gunung bayangkaki , sekalian lu bisa tarik mustikanya "
Steve : " emang wingit semuanya mas ? "
Me : " daerah ponorogo ini banyak yang wingit stiv , dulu ada kerajaan wengker di sini "
Steve : " kerajaan wengker mas ?!.. emang jaman kapan itu ? "
Me : " jaman majapahit itu stiv , dulu kan kerajaan wengker itu wilayah kademangan majapahit "
Steve : " oh gitu ya mas sejarahnya ? "
Rencananya selama 3 hari berada di sini Steve akan kuajak mengunjungi beberapa tempat wisata yang terletak di segala penjuru Ponorogo , selain alamnya yang indah tempat tempat wisata itu juga dikenal wingit sehingga kemungkinan besar ada bebatuan mustika yang bisa ditarik oleh Steve.
Me : " besok pagi deh gw ajakin lu ke gunung bayangkaki duluan "
Steve : " iya mas , terserah wes "
Me : " ya udah ini kita pulang sekarang aja "
Steve : " iya mas , udah mau maghrib ini "
Adzhan magrib telah berkumandang sementara hari mulai beranjak petang , bergegas kami meninggalkan warung lalu jalan jalan sebentar keliling kota Ponorogo , Steve yang duduk di boncengan merasa heran ketika melihat kolam bundaran dan patung yang menghiasi tiap tiap perempatan jalan.
Steve : " keren nih mas tiap perempatan jalan ada kolam sama patungnya "
Me : " dulu lebih keren lagi stiv , soalnya air mancurnya dinyalain terus "
Kolam bundaran dan patung yang ada di tengah tengah perempatan jalan itu adalah warisan dari bupati Markum Singodimedjo , bahkan saat beliau masih menjabat seluruh air mancur di tiap kolam tak pernah sekalipun mati , beda dengan saat ini dimana air mancurnya telah lama mati dan mengurangi daya tarik kolam kolam itu.
Steve : " rumahmu dimana mas ? "
Me : " bentar lagi nyampe nih "
Tak butuh waktu lama laju motorku akhirnya terhenti di depan pagar rumahku yang tak terkunci , lekas kusuruh Steve untuk turun dari boncengan dan membuka pintu pagar.
Steve : " kok sepi mas rumahmu ? "
Me : " ya emang gini tiap hari stiv , cepetan tuh bukain pagernya ! "
Begitu turun dari boncengan Steve segera mendorong pintu pagar hingga terbuka lebar dan kemudian lekas kuajak ia masuk ke rumahku.
Di dalam kamar aku dan Steve hanya leyeh leyeh sambil nonton acara tv , selang setengah jam kemudian Harun dan Gendu tiba tiba datang dan berniat mengajakku ngopi di luar , tapi aku sudah malas mau keluar lagi karena hawa udaranya lumayan dingin.
Me : " wes ngopi neng kamarku ae yo bro ? "
(dah ngopi di kamarku aja ya bro ?)
Harun : " yo wes gawekno kopi nek ngono "
(ya udah bikinin kopi kalo gitu)
Gendu : " kopi ireng lho vig , ojo cappucino "
(kopi hitam lho vig , jangan cappucino)
Me : " oyi , entenono sek ! "
(oyi , tungguin bentar !)
Kutinggalkan teman temanku di kamar lalu dengan tergesa aku membuat kopi di dapur , tak sampai 10 menit kemudian aku telah kembali lagi sambil membawa nampan berisi 4 gelas kopi panas.
Me : " iki kopine bro "
Harun : " sip vig "
Sambil duduk lesehan di karpet kami asik menyeruput kopi dan menghisap rokok , tak lupa kukenalkan Steve pada teman temanku ini biar suasananya jadi lebih akrab.
Me : " iki steve seng tau tak critani mbiyen kae lho "
(ini steve yang pernah aku ceritain dulu itu lho)
Gendu : " seng jaremu iso ngetokne ajian mbakar kuntilanak abang kae tho vig ? "
(yang katamu bisa keluarin ajian mbakar kuntilanak merah itu tho vig ?)
Harun : " wah sakti beneran yo sampeyan mas ? "
Steve : " biasa aja kok mas , itu juga dibantuin temen "
Gendu : " aku lho sebenere gak percoyo pas diceritain sama vigo "
Harun : " ternyata beneran yo sampeyan iso mbakar kuntilanak merah mas ? "
Steve : " iya mas , udah lama itu "
Beberapa tahun lalu aku pernah bercerita kepada Harun dan Gendu mengenai sosok kuntilanak merah yang dimusnahkan Steve , bahkan aku sempat memamerkan sobekan kain bajunya yang agak hangus terbakar , namun mereka sama sekali tak percaya dan malah menganggapku bohong... kini Harun dan Gendu telah bertemu dengan orang yang memusnahkan kuntilanak merah itu , kubiarkan mereka mendengar sendiri ceritanya dari mulut Steve.
Harun : " sampeyan kok ngga takut lho mas ketemu demit begituan ? "
Steve : " udah pengalaman sih mas , ngapain juga takut "
Gendu : " kalo punya ajian koyok sampeyan aku yo wani mas "
Harun : " itu ajian opo lho mas kok sampe kebakar kuntilanak merahnya ? "
Steve : " ajian tapak api mas , pake tenaga dalam pokoknya "
Gendu : " koyok neng pilem brahma kumbara ae yo run ? "
Harun : " jadi pengen sakti koyok sampeyan juga aku mas.. he.. he.. "
Me : " belajare taun taunan bro , ra kuat kowe "
Harun dan Gendu tampak terkagum kagum dengan kelebihan yang dimiliki Steve , biar mereka makin kagum lagi kusuruh Steve untuk sedikit memamerkan kesaktiannya di hadapan mereka.
Steve : " waduh , aku harus gimana mas ? "
Me : " gw mau lu bakar rokok gw pake ajian tapak api "
Steve : " dibakar semua rokoknya mas ? "
Me : " gw mau keluarin dulu dari bungkusnya trus gw berdiriin di meja rokoknya "
Harun : " wah bisa mbakar rokok jarak jauh mas ? "
Gendu : " njajal pengen ngerti aku run "
Lekas kukeluarkan beberapa batang rokok filterku dari bungkusnya dan kemudian kuletakkan berjejeran di atas meja dengan posisi berdiri , kini kusuruh Steve membakarnya satu persatu dengan ajian tapak api andalannya.
Me : " oke stiv , siap tuh "
Harun : " penasaran aku vig "
Steve : " tungguin bentar ya mas , aku mau olah nafas dulu "
Dengan posisi duduk bersila Steve melakukan olah nafas selama beberapa menit , kemudian ia mengarahkan kedua telapak tangannya ke arah meja yang berjarak semeteran darinya , ada 5 batang rokok filter yang berdiri berjejeran di atas meja itu dan siap untuk dibakar oleh Steve.
Gendu : " endi kok urung kobong rokok e ? "
(mana kok belum kebakar rokoknya ?)
Me : " enteni sedelut ngkas "
(tungguin bentar lagi)
Steve terus menatap berbatang batang rokok itu sambil mengarahkan kedua telapak tangannya ke depan , sekejap kemudian " pssstt !!.... psstt !!.. psstt !!.... satu persatu dari rokok itu tampak mengepulkan asap dan mulai menyala bagian ujungnya.
Harun : " loh kok iso ya ndu ?! "
Gendu : " wah sangar iki ajiane run "
Aku hanya tersenyum saja melihat reaksi Gendu dan Harun , mereka hanya bisa melongo melihat rokok rokok itu terbakar satu persatu.
Harun : " nggumun tenan aku ngerti ajian ngene iki vig , lagek saiki aku tumon rokok iso murup dhewe "
(takjub banget aku tau ajian beginian ini vig , baru sekarang aku lihat rokok bisa nyala sendiri)
Gendu : " ora butuh korek ki nek arep rokokan ya run "
(gak butuh korek nih kalo mau ngerokok ya run)
Segera kuambil rokok rokok yang telah terbakar itu lalu kami hisap satu satu , sementara Steve malah menempelkan kedua telapak tangannya di tengkuk Harun dan Gendu.
Harun : " wah panas banget tangane sampeyan mas "
Gendu : " iyo mas stiv , koyok setriko tangane panas "
Steve : " ha.. ha.. namanya juga ajian tapak api mas , pasti panas dong tangannya "
Lagi lagi aku tertawa melihat reaksi Harun dan Gendu yang kepanasan saat tengkuknya disentuh Steve , kini mereka telah percaya bahwa ajian tapak api benar benar nyata dan bukan sekedar ada di film Brahma Kumbara saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar