PONOROGO PRAKOSO - Pendakian Gunung Bayangkaki

 ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar akhir tahun 2013




Pada hari sabtu yang cerah ini kuajak Steve untuk mendaki gunung Bayangkaki yang berada di daerah Sawoo , tak lupa kuajak Harun dan Gendu biar suasananya jadi semakin seru dan sekaligus sebagai penunjuk jalan karena aku belum pernah sekalipun ke sana , namun sebelum berangkat ke sana kami mampir sebentar di daerah Jabung buat minum es dawet , asal tau saja daerah ini terkenal dengan dawet khasnya yang lain daripada yang lain.

Steve : " banyak banget yang jualan dawet mas ? "

Me : " emang orang sini jago bikin dawet stiv "

Gendu : " iyo , wenak lan sueger pokoke mas stiv "

Perlahan kami melambatkan laju motor lalu berhenti di salah satu warung dawet , begitu berada di dalam kami duduk mengerubungi penjual dawet yang tengah sibuk melayani pembeli lainnya.

Me : " buk dawete sekawan "

(buk dawetnya empat)

Ibu : " nggeh sekedap mas yo "

(iya sebentar mas ya)

Sambil menunggu dawet dibuat kamipun menyantap jajanan yang tersaji di atas meja , ada tape , pisang goreng , bikang dan juga kwetok.

Harun : " ayo mas stiv , makan jajan dulu ae "

Gendu : " wenak mas ayo dimakan "

Steve : " iya mas "

Tak butuh waktu lama 4 mangkuk dawet telah tersaji di hadapan kami , melihat tampilannya saja sudah membuat air liurku menetes... keistimewaan dawet Jabung ini terletak pada kuahnya yang merupakan campuran santan dan gula aren , sementara isiannya ada buah nangka , ketan hitam , cendol dan juga janggelan.

Steve : " seger mas dawetnya "

Me : " he.. he.. di pekanbaru mana ada dawet ginian stiv "

Harun : " kalo kurang nambah lagi mas stiv "

Porsi semangkuk dawet ini sangat sedikit sekali sehingga kami harus nambah lagi biar puas , hingga akhirnya masing masing dari kami menghabiskan 3 mangkuk berturut turut... rasanya sungguh segar tenggorokanku ketika keluar dari warung ini.

Me : " wes tho ?!.. ayo budal saiki ! "

(udah tho ?!.. ayo berangkat sekarang !)

Harun : " ayo wes selak awan "

(ayo deh keburu siang)

Gendu : " liwat jetis ae vig "

(lewat jetis aja vig)

Dari daerah Jabung kami meneruskan perjalanan hingga ke daerah Jetis , selepas melewati pasar sapi kami berbelok ke timur hingga akhirnya tiba di daerah Sawoo , kubiarkan Harun melaju di depanku karena dialah yang tahu arah menuju gunung Bayangkaki.

Gunung itu telah terlihat ketika kami melintasi waduk Bendo , kini jalanan agak menanjak karena kami telah memasuki kawasan pegunungan yang dipenuhi areal persawahan dan juga perkampungan desa.

Steve : " asik juga mas pemandangannya "

Me : " gw juga baru tau stiv , gak pernah ke sini "

Jalanan kian menanjak hingga akhirnya kami memasuki hutan lebat yang berada di lereng gunung " cuuit !... cuuit !... cuuit !... " riuh suara kicauan burung seakan menyambut kedatangan kami di sini.

Harun : " dalane soyo angel vig "

(jalannya makin susah vig)

Me : " kalem ae nek mlaku run "

(pelan aja kalo jalan run)

Medan jalanan hanyalah berupa jalan makadam yang penuh bebatuan sehingga kami agak kewalahan mengendalikan laju motor , tak lama kemudian jalanan ini berakhir di sebuah pos perhutani yang tampak kosong melompong , sungguh benar benar sunyi suasana di hutan ini.

Harun : " dalane wes entek vig , awake dhewe parkir motor neng kene "

(jalannya udah abis vig , kita parkir motor di sini)

Me : " ora enek maling ki ? "

(gak ada maling nih ?)

Harun : " sopo seng arep maling motor neng kene vig "

(siapa yang mau maling motor di sini vig)

Kami harus meninggalkan motor di pos ini dan kemudian langsung mendaki lereng yang dipenuhi pepohonan lebat , kuperkirakan ketinggian gunung Bayangkaki tak lebih dari 1000 mdpl sehingga tak akan banyak makan waktu dan tenaga untuk tiba di puncaknya.

Me : " udah lama gw ngga ndaki gunung stiv "

Steve : " aku juga mas , terakhir ndaki gunung arjuno pas taun 2011 "

Keringat mulai bercucuran ketika kami mendaki di sekitar tebing tebing bebatuan , apalagi medannya kian menanjak dan cuaca mulai terasa panas... sambil menyeka keringat kami bingung menentukan jalur mana yang akan kami daki selanjutnya.

Gendu : " liwate endi run ?! "

(lewatnya mana run ?!)

Harun : " lha iki aku yo bingung ndu "

Dengan susah payah kami terus mendaki tebing bebatuan yang terjal ini , sesekali kami juga melihat pemandangan sekeliling gunung yang tampak begitu menakjubkan.

Steve : " keren ya mas alamnya "

Me : " kelihatan semua nih daratannya "

Dari ketinggian ini kami dapat menyaksikan luasnya hamparan daratan yang berupa persawahan , perbukitan , dan juga hutan yang tampak begitu hijau... sejenak kami melihat lihat pemandangan sambil beristirahat dan mereguk air mineral yang dibawa Harun " aahh !!.. " perlahan aku mulai merasa agak bertenaga lagi dan siap melanjutkan pendakian yang cukup melelahkan ini.

Akhirnya pendakian kami berakhir pada jam 11 siang dan kini kami telah tiba di puncak gunung Bayangkaki yang dipenuhi pepohonan lebat , saking lelahnya kami langsung duduk selonjoran di atas tanah sambil mengamati keadaan sekeliling yang tampak begitu sunyi... entah ada dimana lokasi makam keramat yang dulu pernah dikatakan Mas Adi.

Me : " kuburan e neng endi run ? "

(kuburannya dimana run ?)

Harun : " nek kuburane kuwi aku yo ra ruh lokasine vig "

(kalo kuburannya itu aku juga gak tau lokasinya vig)

Gendu : " kuburane sopo lho run ? "

Harun : " ora ngerti aku ndu , jarene enek kuburane wong sekti "

(gak tau aku ndu , katanya ada kuburannya orang sakti)

Sejenak kuabaikan soal kuburan angker itu karena aku ingin menikmati suasana tempat ini sambil beristirahat , rasanya begitu damai berada di puncak gunung yang sunyi seperti ini " kikk !!.... kikk !!... kikk !!.. " riuh terdengar suara kawanan monyet yang berkeliaran di sekitar kami , sesekali hewan hewan liar itu juga terlihat bergelantungan di lebatnya pepohonan.

Steve : " banyak monyetnya ya mas "

Harun : " sini emang banyak monyetnya mas stiv "

Gendu : " dulurmu kuwi run "

(sodaramu itu run)

Harun : " wo ngenyek kowe ndu "

(wo ngeledek kamu ndu)

Me : " ayo gek mlaku mubeng ae "

(ayo cepet jalan keliling aja)

Setelah memulihkan tenaga kami mulai berjalan menyusuri hutan lebat ini , namun Steve yang memiliki kepekaan ternyata merasakan energi makhluk gaib di sekitar kami , ia mengarahkan kedua telapak tangannya ke depan dan terus mencari cari keberadaan makhluk gaib itu.

Harun : " nyapo koncomu kuwi vig ? "

(ngapain temenmu itu vig ?)

Me : " biasa kuwi carane ndeteksi demit "

(biasa itu caranya deteksi demit)

Gendu : " waduh , nek demite metu piye yo ? "

(waduh , kalo demitnya keluar gimana ya ?)

Kami terus berjalan mengikuti Steve yang masih mencari cari lokasi keberadaan makhluk gaib itu , hingga akhirnya kami mendapati 3 makam yang tersusun dari bebatuan dan berkalang tanaman liar... inikah makam keramat yang dimaksud oleh Mas Adi ?!?

Me : " lha iki kuburane neng kene tibake run "

(lha ini kuburannya di sini ternyata run)

Harun : " medeni vig , gek ora enek patokane pisan "

(serem vig , gak ada nisannya juga)

Gendu : " aku kok rodok wedi tho neng kene "

(aku kok agak takut tho di sini)

Sejenak kami terdiam mengamati 3 kuburan tanpa nisan ini , kata Mas Adi kuburan keramat ini biasa jadi jujukan orang orang yang doyan mencari pesugihan... entah jenasah siapa yang bersemayam di dalamnya dan ada makhluk gaib apa di kuburan ini.

Me : " ada arwahnya ya stiv ? "

Steve : " arwahnya ngga ada mas "

Me : " trus ada demit apaan ? "

Steve : " ada siluman macan , khodamnya orang yang dikubur ini mas "

Me : " siluman macan ?! "

Steve : " macannya lagi nangkring di atas kuburan mas , tapi ngga niat nyerang kita "

Kata Steve kuburan ini ditunggui oleh seekor siluman macan , namun sepertinya mustahil makhluk itu bisa menampakkan diri di hadapan kami karena hari masih siang.

Me : " trus kita gimana stiv ?! "

Steve : " kayaknya emang ada mustika di sini mas "

Me : " bisa lu tarik ngga ?! "

Steve : " kita harus minta mustikanya sama macan itu mas , kalo narik sendiri takutnya malah marah macannya "

Me : " gimana caranya minta ?! "

Steve : " pake mediumisasi "

Aku sudah menduga jika kuburan ini menyimpan batu mustika , namun Steve tak mungkin menariknya langsung karena bisa beresiko membuat siluman macan itu marah , jalan satu satunya adalah melakukan mediumisasi agar siluman macan itu bisa menunjukkan lokasi tersimpannya batu mustika.

Me : " ayo sopo gelem dimediumisasi ?! "

(ayo siapa mau dimediumisasi ?!)

Harun : " ojo aku vig , gendu ae "

(jangan aku vig , gendu aja)

Gendu : " yoalah , kowe ae nyapo run ?! "

(yoalah , kamu aja kenapa run ?!)

Harun : " aku wedi ndu "

(aku takut ndu)

Gendu : " lha aku yo wedi e "

(lha aku juga takut nih)

Harun dan Gendu saling eyel eyelan karena tak bersedia dimediumisasi , akhirnya kubujuk Gendu dengan iming iming batu mustikanya dapat ia miliki agar rejekinya jadi makin lancar... aku tahu jika temanku yang satu ini terobsesi dengan kekayaan instan.

Me : " piye ?!.. gelem tho kowe ?! "

(gimana ?!.. mau tha kamu ?!)

Gendu : " tapi tenan ya mustikane ngko tak pek ?! "

(tapi beneran ya mustikanya entar aku miliki ?!)

Me : " iyo iyo , uripmu iso sugih ngko ndu "

(iya iya , hidupmu bisa kaya ntar ndu)

Harun : " hayo ndu , pengen cepet sugih tho kowe ?! "

(hayo ndu , pengen cepet kaya tho kamu ?!)

Gendu : " yo wis ra po po , seng penting aku iso cepet sugih "

(ya udah gak pa pa , yang penting aku bisa cepet kaya)

Tanpa berlama lama Gendu segera mengikuti instruksi Steve yang menyuruhnya untuk duduk bersila di dekat kuburan , kemudian Steve meletakkan telapak tangan kanannya di ubun ubun Gendu sementara mulutnya merapal ayat ayat suci secara singkat , hingga akhirnya " ggraaawww !!!... " auman macan langsung terdengar nyaring dari mulut Gendu yang telah hilang kesadaran , rupanya sosok siluman macan itu telah merasukinya.

Tubuh Gendu mulai merangkak bak macan kelaparan , tatapan matanya tampak melotot dan terlihat ganas " ggraawww !!!!... ggraww !!!... "sesekali ia mengaum keras hingga membuat aku dan Harun jadi agak takut.

Harun : " koyok macan tenan vig "

(kayak macan beneran vig)

Me : " rodok wedi aku nyawang run "

(agak takut aku lihat run)

Steve : " aku mau suruh nunjukkin tempat mustikanya mas "

Tanpa rasa takut Steve berjongkok di dekat Gendu dan menyuruhnya menunjukkan lokasi dimana batu mustika tersimpan , perlahan tubuh Gendu mulai merangkak dan berkeliling di antara kuburan sambil sesekali mengaum keras " ggraaaww !!!.... ggraww !!... " sekejap kemudian kedua tangannya mulai mencakar cakar tanah hingga tercipta lubang yang tak terlalu dalam , ketika kami melongok ke dalam lubang itu terlihatlah 3 butir batu mustika beraneka warna yang teronggok di dalamnya.

Steve : " itu mas mustikanya udah ketemu "

Me : " trus gimana sekarang stiv ? "

Steve : " aku keluarin dulu macannya "

Dengan sigap Steve memegangi ubun ubun Gendu untuk mengeluarkan siluman macan itu dari tubuhnya " graaww !!.... grraawww !!!.... " aumannya terdengar begitu nyaring seiring tubuhnya yang mengejang hebat , sementara kedua matanya mendelik hingga terlihat putihnya saja , sekejap kemudian tubuh Gendu langsung ambruk dan terkapar lemas di atas tanah.

Steve : " udah aku netralisir mas "

Harun : " tapi ini gendunya malah pingsan mas stiv ? "

Steve : " tungguin setengah jam ntar bangun sendiri mas "

Me : " gw ambil dulu mustikanya stiv "

Tubuh Gendu telah direbahkan Steve di atas tanah , sementara aku mengambili ketiga batu mustika dari lobang galian dan kemudian membersihkannya dari sisa sisa tanah yang melekat.

Harun : " wah opo gunane iki vig ? "

Me : " macem macem iki run "

Ketiga batu mustika ini berwarna merah , hijau dan biru , berdasarkan perbedaan warnanya maka fungsi dari batu mustika ini juga berbeda beda satu sama lain.... warna merah buat memperlancar rejeki , warna hijau untuk menjaga kesehatan , sedangkan warna biru sepertinya untuk meningkatkan wibawa.

Me : " ini yang biru buat ningkatin wibawa ya stiv ? "

Steve : " iya mas , kan itu berhubungan sama chakra visudhi "

Harun : " aku pengen nggowo siji vig "

Me : " kowe seng ijo ae run , ben awakmu sehat gak engkrik engkrikan "

(kamu yang ijo aja run , biar badanmu sehat gak sakit sakitan)

Harun : " mosok seng ijo iso nggo njogo kesehatan awak ? "

(masak yang hijau bisa buat jaga kesehatan badan ?)

Me : " iyo wes tho gowonen seng ijo "

(iya dah bawa aja yang ijo)

Kusuruh Harun untuk menyimpan mustika warna hijau karena ia cukup sering sakit sakitan , sementara mustika warna merah biar disimpan Gendu sebagai imbalan atas kerelaannya dimediumisasi tadi.

Me : " yang biru buat gw atau elu nih stiv ? "

Steve : " kamu aja yang bawa mas , aku cuma pengen mustika warna ungu "

Kusimpan mustika warna biru ini sementara Steve tak mendapat apa apa , ia hanya menginginkan mustika warna ungu yang katanya teramat sangat sulit didapatkan.

Me : " besok aja gw ajakin lu ke tempat lain , kali aja bisa dapet mustika warna ungu "

Steve : " iya mas , emangnya kemana lagi kita besok ? "

Me : " kalo ngga air terjun pletuk ya ke telaga ngebel stiv "

Rencananya besok akan kuajak Steve mengunjungi air terjun Pletuk atau telaga Ngebel yang terkenal cukup wingit , semoga saja Steve bisa mendapatkan mustika warna ungu di sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar