ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar awal tahun 2013
Malam ini aku diajak Harun ngopi di warung Keyang lagi , kali ini suasananya agak sepi karena hujan deras baru saja mengguyur kota Ponorogo sejam lalu , dingin dingin begini memang paling enak menyeruput wedang jahe panas dan rasanya akan lebih hot lagi jika disambi bermesraan dengan gadis pelayannya.
Me : " hapemu setelen radio ae run , nggo hiburan "
(hapemu setel radio aja run , buat hiburan)
Harun : " yasmaga fm penak iki vig , wayahe campursarian "
(yasmaga fm enak ini vig , waktunya campursarian)
Sari : " ojo campursarian tho mas , gak seneng aku "
Harun : " lha opo lho sar ? "
Sari : " romansa fm ae mas , lagu lagu pop seng romantis ngono lho "
Harun : " iyo wes manut ae aku iki "
Lantunan lagu lagu pop mulai mengalun dari speaker ponselnya Harun , sementara Sari terdiam mendengarkan sambil gelendotan manja di pangkuan Harun , tak lama kemudian datang seorang gadis pelayan lainnya yang membawakan minuman pesanan kami , ia terlihat seksi mengenakan celana jeans pendek dan juga kaos kuning ketat , apalagi bodinya cukup sintal dan kulitnya juga putih mulus.
Sari : " iki mas temenku namanya evi "
Me : " evi ?!.. evie tamala penyanyi dangdut tho ?! "
Evi : " mas e iso ae "
Sari : " iki mas e namane vigo vi , temene mas harun "
Harun : " iyo vi , koncoku jaman sma mbiyen ki "
(iya vig , temenku jaman sma dulu ini)
Evi : " ohh ? "
Me : " lungguho kene lho vi , ngancani aku ngobrol "
(duduk sini lho vi , nemenin aku ngobrol)
Dengan malu malu Evi ikutan duduk di sebelahku , sekilas kuamati wajahnya yang tampak manis khas gadis desa , sementara rambutnya panjang sebahu dan dihiasi bando di kepalanya , jika melihat usianya mungkin baru sekitar 18 tahun dan mungkin masih belum lama bekerja di warung ini.
Me : " wingenane aku mrene kok gak ngerti awakmu tho vi ? "
(kemarin aku ke sini kok gak lihat kamu tho vi ?)
Evi : " mungkin pas aku nggoreng neng pawon mas "
(mungkin pas aku nggoreng di dapur mas)
Me : " aslimu endi lho vi ? "
(asalmu mana lho vi ?)
Evi : " aku soko bungkal mas "
(aku dari bungkal mas)
Me : " endine sendang bulus ? "
(mananya sendang bulus ?)
Evi : " sek rodok adoh kok mas , pasar sek ngulon "
(masih agak jauh kok mas , pasar masih ke barat)
Me : " wes suwi tho kerjo kene ? "
(udah lama tho kerja di sini ?)
Evi : " urung enek limang sasi kok mas "
(belum ada lima bulan kok mas)
Sambil menyeruput wedang jahe aku berbasa basi sejenak dengan Evi , ia terlihat agak canggung menemani orang yang baru dikenal seperti diriku ini , beda dengan Sari yang tak sungkan bermesraan dengan Harun karena telah saling kenal dekat.
Ternyata Evi suka menonton film horor lokal , sambil duduk di pangkuanku ia sibuk mengamati layar ponselku yang berada di genggaman tangannya , ia memintaku memutar streaming film 'Nenek Gayung' melalui aplikasi Youtube.
Evi : " lucu mas enek yadi sembako lho "
Me : " iyo "
Aku sama sekali tidak peduli dengan film horor kacangan itu , perhatianku hanya tertuju pada tubuh sintal Evi yang tengah kupangku dan kudekap dari belakang ini , apalagi wangi aroma parfumnya kian membuatku terbuai ingin cepat cepat mencumbuinya.
Evi : " hantune nikita mirzani mas tibake "
(hantunya nikita mirzani mas ternyata)
Me : " kok iso dadi hantu piye ceritane ? "
(kok bisa jadi hantu gimana ceritanya ?)
Evi : " ndek mau diperkosa trus dipateni kok mas "
(tadi diperkosa trus dibunuh kok mas)
Me : " wo mesakne rekk "
(wo kasihan rekk)
Siapa peduli soal Nikita Mirzani yang berubah jadi hantu , di saat Evi sibuk nonton tanganku mulai asik menggerayangi tubuhnya , secara perlahan kumasukkan tanganku ke balik kaos kuning ketat yang dikenakannya lalu dengan lembut kuelus elus perutnya.
Evi : " mas !.. keri lho ! "
(mas !.. geli lho !)
Me : " gak po po , malah enak vi "
Evi diam saja saat bibirku mulai menciumi pipi dan lehernya , sementara tanganku masih mengelus elus perutnya dan kian tak tahan untuk bergerak naik meremas buah dadanya yang menggiurkan.
Evi : " mas e ki lho !.. nakal tangane ! "
Me : " he.. he.. ben no nakal "
Kurasa Evi tak lagi fokus menonton film itu , hela nafasnya terlihat agak cepat dan sepertinya ia mulai terangsang , apalagi ia juga melihat Sari yang tengah dicumbui Harun di hadapannya " ahh !!.. ahh !!.. " desahan Sari terdengar lirih saat kaos pink ketat dan bra hitamnya disingkap Harun , dengan penuh nafsu temanku itu menikmati buah dadanya Sari yang lumayan ranum.
Evi : " mas ?!.. pengen juga ya ?!.. "
Me : " aku wes ngga tahan vi "
Jeratan nafsu pada akhirnya mengalahkan segalanya , di bawah remangnya cahaya lampu kucumbui gadis ini dengan menggebu " ahh !!... ahh !!... " desahannya terasa kian membangkitkan nafsuku dan membuatku semakin liar lagi mencumbunya " ahh !!.. ahh !!.. " dengan erat kupeluk tubuh sintal Evi sambil terus kuciumi lehernya hingga menimbulkan bekas kemerahan , sementara tanganku terus meremasi buah dadanya dari balik kaos " ahh !!... ahh !!!... " tanpa henti Evi mendesah seiring tubuh sintalnya yang menggelinjang bak cacing kepanasan dan membuatku semakin kesetanan.
Waktu telah menunjukkan jam setengah 1 dini hari ketika aku dan Harun meninggalkan warung Keyang , walaupun ngga bermesuman secara total tapi aku sudah cukup puas dengan apa yang kulakukan bersama Evi tadi , maklum sudah terlalu lama aku ngga begituan.
Harun : " piye penak tho neng keyang vig ? "
(gimana enak tho di keyang vig ?)
Me : " lumayan run nggo anget anget "
Harun : " kapan kapan dijak neng hotel nek pengen katek maine vig "
(kapan kapan diajak ke hotel kalo pengen puas mainnya vig)
Me : " gampang "
Dengan santai kami melaju menembus kegelapan malam , baru saja kami melewati pondok pesantren Gontor dan kini kami tengah melintasi areal persawahan yang sepi dan gelap.
Me : " ayo ndang cepet ae run , wes ngantuk aku "
Harun : " iyo "
Kusuruh Harun untuk ngebut karena aku sudah tak kuat menahan kantuk , tak lama kemudian kami tiba di perempatan Jeruksing lalu berbelok ke arah barat , namun saat melintas di dekat Tambak Kemangi resort kami melihat banyak orang yang berkerumun di tepi jalan.
Me : " enek opo ki run ?! "
(ada apa ini run ?)
Harun : " ayo didelok disek ! "
(ayo dilihat dulu !)
Banyak pengguna jalan yang berhenti untuk melihat apa yang tengah terjadi , aku dan Harun segera memarkir motor lalu ikut berdesakan di kerumunan orang , ternyata baru saja terjadi kecelakaan sepeda motor yang mengakibatkan 2 orang pengendaranya terluka parah , mereka direbahkan warga di atas trotoar dengan kondisi penuh luka , sementara motor Vixion yang mereka kendarai diletakkan di tepi jalan dan tampak remuk bagian depannya.
Me : " tabrakane kaleh nopo pak ? "
(tabrakannya sama apa pak ?)
Bapak A : " ora tabrakan mas tapi tibo dhewe "
(ngga tabrakan mas tapi jatuh sendiri)
Harun : " mendem tho pak tiange ? "
(mabok tho pak orangnya ?)
Bapak A : " kethoke pancen bar mendem mas , tapi jarene pas ditakoni enek wong tuwek klambi putih nyebrang dalan mas , trus langsung ngerem ndadak gek akhire tibo "
(kayaknya emang abis mabok mas , tapi katanya pas ditanya ada orang tua baju putih nyebrang jalan mas , trus langsung ngerem mendadak akhirnya jatuh)
Me : " wong tuweke sinten pak niku ?! "
(orang tuanya siapa pak itu ?!)
Bapak A : " nek jarene wong kene danyange daerah iki mas "
(kalo kata orang sini penguasanya daerah ini mas)
Bapak B : " bener mas wong tuweke seng mbaurekso daerah iki , ben tahun neng dalan iki mesti enek kecelakaan "
(bener mas orang tuanya yang menunggu daerah ini , tiap tahun di jalan ini pasti ada kecelakaan)
Bapak A : " biasane nek enek kecelakaan neng kene wonge mesti mati mas soale njaluk tumbal danyange , tapi seng iki mau bejo gur tatu awake thok "
(biasanya kalo ada kecelakaan di sini orangnya pasti mati mas soalnya minta tumbal penguasanya , tapi yang ini tadi beruntung cuma luka badannya aja)
Kata bapak bapak ini ada sesosok kakek berbaju putih yang menguasai daerah ini dan sering menyebabkan kecelakaan yang merenggut korban jiwa , mereka juga berkata jika sosok gaib itu bersemayam di komplek kuburan yang berada di seberang Tambak Kemangi resort.
Me : " kuburane pinggir dalan niku pak ? "
Bapak B : " iyo mas , ngarepe tambak kemangi pas kuwi lho , nek wong tonatan kene wes ngerti nek kuburan kuwi pancen angker ket mbiyen "
(iya mas , depannya tambak kemangi pas itu lho , kalo orang tonatan sini udah tau kalo kuburan itu emang angker dari dulu)
Aku merasa penasaran ingin melihat seperti apa kuburan itu , meskipun sering lewat jalan ini tapi aku tak pernah tahu jika ada komplek kuburan di situ karena terhalang oleh tembok yang cukup tinggi , lekas kuajak Harun berjalan ke sana karena jaraknya sangat dekat dengan lokasi kecelakaan ini.
Me : " ayo njajal didelok sek koyok piye kuburane "
(ayo coba dilihat kayak gimana kuburannya)
Harun : " ayo , aku yo pengen ngerti "
Begitu tiba di depan komplek kuburan kami tak bisa masuk karena gerbang besinya terkunci , sementara pagar tembok sekelilingnya cukup tinggi sehingga tak mungkin bagi kami untuk memanjat , satu satunya yang bisa kami lakukan hanyalah mengintip dari gerbang saja.
Harun : " pueteng ndedet "
(gelap gulita)
Me : " sakjane ora pati ombo ya kuburane "
(sebenernya gak terlalu luas ya kuburannya)
Harun : " gek terus wong tuweke klambi putih kuburane neng siseh ngendi vig ? "
(trus orang tuanya baju putih kuburannya di sebelah mana vig ?)
Me : " meneketehe "
Aku tak tahu siapa sebenarnya sosok kakek berbaju putih itu , apakah golongan jin atau arwah orang sakti jaman dulu yang jenasahnya dikubur di sini , namun yang jelas kejadian ini membuat kami menyadari bahwa daerah ini ternyata cukup angker sehingga kami harus berhati hati saat melewati jalan ini pada malam hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar