ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar awal tahun 2013
Nongkrong di warung kopi memang sudah menjadi kegiatan sehari hari bagi sebagian besar warga Ponorogo , ada begitu banyak warung kopi yang tersebar di penjuru kota ini dan salah satu yang terkenal adalah warung kopi Mbah Tekluk yang berada di seberang bekas stasiun , warung ini sudah berdiri sejak tahun 60 an dan sangat melegenda di kalangan warga Ponorogo.... pagi pagi buta aku dan Pak Har mampir ke sini setelah tadi bermain badminton , kami memesan kopi pahit dan juga jadah bakar yang merupakan menu khas warung ini.
Pak Har : " anget jadahe vig , ayo dipangan ! "
(hangat jadahnya vig , ayo dimakan !)
Me : " aku sithik ae pak "
(aku sedikit aja pak)
Sambil menyantap jadah bakar kami mulai ngobrol ngalor ngidul , Pak Har tampak antusias bercerita mengenai bekas stasiun kereta yang berada di seberang warung ini.
Pak Har : " mbiyen sek enek sepure ngasi tahun pitung puluhan vig "
(dulu masih ada kereta apinya sampe tahun tujuh puluhan vig)
Me : " penak pak iso numpak sepur nek dolan "
(enak pak bisa naik kereta kalo maen)
Pak Har : " jalur rel kuwi mulai soko mediun sampe slahung kono vig , nek ngetan teko tulungagung "
(jalur rel itu mulai dari madiun sampe slahung sana vig , kalo ke timur sampe tulungagung)
Me : " mbayare karcis piro pak ? "
(bayarnya karcis berapa pak ?)
Pak Har : " aku kok lali piro rego karcise "
(aku kok lupa berapa harga karcisnya)
Sebagai orang yang berusia lanjut Pak Har tahu banyak sejarah masa lalu kota ini , termasuk mengenai keangkeran bekas stasiun kereta itu.... katanya pada jaman pemberontakan PKI pernah terjadi pembantaian besar besaran yang dilakukan di belakang bangunan stasiun itu dan hingga kini arwah arwahnya masih bergentayangan di sana.
Me : " mosok tho pak ? "
Pak Har : " tenanan iki , mbiyen aku pas sepedaan bengi bengi ngasi teko kene nate ngerti endas tugel ngglundung neng cedake rel "
(beneran ini , dulu aku pas sepedaan malem malem sampe ke sini pernah lihat kepala putus menggelinding di dekat rel)
Me : " opo ditugel endase nek pas mbeleh pak ? "
(apa dipotong kepalanya kalo pas nyembelih pak ?)
Pak Har : " iyo podo ditugel kabeh nggawe parang vig , trus mayite diguwak neng kali njagalan kono "
(iya pada dipotong semua pake parang vig , trus mayatnya dibuang di sungai njagalan situ)
Mengerikan juga mendengar cerita Pak Har barusan dan aku mulai penasaran ingin melihat sebentar seperti apa kondisi belakang bangunan stasiun itu.
Me : " aku pengen ngerti mburine pak "
(aku pengen tau belakangnya pak)
Pak Har : " lha ayo didelok sedelut ae , ben kowe ngerti dhewe "
(lha ayo dilihat sebentar aja , biar kamu tau sendiri)
Dengan terburu kami menghabiskan kopi dan kemudian menyeberangi jalan raya yang semakin ramai , begitu tiba di stasiun kami langsung menuju belakang dan terlihatlah ruas ruas rel yang saling berjejeran dengan kondisi yang telah berkarat dan berkalang tanaman liar.
Pak Har : " yo kene iki panggon pembantaiane , aku mbiyen ngerti endas tugel yo neng kene "
(ya sini ini tempat pembantaiannya , aku dulu lihat kepala putus ya di sini)
Me : " kiro kiro nek bengi podo metu gak arwahe pak ? "
(kira kira kalo malem pada mau keluar gak arwahnya pak ?)
Pak Har : " mungkin yo metu vig , tapi ora kabeh "
(mungkin ya keluar vig , tapi gak semua)
Jika malam hari tempat ini akan terlihat menyeramkan karena kondisinya sepi dan tak ada penerangan apapun , mungkin akan sangat menarik jika kapan kapan aku mengajak Pak Har beruji nyali di sini.
Me : " kowe ra pengen njajal uji nyali neng kene pak ? "
(kamu gak pengen nyoba uji nyali di sini pak ?)
Pak Har : " lha ayo nek kowe ngejak vig "
(lha ayo kalo kamu ngajak vig)
Me : " yo kapan kapan ae pak "
Pak Har : " ngejak kirun ambek gendu pisan ben soyo rame "
(ngajak kirun sama gendu sekalian biar makin rame)
Me : " beres "
Satu lagi lokasi angker di kota ini telah kami masukkan agenda uji nyali , entah penampakan apa yang akan kami dapati nantinya.... semoga saja aku tidak kehilangan nyali jika ada potongan kepala yang menggelinding di dekatku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar