PONOROGO PRAKOSO - Mushroom and Soju

 ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar awal tahun 2013



Banyak warga Ponorogo yang mengadu nasib menjadi TKI karena minimnya lapangan pekerjaan yang tersedia di kota ini , salah satunya adalah temanku yang bernama Handoko , dia baru saja balik dari Korea Selatan dan saat ini sedang dalam perjalanan pulang menuju Ponorogo , malam ini aku dan Harun tengah menunggu kedatangannya di terminal Selo Aji karena ia menyuruh kami untuk menjemput.

Me : " teko endi bocahe saiki ? "

(sampe mana anaknya sekarang ?)

Harun : " sek teko caruban vig "

(masih nyampe caruban vig)

Me : " sek suwe iki tekone run "

(masih lama ini datangnya run)

Harun : " dienteni karo ngopi ae vig "

(ditungguin sambil ngopi aja vig)

Bus yang ditumpangi Handoko masih berada di kota Caruban dan kemungkinan ia akan tiba sejam lagi , daripada kelamaan menunggunya lebih baik kami ngopi saja di warung dekat lampu merah.

Ponsel si Harun berbunyi karena ada panggilan telepon dari Handoko , rupanya teman kami ini baru saja tiba di terminal dan bingung mencari cari kami.

Harun : " bocahe medun njero terminal vig "

(anaknya turun dalam terminal vig)

Me : " omongono lagi ngopi neng warung cedak lampu abang "

(bilangin lagi ngopi di warung dekat lampu merah)

Harun : " iyo , awake dhewe lungguh njobo ae ben bocahe weruh "

(iya , kita duduk luar aja biar anaknya tau)

Aku dan Harun berpindah duduk di luar warung biar Handoko gampang menemukan kami , tak lama kemudian sosok yang kami tunggu itu akhirnya muncul juga , dengan lemas Handoko berjalan menggendong ransel besar di punggungnya , sementara tangan kanannya menyeret sebuah koper besar.

Harun : " weh bro !!.. dlondonge wong ponorogo wes teko "

(weh bro !!.. jagoannya orang ponorogo udah dateng)

Me : " sek urip kowe kek ?! "

(masih hidup kamu kek ?!)

Handoko : " he.. he.. he.. "

Aku dan Harun langsung menghampiri Handoko lalu memeluknya erat erat , sejak lulus SMA kami tak pernah bertemu dengannya dan hanya berhubungan lewat Facebook saja , kami benar benar merasa rindu dengannya.

Me : " ayo mangano sek kono ! "

(ayo makan dulu sana !)

Handoko : " iyo vig , iki tulung gawakno koperku run "

(iyo vig , ini tolong bawain koperku run)

Harun : " kok abot men kopermu isine opo iki ? "

(kok berat banget kopermu isinya apa ini ?)

Handoko : " isine bom kuwi run.. ha.. ha.. "

Kuajak Handoko masuk ke warung lalu kami makan bersama sembari bercengkrama , suasana seperti ini mengingatkan kami dengan saat dimana kami sering nongkrong di kantin sekolah dulu.

Me : " tak kiro kowe wes dadi artis k pop "

(tak kira kamu udah jadi artis k pop)

Handoko : " ha.. ha.. mosok raiku koyok ngene arep dadi artis k pop vig "

(ha.. ha.. masak tampangku kayak gini mau jadi artis k pop vig)

Harun : " kerjomu neng pabrik opo ko ?!.. lali aku "

Handoko : " pabrik tekstil neng daegu run "

Harun : " duitmu akeh no saiki ? "

(duitmu banyak dong sekarang ?)

Handoko : " duitku ki tak kirimne wong tuekku nggo renovasi omah run , aku nyekel sak perlune thok "

(duitku ini tak kirimkan orang tuaku buat renovasi rumah run , aku megang seperlunya doang)

Me : " lha oleh olehmu soko korea opo ki ? "

(lha oleh olehmu dari korea apa ini ?)

Handoko : " iki neng njero koperku vig "

(ini di dalam koperku vig)

Me : " lha yo opo ?!.. njajal bukaen kopermu "

(lha iya apa ?!.. coba buka kopermu)

Handoko : " ngko ae bar ngene dinikmati bareng "

(ntar aja abis ini dinikmati bareng)

Harun : " oleh olehmu panganan khas korea tho ko ? "

Handoko : " wes tho ngko lak yo ngerti dhewe kowe run "

(udahlah ntar juga ngerti sendiri kamu run)

Handoko hanya tersipu saja saat kami menanyakan oleh oleh yang dibawanya dari negeri ginseng , ia tidak mau memberitahu kami apa yang ia bawa di dalam kopernya itu dan kami juga tak boleh membukanya , alhasil aku dan Harun makin dibuat penasaran.

Selepas dari terminal kami mengajak Handoko jalan jalan keliling kota Ponorogo , ia merasa kangen dengan suasana kampung halaman yang sudah ia tinggalkan sejak lama ini.

Handoko : " soyo rame saiki run "

(makin rame sekarang run)

Harun : " yo ngene iki saiki ko "

(ya gini ini sekarang ko)

Me : " kowe nek rioyo opo gak tau muleh lho ko ? "

(kamu kamu lebaran apa gak pernah pulang lho ko ?)

Handoko : " ora mesti vig , terakhir muleh rong taun kepungkur , gur sedelut thok neng kene ngasi ra kober pethuk konco konco "

(ngga pasti vig , terakhir pulang dua tahun yang lalu , cuma bentar doang di sini sampe gak sempet ketemu temen temen)

Ketika tiba di alun alun Handoko langsung menyuruhku berhenti , rupanya ia ingin nongkrong sebentar di patung patung macan berukuran besar yang berada di dekat gedung pemkab , oleh warga Ponorogo tempat ini biasa disebut blok M atau blok Macan.

Handoko : " wes suwe gak neng kene aku "

(udah lama gak ke sini aku)

Harun : " wes penakno kono "

(dah nikmatin sana)

Handoko : " ayo photo bareng disek ! "

Harun : " opo kethok nggawe hape ko ? "

(apa kelihatan pake hape ko ?)

Handoko : " iki aku nduwe kamera slr run "

(ini aku punya kamera slr run)

Handoko mengajak kami berfoto bareng berlatarkan patung patung macan yang disinari spotlight redup , apalagi ia membawa kamera slr di dalam ranselnya dan kami gunakan jeprat jepret secara bergantian.

Harun : " nek ngene lak nggenah photone ko , ora burek nek disawang "

(kalo gini kan jelas photonya ko , ngga buram kalo dilihat)

Handoko : " ngko tak apload neng fesbuk run , ayo photo eneh neng air mancur ! "

(ntar tak apload ke fesbuk run , ayo photo lagi di air mancur !)

Handoko tak cukup puas berfoto di patung patung macan , kini ia mengajak kami berfoto di kolam air mancur yang di tengah tengahnya terdapat patung Dewi Songgolangit " slap !.. slap !.. slap !... " terabadikan sudah kebersamaan kami malam ini.

Handoko : " aku ngko nginep omahmu iso vig ? "

(aku ntar nginep rumahmu bisa vig ?)

Me : " lha opo gak langsung muleh neng omahmu kowe ? "

(lha apa gak langsung pulang ke rumah kamu ?)

Handoko : " sesuk ae aku muleh neng omah , awakku lungkrah kabeh iki "

(besok aja aku pulang ke rumah , badanku pegel semua ini)

Me : " yo ra po po ko "

Malam ini Handoko ingin menginap dulu di rumahku karena badannya merasa pegal pegal , lagipula rumahnya berada di daerah pedesaan Pudak yang jaraknya sangat jauh dan harus melewati hutan lebat.

Kuajak teman temanku masuk ke kamarku di lantai 2 , Handoko baru saja kelar mandi dan ganti baju , kini ia bersiap membuka koper yang dibawanya sementara aku dan Harun sudah tak sabar ingin melihat apa isinya.

Handoko : " menurutmu opo isine ? "

Harun : " gingseng "

Me : " jajan "

Handoko : " ha.. ha.. salah kabeh , tak bukak saiki ya ?! "

(ha.. ha.. salah semua , tak bukak sekarang ya ?!)

Begitu Handoko membuka kopernya terlihatlah berbotol botol minuman berlabel huruf kanji Korea , warna botolnya hijau dan ukurannya sama dengan botol bir kecil.

Me : " opo iki ko ?!... bir tho ?!.. "

Handoko : " iki jenenge soju vig "

(ini namanya soju vig)

Me : " soju ? "

Harun : " opo koyok sake jepang yo ko ? "

(apa kayak sake jepang ya ko ?)

Handoko : " iyo meh podo tapi luweh mendemi eneh "

(iya hampir sama tapi lebih mabukin lagi)

Ternyata minuman ini bernama Soju dan mengandung kadar alkohol yang cukup tinggi , kata Handoko minuman ini jauh lebih memabukkan daripada Sake Jepang , entah seperti apa rasanya aku sudah tak sabar ingin meminumnya.

Me : " regane piro sak botol ko ? "

(harganya berapa sebotol ko ?)

Handoko : " telung ewu won regane vig , yo sekitar pitung puluh ewunan "

(tiga ribu won harganya vig , ya sekitar tujuh puluh ribuan)

Harun : " nek mendem ombemu ngene iki ko ? "

(kalo mabok minummu ginian ini ko ?)

Handoko : " iyo enak iki pokoke "

Tanpa berlama lama kami segera membuka botol Soju ini dan kemudian mereguknya pelan pelan " ahhh !! " rasanya hampir mirip Vodka namun aromanya tak terlalu menyengat , kehangatan langsung terasa di tenggorokanku dan membuat kepalaku jadi agak berat setelah minum beberapa teguk.

Me : " lumayan ko , enak ambune "

Harun : " ora nyegrak koyok arak jowo ya vig "

(ngga menyengat kayak arak jawa ya vig)

Handoko : " wes ayo diombe , sek akeh kuwi nek kurang njupuk eneh "

(udah ayo diminum , masih banyak itu kalo kurang ambil lagi)

Handoko membawa 12 botol Soju di dalam kopernya sehingga aku dan Harun bisa minum sepuasnya sekuat yang kami mampu , semakin lama kurasakan kepalaku semakin berat saja padahal aku baru menghabiskan sebotol.

Handoko : " kowe gelem gak ? "

(kamu mau gak ?)

Harun : " opo ? "

Handoko : " camilan khas korea "

Harun : " nggowo jajan tho kowe ? "

(bawa jajan tha kamu ?)

Ternyata Handoko juga membawa camilan khas Korea , kini ia membuka tas ranselnya dan meraih bungkusan plastik putih kecil , saat dibuka ternyata isinya adalah jamur kering.

Me : " jamur opo iki ? "

Handoko : " iki jamur gur enek neng daerah incheon vig "

(ini jamur cuma ada di daerah incheon vig)

Harun : " njajal kene tak pangane "

(coba sini aku makan)

Handoko : " ayo disambi mangan iki karo ngombe run "

(ayo disambi makan ini sambil minum run)

Kugigit sepotong jamur kering ini dan rasanya agak aneh , seperti memakan emping gadung namun ada rasa pahitnya sedikit.

Me : " kok rodok pahit ko ? "

(kok agak pahit ko ?)

Handoko : " yo terah ngene rasane vig "

(ya emang gini rasanya vig)

Walaupun agak pahit namun aku tetap memakan jamur jamur ini , begitu juga dengan Harun dan Handoko yang mulutnya tak berhenti mengunyah.

Seplastik jamur tadi telah habis kami makan dan kami tetap meneruskan minum soju , namun entah kenapa saat ini aku merasakan sensasi yang aneh , selain kepalaku jadi berat pandangan mataku juga agak berkunang kunang , sementara Handoko dan Harun sepertinya juga merasakan hal yang sama.

Harun : " mabuk aku ko "

Handoko : " ha.. ha.. gayeng tho bro "

Semakin lama pandangan mataku semakin berkunang kunang dan agak kabur saat melihat , anehnya aku seperti melihat kelebatan bayangan yang terus berpindah pindah di sekeliling kamarku , entah efek macam apa yang kurasakan ini.

Me : " ko , rasane kok ngene ki ? "

Handoko : " he.. he.. nek wes gayeng yo ngene iki vig rasane "

(he.. he.. kalo udah teler ya gini ini vig rasanya)

Harun : " heh , aku kok nyawang enek keluk mlebu kamar iki tho "

(heh , aku kok lihat ada asap masuk kamar ini tho)

Me : " endi ora enek keluk ngono lho run ? "

(mana ngga ada asap gitu lho run ?)

Harun bilang ia melihat kepulan asap yang masuk ke kamarku namun aku tak melihatnya sama sekali , justru yang kulihat adalah kelebatan bayangan yang terus berpindah pindah tanpa henti dan membuatku makin pusing saja.

Harun : " ha... ha... ha.. "

Me : " nyapo kowe ngguyu dhewe run ?! "

(kenapa kamu ketawa sendiri run ?! )

Harun : " kkuwi neng cedak tivi enek badut njoget vig "

(iitu di dekat tivi ada badut joget vig)

Me : " badut ?! "

Sepertinya Harun telah mengalami halusinasi , ia bilang ada badut yang sedang berjoget di dekat televisi dan membuatnya terus tertawa terbahak bahak , aku merasa semakin aneh dengan semua ini apalagi mataku mulai melihat ada sesuatu yang tak kalah anehnya , aku melihat beberapa celana dalam perempuan melayang layang di langit langit kamarku... bagaimana bisa hal ini terjadi ?!?!

Me : " ko , enek sempak miber neng nduwur "

(ko , ada sempak melayang di atas)

Handoko : " ha.. ha.. mosok enek sempak miber vig ?! "

(ha.. ha.. masak ada sempak melayang vig ?!)

Handoko tertawa terbahak bahak mendengar apa yang kukatakan dan kemudian ia malah tertawa sendiri seperti Harun , kurasa ia juga tengah berhalusinasi dan melihat yang aneh aneh di kamar ini.

Handoko : " ha.. ha... keri !.. keri !.. wes ojo diterusne !! "

(ha.. ha.. geli !.. geli !... udah jangan diterusin !!)

Me : " nyapo kowe keri ko ?! "

(ngapain kamu geli kok ?!)

Semua ini memang benar benar aneh , tiba tiba Handoko memegangi perutnya sambil berguling guling di karpet sementara mulutnya terus tertawa terbahak bahak " ha.. ha.. ha.. keri !... keri !... ampuun !!!.. " ia merasa ada sesuatu yang menggelitik tubuhnya tanpa henti.

Harun : " ahh !... ahhh !... ngaleh kono kowe !!.. ngaleh kono !!.. "

(ahh !.. ahhh !... pergi sana kamu !!... pergi sana !!)

Me : " ?!?! "

Tiba tiba saja si Harun berteriak teriak seperti orang ketakutan , bahkan ia mulai menutupi mukanya dengan kedua telapak tangannya , entah apa yang telah dilihatnya barusan... rasanya aku semakin gila dengan semua ini , apalagi semakin lama halusinasiku juga terasa semakin parah saja , kini mataku melihat sesosok perempuan bugil yang duduk mengangkang di atas meja , ia membawa sebuah terong yang terus dijilat jilat dan " ahhhh !!... " aku tak kuasa untuk tidak terangsang melihatnya.

Pagi harinya aku terbangun dengan lemas , kulihat Harun masih tidur pulas sementara Handoko baru saja bangun dan mencuci mukanya.

Me : " mambengi kok aneh rasane ko ? "

(semalam kok aneh rasanya ko ?)

Handoko : " ha.. ha.. yo kuwi efek mendem soju campur jamur "

(ha.. ha.. ya itu efek mabok soju campur jamur)

Me : " lagek iki aku ngrasakne koyok ngene iki "

(baru sekarang aku ngerasain kayak gini ini)

Handoko : " jamure kuwi vig seng nggarai halusinasi koyok ganja "

(jamurnya itu vig yang bikin halusinasi kayak ganja)

Me : " kok iso ya ko ? "

Handoko : " zat jamur kuwi jenise psikotropika vig dadi iso halusinasi , podo wae ambek jamur tletong sapi , opo maneh disambi ngombe soju yo soyo gayeng nek mendem.. ha.. ha.. "

(zat jamur itu jenisnya psikotropika vig jadi bisa halusinasi , sama aja kayak jamur kotoran sapi , apa lagi sambil minum soju ya makin teler kalo mabok.. ha.. ha..)

Me : " gendeng tenan ko , kok iso lolos kowe pas boarding neng bandara ? "

(gendeng banget ko , kok bisa lolos kamu pas boarding di bandara ?)

Handoko : " iki kan uduk termasuk barang narkotik vig "

Ternyata halusinasi yang kurasakan semalam adalah efek dari jamur yang kumakan , bagi Handoko sensasi mabuk yang aneh itu ternyata sudah menjadi hobi dan sarana untuk melepas beban pikiran.

Handoko : " ngko bengi eneh piye vig ?!.. jamurku sek sak plastik "

(ntar malem lagi gimana vig ?!.. jamurku masih seplastik)

Me : " tapi ojo neng kene ko panggone , gak penak karo mbokku nek bengak bengok "

(tapi jangan di sini ko tempatnya , gak enak sama ibuku kalo teriak teriak)

Handoko : " piye nek mendem neng pinggir laut ae ? "

(gimana kalo mabok di pinggir laut aja ?)

Me : " laut endi ko ? "

Handoko : " pantai teleng ria , karo dolan pacitan pisan awake dhewe "

(pantai teleng ria , sambil maen ke pacitan sekalian kita)

Me : " tapi mosok ngko bengi ? "

(tap masak ntar malem ?)

Handoko : " yo sesuk ae vig , ngko nginep sewengi neng guest house "

(ya besuk aja vig , ntar nginep semalam di guest house)

Me : " yo wes oke "

Handoko masih punya seplastik jamur dan kami sepakat akan mengkonsumsinya besok , kurasa akan sangat menyenangkan jika kami teler bareng di pantai Teleng Ria Pacitan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar