ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar awal tahun 2013
Aku senang menghabiskan waktu di pantai ini , menit demi menit berlalu seiring deburan ombak yang datang silih berganti di hadapanku " byuar !!.. byuar !!.. "deru suaranya terdengar menenangkan sekaligus menghiburku dari kehampaan yang kurasakan... aku masih belum bisa melupakan gadis yang pernah mewarnai hidupku itu , senyuman manis dan juga tatapan matanya terus membayangiku setiap saat , aku merasa hatiku ini masih miliknya dan sulit bagiku untuk mencintai gadis lain selain dirinya.... kini yang tersisa hanyalah serpihan serpihan kenangan saja , kepergiannya meninggalkan kehampaan di hatiku yang entah sampai kapan akan berakhir , Rani maafkanlah diriku yang terlalu sering menyakitimu , kuharap engkau selalu merasakan kebahagiaan dimanapun engkau berada.
Lamunanku buyar saat Handoko tiba tiba datang lalu duduk di sebelahku , sambil tersenyum ia menawarkan sebatang rokok Marlboro padaku.
Handoko : " ngelamun opo kowe kok menyendiri neng kene vig ? "
(ngelamun apa kamu kok menyendiri di sini vig ?)
Me : " ora po po ko "
Handoko : " mikir cewekmu tho ? "
Me : " aku lho ra nduwe cewe ko "
(aku lho ngga punya cewe ko)
Handoko : " mosok nggantengmu koyok ngene ra nduwe cewe kowe ? "
(masak gantengmu kayak gini gak punya cewe kamu ?)
Me : " wes pedot ko "
(udah putus ko)
Handoko : " pedot yo golek eneh tho vig ?!.. cewe sek akeh ae lho "
(putus ya cari lagi tho vig ?!.. cewe masih banyak aja lho)
Me : " iyo gampang kuwi , lha kowe dhewe kapan rabimu ? "
(iya gampang itu , lha kamu sendiri kapan nikahmu ?)
Handoko : " ha.. ha.. mboh kapan rabiku vig "
(ha.. ha.. entah kapan nikahku vig)
Me : " cewekmu kerjo neng taiwan tho ko ? "
Handoko : " iyo pacaran jarak jauh vig , aku arep dolan neng taichung yo adoh "
(iya pacaran jarak jauh , aku mau maen ke taichung juga jauh)
Larut kami bercengkrama membicarakan kehidupan masing masing hingga tak terasa hari telah beranjak semakin sore , lekas saja kami kembali ke guest house yang letaknya tak jauh dari tepi pantai ini.
Tiba di depan saung guest house kami berdua mendapati Harun dan Gendu sedang membakar beberapa kepiting yang ditusuk ranting , aromanya yang sedap langsung membuat air liurku menetes.
Me : " enak iki mangan kepiting bakar bro "
Handoko : " nggawe opo bumbune ? "
(pake apa bumbunya ?)
Harun : " aku bar tuku sambel sachetan neng warung ko "
(aku abis beli sambal sachetan di warung ko)
Gendu : " ayo gek dipangan trus ngombe soju ko "
(ayo cepet dimakan trus minum soju ko)
Tanpa berlama lama kami mulai menyantap kepiting bakar yang telah diolesi sambal ini , rasanya sungguh nikmat bisa makan bareng sambil memandangi hamparan lautan di hadapan kami , suasana seperti ini mengingatkan kami sewaktu kemah di pantai Prigi jaman SMA dulu.
Handoko : " ra kroso ya wes suwi "
(gak kerasa ya udah lama)
Gendu : " wektu ki pancen mblandang terus ko "
(waktu itu emang berputar terus ko)
Harun : " yo iki mumpung saiki neng kene dinikmati sak kateke ae bro "
(ya ini mumpung sekarang di sini dinikmati aja sepuasnya bro)
Hari telah beranjak gelap sementara hembusan angin laut terasa semakin kencang , kini kami bersantai di teras saung sambil meminum Soju " ahh !!.. " rasa hangat langsung terasa saat minuman beralkohol ini kureguk beberapa kali.
Gendu : " kudune nggowo gitar enak iso nyanyi ya vig "
(harusnya bawa gitar enak bisa nyanyi ya vig)
Me : " lali aku ndu "
(lupa aku ndu)
Handoko : " nyetelo musik ae ndu , lagune peterpan "
(muter musik aja ndu , lagunya peterpan)
Gendu : " neng hapeku eneke gur sagita karo monata ko "
(di hapeku adanya cuma sagita sama monata ko)
Handoko : " wes ra po po "
Kami mereguk Soju sambil mendengarkan lagu lagu dangdut koplo yang mengalun dari speaker ponselnya Gendu , lucunya Harun yang agak mabuk malah joget joget ngga jelas di teras saung ini , tingkahnya itu mengundang perhatian bule bule yang berada di saung sebelah , mereka tertawa terpingkal pingkal sambil meneriaki Harun yang masih asik berjoget " look at that dudes !!.. he's dancing like a worm !!.. ha.. ha.. "
Gendu " woe run ojo njoget , ngisin ngisini diguyu turis kae lho "
(woe run jangan joget , malu maluin diketawain turis itu lho)
Harun : " yo ben ora ngganceng , sak serku tho ndu "
(biarin gak peduli , terserah aku tho ndu)
Handoko : " ha.. ha.. ha... "
Me : " malah soyo ndadi nek njoget.. ha.. ha.. "
(malah makin menjadi jadi kalo njoget.. ha.. ha..)
Kami hanya tertawa saja menyaksikan Harun berjoget ria di teras saung ini , sementara kepalaku terasa semakin berat seiring regukan Soju yang kuminum.
Me : " endasku wes rodok abot ko "
(kepalaku udah agak berat ko)
Handoko : " sido mendem jamur gak ? "
(jadi mabok jamur gak ?)
Me : " ayo wes dipangan saiki terus turu "
(ayo dah dimakan sekarang trus tidur)
Waktu telah menunjukkan jam 8 malam lewat dan kami bersiap untuk memakan jamur yang dibawa Handoko , namun ia mengajak kami untuk pergi ke tepi pantai karena bule bule saung sebelah mulai berisik bernyanyi " i can't get no !!... i can't get no !!... no !!.. no !!... no !!... "
Handoko : " tiwas neng kene brebekan bule bengak bengok "
(daripada di sini berisik bule teriak teriak)
Gendu : " uadem lho ko angine "
Handoko : " gak po po ndu , awake dhewe jaketan ae lho "
(gak pa pa ndu , kita jaketan aja lho)
Harun : " gek petheng ndedet pisan gak enek lampune "
(trus gelap gulita juga gak ada lampunya)
Handoko : " ngko mbakar kayu disek nggawe api unggun "
(ntar bakar kayu dulu buat api unggun)
Kami sepakat untuk menikmati jamur di tepi pantai , lekas saja kami meninggalkan saung lalu berjalan santai menuju ke sana.
Handoko : " wes kok kunci saunge vig ? "
(udah kok kunci saungnya vig ?)
Me : " wes ko "
Gendu : " aku urung tau ngrasakne jamure ko "
(aku belum pernah ngerasain jamurnya ko)
Handoko : " pokoke iso gayeng nek mendem ndu "
(pokoknya bisa mantep kalo mabok ndu)
Harun : " iyo ndu , iso ndelok seng aneh aneh "
(iya ndu , bisa lihat yang aneh aneh)
Gendu : " seng aneh aneh ki opo ?!.. demit opo piye ? "
(yang aneh aneh itu apa ?!.. demit atau gimana ?)
Harun : " ngko jajalen dhewe "
(ntar cobain sendiri)
Tak sampai 5 menit kami telah tiba di tepi pantai yang tampak gelap dan sepi , Handoko segera mengumpulkan ranting ranting kayu untuk dibakar menjadi api unggun , sekejap kemudian kobaran api mulai menyala menerangi tempat ini.
Handoko : " ngene lak padang "
(gini kan terang)
Harun : " wes ayo dibukak jamure ! "
Handoko : " iso sek sabar bro "
" Byuar !!.. byuar !!.... " mendengar suara deburan ombak di kala malam membuatku jadi agak merinding , aku merasa ada misteri tersembunyi di balik permukaan laut yang berada di teluk Pacitan ini , dulu aku pernah diajak Bang Renggo melakukan astral projection ke pantai Pancer yang letaknya bersebelahan dengan pantai Teleng Ria ini , di sana ada sebuah keraton gaib yang menjadi tempat penampungan arwah arwah korban tenggelam di lautan.
Handoko : " tak bukak saiki jamure yo ? "
(aku bukak sekarang jamurnya ya ?)
Harun : " oke mas brow "
Sambil duduk di atas pasir kami mulai mengunyah jamur jamur kering ini , entah kenapa sejak kemarin aku merasa penasaran dengan efek halusinasi yang ditimbulkan dan aku semakin tak sabar untuk merasakannya sekali lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar