Kudekatkan tubuhku pada kobaran api unggun karena hembusan angin laut terasa sangat kencang dan membuatku agak menggigil , sementara aku masih belum merasakan efek apapun dari jamur yang kumakan.
Gendu : " mripatku rodok mblerek ko "
(mataku agak kabur ko)
Handoko : " yo kuwi tondone arep fly kowe "
(ya itu tandanya mau fly kamu)
Gendu bilang pandangan matanya mulai kabur dan kurasa ia telah merasakan gejala awal halusinasi , bahkan tak lama kemudian ia mengaku melihat seekor ikan paus yang menyembul dari balik permukaan air laut.
Harun : " ora enek iwak paus e ndu "
(ngga ada ikan pausnya ndu)
Gendu : " ndek mau metu soko laut kok "
(tadi keluar dari laut kok)
Ikan paus yang dilihat Gendu cuma sekedar halusinasi yang hanya muncul di pikirannya saja , aku merasa efek jamur ini seperti alam mimpi yang dipaksa keluar ke dunia nyata.
Gendu : " kkuwi !!... enek boyo mlaku rene run !! "
(iitu !!... ada buaya jalan ke sini run !!)
Harun : " he ?!.. boyo ?!.. "
Gendu : " iyo kuwi metu soko laut , saiki mlaku rene boyone run !!... ayo mlayu !! "
(iya itu keluar dari laut , sekarang jalan ke sini buayanya run !!... ayo lari !!)
Muka si Gendu tampak panik sementara tangan kanannya menunjuk nunjuk ke arah lautan , katanya ada seekor buaya yang keluar dari laut dan sedang berjalan kemari , hampir saja ia berlari kabur tapi Handoko segera menenangkannya.
Handoko : " ora nyokot boyone ndu "
(ngga nggigit buayanya)
Gendu : " lah ?!.. kok ilang yo boyone ? "
Kuabaikan ocehan Gendu karena kepalaku terasa kian berat sementara pandangan mataku juga mulai agak kabur , gejala halusinasi mulai terasa saat kulihat sepasang tanduk kerbau di kepala Harun.
Me : " run ndasmu kok enek sungune ?! "
(run kepalamu kok ada tanduknya ?!)
Harun : " sungu ?!.. kok pikir aku kebo ?! "
(tanduk ?!.. kok pikir aku kerbau ?!
Me : " ha.. ha.. lucu kowe "
Harun : " wo ngenyek kowe vig "
Semakin lama halusinasi yang kami rasakan terasa semakin tak karuan , bahkan si Gendu mulai rebahan di atas pasir dan kemudian membuka resleting celananya , tanpa kami duga ia malah beronani sambil mendesah desah sementara matanya tampak merem melek.
Harun : " juoh kowe ki nyapo ndu ?! "
(juoh kamu ini ngapain ndu ?!)
Gendu : " ahh !.. ahh !.. "
Handoko : " ha.. ha.. wes ojo diganggu run "
(ha.. ha.. dah jangan diganggu run)
Me : " gendeng tenan cah iki "
(gila banget anak ini)
Kami bertiga hanya geleng geleng kepala menyaksikan Gendu bermain main dengan 'barang pusakanya' , untung saja ia tak meneruskan tingkahnya yang menjijikkan itu setelah si Harun berkali kali melempari butiran pasir ke mukanya.
Gendu : " aseem !!... lagi enak malah kok ganggu !! "
Harun : " nggilani cok !! "
(menjijikkan cok !!)
Gendu : " aku ki pengen enjoy , ojo diganggu !! "
Harun : " yo ojo ngono nek enjoy ndu , nggilani kowe "
(ya jangan gitu kalo enjoy ndu , menjijikkan kamu)
Gendu : " wo ngejak gelut ye kowe run ?! "
(wo ngajak berantem ya kamu run ?!)
Rupanya Gendu tidak terima kesenangannya diganggu , bahkan ia malah menantang Harun berkelahi , kini mereka bergulat di atas pasir sambil piting pitingan hingga sekujur tubuh mereka jadi kotor.
Me : " woe ojo podo gelut !! "
(udah jangan pada berantem !!)
Handoko : " wes ben ojo dipisah vig , awake dhewe nonton ae "
(udah jangan dipisah vig , kita nonton aja)
Tadinya aku ingin melerai mereka tapi Handoko melarangku , ia malah tertawa tawa melihat perkelahian itu sambil meneriakkan nama nama pegulat Smackdown.
Handoko : " ayo hulk hogan !!... ayo hajar rey mysterio !!.. ha.. ha.. "
Me : " ?!? "
Aku merasa Handoko tengah berhalusinasi menonton pertandingan gulat Smackdown , tak lama kemudian Gendu dan Harun terkapar di atas pasir dengan nafas tersengal sengal , sementara kondisi tubuh mereka tampak begitu kotor.
Harun : " hah !.. hah !... kesel gelut karo kowe ndu "
(hah !.. hah !... capek berantem sama kamu ndu)
Gendu : " hah !... hah !... podo run aku yo kesel "
(hah !.. hah !.. sama run aku juga capek)
Akhirnya mereka tertidur di atas pasir karena capek berkelahi sementara Handoko menghabiskan jamur yang tersisa , namun tak lama kemudian ia bangkit dari duduknya lalu berlari ke arah ombak.
Me : " woe ko !!.. nyapo kowe ?! "
(woe ko !!... ngapain kamu ?!)
Handoko : " enek putri duyung vig , ayo diparani !! "
(ada putri duyung vig , ayo disamperin !!)
Me : " putri duyung ?! "
Rupanya Handoko berhalusinasi melihat sosok putri duyung di dekat ombak , ia terus berlari sementara aku tunggang langgang mengejarnya karena khawatir kalau ia tertelan gulungan ombak.
" Byuar !!... byuar !!... " dengan susah payah kupegangi tubuh Handoko yang telah tenggelam hingga paha , sementara gulungan ombak terus menerpa dan membuat celana kami basah kuyup , temanku ini berusaha mengejar putri duyung halusinasinya yang katanya baru saja kabur kembali ke lautan.
Handoko : " wooii ?!.... nyapo tak parani malah ngaleh ?!... ayo baliko rene !!
(woii ?!... kenapa tak samperin malah pergi ?!... ayo balik sini !!)
Me : " wes ko , ayo mbalek !! "
(udah ko , ayo balik !!)
Semua ini benar benar sudah kelewat gila , tak pernah kusangka jika efek jamur itu akan sedemikian parah , kini dengan kondisi basah kuyup kami kembali ke tepi pantai dan menghangatkan diri di dekat api unggun.
Handoko : " adeem vig , teles kabeh clonoku "
(dingiin vig , basah semua celanaku)
Me : " sopo ngongkon njegur laut ko "
(siapa suruh nyebur laut ko)
Di saat berdiam diri di dekat api unggun tiba tiba aku mengalami halusinasi lagi , aku melihat sesosok perempuan muda yang mengenakan kemben jarik dan selendang berwarna hijau , dia duduk bersimpuh di dekat Harun dan Gendu yang tengah tertidur.
Me : " aaku ndelok wong wedok ayu ko "
(aaku lihat perempuan cantik ko)
Handoko : " .... "
Handoko terdiam membisu sambil menundukkan mukanya namun tiba tiba saja tubuhnya ambruk tersungkur di atas pasir , sekejap kemudian ia tertawa cekikikan seperti suara perempuan " ihhii.. hi... hi... hi.. " sementara di saat bersamaan tak kudapati lagi sosok perempuan berselendang hijau tadi.... aku berkesimpulan jika Handoko sedang kerasukan dan itu artinya perempuan tadi bukanlah sekedar halusinasiku belaka , tak salah lagi ia adalah sesosok makhluk astral.
Aku merasa agak takut dengan apa yang terjadi saat ini , apalagi kondisiku sedang teler berat dan beresiko mengalami kesurupan juga , namun aku tidak mungkin kabur meninggalkan teman temanku , kucoba menguatkan nyali dan menanyai sosok perempuan yang merasuki Handoko ini.
Me : " ssopo kowe ?! "
(ssiapa kamu ?!)
Handoko : " iihhii... ihhi.. "
Me : " jenengmu sopo ?!.. asalmu endi ?! "
(namamu siapa ?!.. asalmu mana ?!)
Handoko : " iihii.. hhi... "
Sosok perempuan yang merasuki Handoko ini terus tertawa dan tak menjawab pertanyaanku sama sekali , tubuh Handoko yang tersungkur di atas pasir perlahan mulai bergerak lalu duduk bersimpuh di dekat api unggun.
Me : " kkowe sopo ?! "
(kkamu siapa ?!)
Handoko : " kulo ningsih "
(aku ningsih)
Me : " ningsih ?!... soko kraton pancer tho ?! "
(ningsih ?!... dari kraton pancer tho ?!)
Handoko : " mboten , kulo nggeh mriki asale "
(bukan , saya ya sini asalnya)
Me : " njero segoro tho keratonmu ?! "
(dalem laut tho keratonmu ?!)
Handoko : " nggeh leres "
(iya benar)
Tadinya kukira perempuan ini berasal dari kraton yang ada di pantai Pancer tapi ternyata bukan , ia mengaku sebagai penghuni pantai Teleng Ria ini dan keratonnya ada di dasar lautan.
Me : " nyapo ko ngetok ?! "
(kenapa kok muncul ?!)
Handoko : " kulo bade pados jodo , njenengan purun nopo mboten kaleh kulo ?! "
(aku mau cari jodoh , njenengan mau apa ngga sama aku ?!)
Me : " ?!?! "
Aku terheran saat ia berkata jika alasannya menampakkan diri adalah untuk mencari jodoh , bahkan ia menawariku agar mau menjadi pendamping hidupnya , jelas saja aku menolaknya mentah mentah.
Me : " kowe karo aku iki bedo alam "
(kamu sama aku tuh beda alam)
Handoko : " mboten nopo nopo , mengke njenengan nderek kulo teng kraton selawase "
(ngga pa pa , nanti njenengan ikut aku ke kraton selamanya)
Me : " ora iso "
Handoko : " nek ngoten kulo mawon seng nderek njenengan "
(kalo gitu aku aja yang ikut njenengan)
Me : " ora iso "
Tak mungkin manusia dan makhluk gaib hidup berdampingan karena berbeda alam , lagipula aku juga tidak sudi menjadi pendamping hidupnya... lama lama aku mulai muak dengan perempuan bernama Ningsih ini karena ia terus mendesakku.
Me : " wes muliho kono !!.. goleko jodo neng alammu dhewe !! "
(dah pulang sana !!.. cari jodoh di alammu sendiri !!)
Handoko : " nggeh... nggeh... nek ngoten kulo medhal sakniki "
(iya... iya... kalo gitu saya keluar sekarang)
Untung saja perempuan ini menurut dan tak membuat masalah saat kusuruh untuk pulang ke alamnya , ia keluar begitu saja dari tubuh Handoko dan kemudian segera kulakukan proses netralisir.
Handoko : " vvig ?!... aku neng endi ki ? "
(vvig ?!... aku dimana ini ?)
Me : " bar kesurupan kowe ko "
(abis kesurupan kamu ko)
Handoko : " luemes aku vig "
Handoko tergeletak lemas di atas pasir dan tak sanggup untuk berjalan kembali ke guest house , begitu juga dengan Harun dan Gendu yang masih tertidur pulas.... kini aku hanya terdiam menatap kobaran api unggun dan tak tahu harus berbuat apa.
Handoko : " aaku kesurupan opo vig ? "
Me : " wong wedok penunggune pantai iki "
(perempuan penunggunya pantai ini)
Handoko : " trus piye ? "
Me : " metu dhewe ko "
(keluar sendiri ko)
Handoko : " trus iki piye awake dhewe nek mbalik neng guest house ?!... aku luemes vig "
(trus ini gimana kita kalo balik ke guest house ?!... aku luemes vig)
Me : " podo ko "
(sama ko)
Dengan kondisi seperti ini kami tak mungkin kembali ke guest house , sementara kulihat layar ponselku telah menunjukkan jam setengah 12 malam... aku dan Handoko hanya bisa rebahan di atas pasir hingga perlahan mulai tertidur " zzzz... zzzz... zzzz... "
Dengan lemas aku terbangun dan mendapati diriku telah berada di dalam saung , entah aku tak tahu siapa yang menggendongku kemari , kulihat teman temanku juga telah terjaga dan muka mereka tampak kebingungan.
Handoko : " wes tangi kowe vig ? "
(udah bangun kamu vig ?)
Me : " iyo ko , seng nggendong aku rene sopo ? "
(iyo ko , yang nggendong aku ke sini siapa ?)
Handoko : " lha kuwi masalahe vig , aku yo tangi tangi wes neng njero saung iki , tak kiro aku digendong harun utowo gendu tapi tibake ora "
(lha itu masalahnya vig , aku juga bangun bangun udah di dalam saung ini , tak kira aku digendong harun atau gendu tapi ternyata ngga)
Harun : " lha aku dhewe tangi tangi yo wes neng kene lho vig "
(lha aku sendiri bangun bangun juga udah di sini lho vig)
Gendu : " iyo podo "
(iya sama)
Kami merasa aneh dengan kejadian ini , ternyata tak ada siapapun yang menggendong kami dari tepi pantai hingga ke saung ini , aku sempat berpikir jika kami digendong oleh satpam guest house tapi pintu saung ini masih terkunci rapat dan kuncinya masih ada di dalam saku celanaku.
Me : " iki lho kuncine sek tak gowo "
(ini kuncinya masih aku bawa)
Harun : " kok iso yo ? "
Gendu : " opo awake dhewe digendong demit ya run ? "
(apa kita digendong demit ya run ?)
Harun : " iso ae ndu "
(bisa aja ndu)
Handoko : " wes ra sah dipikir eneh , seng penting awake dhewe slamet wes mbalik neng kene "
(udah gak usah dipikirin lagi , yang penting kita slamet udah balik ke sini)
Kami berkesimpulan ada sesosok makhluk gaib yang memindahkan kami kembali ke saung ini , mungkin sosok perempuan bernama Ningsih itu yang melakukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar