PONOROGO PRAKOSO - Teler Jamur di Pantai Teleng Ria Pacitan part 2

 Kudekatkan tubuhku pada kobaran api unggun karena hembusan angin laut terasa sangat kencang dan membuatku agak menggigil , sementara aku masih belum merasakan efek apapun dari jamur yang kumakan.

Gendu : " mripatku rodok mblerek ko "

(mataku agak kabur ko)

Handoko : " yo kuwi tondone arep fly kowe "

(ya itu tandanya mau fly kamu)

Gendu bilang pandangan matanya mulai kabur dan kurasa ia telah merasakan gejala awal halusinasi , bahkan tak lama kemudian ia mengaku melihat seekor ikan paus yang menyembul dari balik permukaan air laut.

Harun : " ora enek iwak paus e ndu "

(ngga ada ikan pausnya ndu)

Gendu : " ndek mau metu soko laut kok "

(tadi keluar dari laut kok)

Ikan paus yang dilihat Gendu cuma sekedar halusinasi yang hanya muncul di pikirannya saja , aku merasa efek jamur ini seperti alam mimpi yang dipaksa keluar ke dunia nyata.

Gendu : " kkuwi !!... enek boyo mlaku rene run !! "

(iitu !!... ada buaya jalan ke sini run !!)

Harun : " he ?!.. boyo ?!.. "

Gendu : " iyo kuwi metu soko laut , saiki mlaku rene boyone run !!... ayo mlayu !! "

(iya itu keluar dari laut , sekarang jalan ke sini buayanya run !!... ayo lari !!)

Muka si Gendu tampak panik sementara tangan kanannya menunjuk nunjuk ke arah lautan , katanya ada seekor buaya yang keluar dari laut dan sedang berjalan kemari , hampir saja ia berlari kabur tapi Handoko segera menenangkannya.

Handoko : " ora nyokot boyone ndu "

(ngga nggigit buayanya)

Gendu : " lah ?!.. kok ilang yo boyone ? "

Kuabaikan ocehan Gendu karena kepalaku terasa kian berat sementara pandangan mataku juga mulai agak kabur , gejala halusinasi mulai terasa saat kulihat sepasang tanduk kerbau di kepala Harun.

Me : " run ndasmu kok enek sungune ?! "

(run kepalamu kok ada tanduknya ?!)

Harun : " sungu ?!.. kok pikir aku kebo ?! "

(tanduk ?!.. kok pikir aku kerbau ?!

Me : " ha.. ha.. lucu kowe "

Harun : " wo ngenyek kowe vig "

Semakin lama halusinasi yang kami rasakan terasa semakin tak karuan , bahkan si Gendu mulai rebahan di atas pasir dan kemudian membuka resleting celananya , tanpa kami duga ia malah beronani sambil mendesah desah sementara matanya tampak merem melek.

Harun : " juoh kowe ki nyapo ndu ?! "

(juoh kamu ini ngapain ndu ?!)

Gendu : " ahh !.. ahh !.. "

Handoko : " ha.. ha.. wes ojo diganggu run "

(ha.. ha.. dah jangan diganggu run)

Me : " gendeng tenan cah iki "

(gila banget anak ini)

Kami bertiga hanya geleng geleng kepala menyaksikan Gendu bermain main dengan 'barang pusakanya' , untung saja ia tak meneruskan tingkahnya yang menjijikkan itu setelah si Harun berkali kali melempari butiran pasir ke mukanya.

Gendu : " aseem !!... lagi enak malah kok ganggu !! "

Harun : " nggilani cok !! "

(menjijikkan cok !!)

Gendu : " aku ki pengen enjoy , ojo diganggu !! "

Harun : " yo ojo ngono nek enjoy ndu , nggilani kowe "

(ya jangan gitu kalo enjoy ndu , menjijikkan kamu)

Gendu : " wo ngejak gelut ye kowe run ?! "

(wo ngajak berantem ya kamu run ?!)

Rupanya Gendu tidak terima kesenangannya diganggu , bahkan ia malah menantang Harun berkelahi , kini mereka bergulat di atas pasir sambil piting pitingan hingga sekujur tubuh mereka jadi kotor.

Me : " woe ojo podo gelut !! "

(udah jangan pada berantem !!)

Handoko : " wes ben ojo dipisah vig , awake dhewe nonton ae "

(udah jangan dipisah vig , kita nonton aja)

Tadinya aku ingin melerai mereka tapi Handoko melarangku , ia malah tertawa tawa melihat perkelahian itu sambil meneriakkan nama nama pegulat Smackdown.

Handoko : " ayo hulk hogan !!... ayo hajar rey mysterio !!.. ha.. ha.. "

Me : " ?!? "

Aku merasa Handoko tengah berhalusinasi menonton pertandingan gulat Smackdown , tak lama kemudian Gendu dan Harun terkapar di atas pasir dengan nafas tersengal sengal , sementara kondisi tubuh mereka tampak begitu kotor.

Harun : " hah !.. hah !... kesel gelut karo kowe ndu "

(hah !.. hah !... capek berantem sama kamu ndu)

Gendu : " hah !... hah !... podo run aku yo kesel "

(hah !.. hah !.. sama run aku juga capek)

Akhirnya mereka tertidur di atas pasir karena capek berkelahi sementara Handoko menghabiskan jamur yang tersisa , namun tak lama kemudian ia bangkit dari duduknya lalu berlari ke arah ombak.

Me : " woe ko !!.. nyapo kowe ?! "

(woe ko !!... ngapain kamu ?!)

Handoko : " enek putri duyung vig , ayo diparani !! "

(ada putri duyung vig , ayo disamperin !!)

Me : " putri duyung ?! "

Rupanya Handoko berhalusinasi melihat sosok putri duyung di dekat ombak , ia terus berlari sementara aku tunggang langgang mengejarnya karena khawatir kalau ia tertelan gulungan ombak.

" Byuar !!... byuar !!... " dengan susah payah kupegangi tubuh Handoko yang telah tenggelam hingga paha , sementara gulungan ombak terus menerpa dan membuat celana kami basah kuyup , temanku ini berusaha mengejar putri duyung halusinasinya yang katanya baru saja kabur kembali ke lautan.

Handoko : " wooii ?!.... nyapo tak parani malah ngaleh ?!... ayo baliko rene !!

(woii ?!... kenapa tak samperin malah pergi ?!... ayo balik sini !!)

Me : " wes ko , ayo mbalek !! "

(udah ko , ayo balik !!)

Semua ini benar benar sudah kelewat gila , tak pernah kusangka jika efek jamur itu akan sedemikian parah , kini dengan kondisi basah kuyup kami kembali ke tepi pantai dan menghangatkan diri di dekat api unggun.

Handoko : " adeem vig , teles kabeh clonoku "

(dingiin vig , basah semua celanaku)

Me : " sopo ngongkon njegur laut ko "

(siapa suruh nyebur laut ko)

Di saat berdiam diri di dekat api unggun tiba tiba aku mengalami halusinasi lagi , aku melihat sesosok perempuan muda yang mengenakan kemben jarik dan selendang berwarna hijau , dia duduk bersimpuh di dekat Harun dan Gendu yang tengah tertidur.

Me : " aaku ndelok wong wedok ayu ko "

(aaku lihat perempuan cantik ko)

Handoko : " .... "

Handoko terdiam membisu sambil menundukkan mukanya namun tiba tiba saja tubuhnya ambruk tersungkur di atas pasir , sekejap kemudian ia tertawa cekikikan seperti suara perempuan " ihhii.. hi... hi... hi.. " sementara di saat bersamaan tak kudapati lagi sosok perempuan berselendang hijau tadi.... aku berkesimpulan jika Handoko sedang kerasukan dan itu artinya perempuan tadi bukanlah sekedar halusinasiku belaka , tak salah lagi ia adalah sesosok makhluk astral.

Aku merasa agak takut dengan apa yang terjadi saat ini , apalagi kondisiku sedang teler berat dan beresiko mengalami kesurupan juga , namun aku tidak mungkin kabur meninggalkan teman temanku , kucoba menguatkan nyali dan menanyai sosok perempuan yang merasuki Handoko ini.

Me : " ssopo kowe ?! "

(ssiapa kamu ?!)

Handoko : " iihhii... ihhi.. "

Me : " jenengmu sopo ?!.. asalmu endi ?! "

(namamu siapa ?!.. asalmu mana ?!)

Handoko : " iihii.. hhi... "

Sosok perempuan yang merasuki Handoko ini terus tertawa dan tak menjawab pertanyaanku sama sekali , tubuh Handoko yang tersungkur di atas pasir perlahan mulai bergerak lalu duduk bersimpuh di dekat api unggun.

Me : " kkowe sopo ?! "

(kkamu siapa ?!)

Handoko : " kulo ningsih "

(aku ningsih)

Me : " ningsih ?!... soko kraton pancer tho ?! "

(ningsih ?!... dari kraton pancer tho ?!)

Handoko : " mboten , kulo nggeh mriki asale "

(bukan , saya ya sini asalnya)

Me : " njero segoro tho keratonmu ?! "

(dalem laut tho keratonmu ?!)

Handoko : " nggeh leres "

(iya benar)

Tadinya kukira perempuan ini berasal dari kraton yang ada di pantai Pancer tapi ternyata bukan , ia mengaku sebagai penghuni pantai Teleng Ria ini dan keratonnya ada di dasar lautan.

Me : " nyapo ko ngetok ?! "

(kenapa kok muncul ?!)

Handoko : " kulo bade pados jodo , njenengan purun nopo mboten kaleh kulo ?! "

(aku mau cari jodoh , njenengan mau apa ngga sama aku ?!)

Me : " ?!?! "

Aku terheran saat ia berkata jika alasannya menampakkan diri adalah untuk mencari jodoh , bahkan ia menawariku agar mau menjadi pendamping hidupnya , jelas saja aku menolaknya mentah mentah.

Me : " kowe karo aku iki bedo alam "

(kamu sama aku tuh beda alam)

Handoko : " mboten nopo nopo , mengke njenengan nderek kulo teng kraton selawase "

(ngga pa pa , nanti njenengan ikut aku ke kraton selamanya)

Me : " ora iso "

Handoko : " nek ngoten kulo mawon seng nderek njenengan "

(kalo gitu aku aja yang ikut njenengan)

Me : " ora iso "

Tak mungkin manusia dan makhluk gaib hidup berdampingan karena berbeda alam , lagipula aku juga tidak sudi menjadi pendamping hidupnya... lama lama aku mulai muak dengan perempuan bernama Ningsih ini karena ia terus mendesakku.

Me : " wes muliho kono !!.. goleko jodo neng alammu dhewe !! "

(dah pulang sana !!.. cari jodoh di alammu sendiri !!)

Handoko : " nggeh... nggeh... nek ngoten kulo medhal sakniki "

(iya... iya... kalo gitu saya keluar sekarang)

Untung saja perempuan ini menurut dan tak membuat masalah saat kusuruh untuk pulang ke alamnya , ia keluar begitu saja dari tubuh Handoko dan kemudian segera kulakukan proses netralisir.

Handoko : " vvig ?!... aku neng endi ki ? "

(vvig ?!... aku dimana ini ?)

Me : " bar kesurupan kowe ko "

(abis kesurupan kamu ko)

Handoko : " luemes aku vig "

Handoko tergeletak lemas di atas pasir dan tak sanggup untuk berjalan kembali ke guest house , begitu juga dengan Harun dan Gendu yang masih tertidur pulas.... kini aku hanya terdiam menatap kobaran api unggun dan tak tahu harus berbuat apa.

Handoko : " aaku kesurupan opo vig ? "

Me : " wong wedok penunggune pantai iki "

(perempuan penunggunya pantai ini)

Handoko : " trus piye ? "

Me : " metu dhewe ko "

(keluar sendiri ko)

Handoko : " trus iki piye awake dhewe nek mbalik neng guest house ?!... aku luemes vig "

(trus ini gimana kita kalo balik ke guest house ?!... aku luemes vig)

Me : " podo ko "

(sama ko)

Dengan kondisi seperti ini kami tak mungkin kembali ke guest house , sementara kulihat layar ponselku telah menunjukkan jam setengah 12 malam... aku dan Handoko hanya bisa rebahan di atas pasir hingga perlahan mulai tertidur " zzzz... zzzz... zzzz... "

Dengan lemas aku terbangun dan mendapati diriku telah berada di dalam saung , entah aku tak tahu siapa yang menggendongku kemari , kulihat teman temanku juga telah terjaga dan muka mereka tampak kebingungan.

Handoko : " wes tangi kowe vig ? "

(udah bangun kamu vig ?)

Me : " iyo ko , seng nggendong aku rene sopo ? "

(iyo ko , yang nggendong aku ke sini siapa ?)

Handoko : " lha kuwi masalahe vig , aku yo tangi tangi wes neng njero saung iki , tak kiro aku digendong harun utowo gendu tapi tibake ora "

(lha itu masalahnya vig , aku juga bangun bangun udah di dalam saung ini , tak kira aku digendong harun atau gendu tapi ternyata ngga)

Harun : " lha aku dhewe tangi tangi yo wes neng kene lho vig "

(lha aku sendiri bangun bangun juga udah di sini lho vig)

Gendu : " iyo podo "

(iya sama)

Kami merasa aneh dengan kejadian ini , ternyata tak ada siapapun yang menggendong kami dari tepi pantai hingga ke saung ini , aku sempat berpikir jika kami digendong oleh satpam guest house tapi pintu saung ini masih terkunci rapat dan kuncinya masih ada di dalam saku celanaku.

Me : " iki lho kuncine sek tak gowo "

(ini kuncinya masih aku bawa)

Harun : " kok iso yo ? "

Gendu : " opo awake dhewe digendong demit ya run ? "

(apa kita digendong demit ya run ?)

Harun : " iso ae ndu "

(bisa aja ndu)

Handoko : " wes ra sah dipikir eneh , seng penting awake dhewe slamet wes mbalik neng kene "

(udah gak usah dipikirin lagi , yang penting kita slamet udah balik ke sini)

Kami berkesimpulan ada sesosok makhluk gaib yang memindahkan kami kembali ke saung ini , mungkin sosok perempuan bernama Ningsih itu yang melakukannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar