HIDOEP ITOE PERDJOEANGAN - Belanda Masih Maoe Berkoeasa

 Memasuki tahun 1946 keadaan sudah semakin mengkhawatirkan , terlebih Jakarta sebagai pusat pemerintahan Republik telah sepenuhnya diduduki pasukan sekutu dan juga NICA Belanda , namun untungnya tersiar kabar kalau Bung Karno , Bung Hatta beserta para staf pemerintahan berhasil kabur ke Jogja dengan menumpangi kereta api saat malam hari , mereka berhasil lolos melewati daerah daerah yang telah diduduki pasukan sekutu sebelum akhirnya tiba di Jogja dengan membawa dokumen dokumen kenegaraan yang masih lengkap , perpindahan pemerintahan Republik ini sekaligus merubah status Jogjakarta menjadi ibukota Indonesia yang baru , sementara TKR selaku tentara utama pihak Republik telah resmi berganti nama menjadi TRI dengan merombak struktur dasar kemiliteran agar sesuai dengan standar militer Internasional.

Di tengah situasi yang serba tak menentu ini Darmanto yang telah berpangkat kapten ditugaskan untuk menjaga keamanan di wilayah karesidenan Madiun , masalahnya banyak laskar milisi liar yang sering meresahkan rakyat dengan melakukan perbuatan perbuatan kotor yang diatasnamakan demi perjuangan Republik , biasanya mereka sering merampok harta benda atau merampas hewan ternak milik warga desa , tak jarang mereka juga memperkosa wanita dan membunuh orang orang yang berusaha melawan , sungguh benar benar menyusahkan keberadaan para milisi liar yang tidak jelas asal usulnya itu.

Selain sibuk menjaga keamanan di wilayah Madiun Darmanto juga dipusingkan dengan ekonomi keluarganya yang kembang kempis , maklum tak ada gaji yang diterimanya padahal ia harus menghidupi istri dan 2 anaknya yang masih kecil , bahkan tak lama lagi istrinya akan segera melahirkan anak ketiga sehingga semakin pusing pula Darmanto memikirkan cara untuk menafkahi keluarganya.

Masih untung tiap bulan Darmanto menerima jatah beras , gula dan minyak tanah dari markas tempatnya berdinas , namun kalau hanya mengandalkan itu saja jelas tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya , akhirnya dengan terpaksa ia mengajak rekan rekannya untuk mencuri di rumah rumah orang Belanda yang ada di sekitar pabrik gula Pagotan , rumah rumah itu telah lama ditinggalkan sejak masa pendudukan Jepang sehingga barang barang yang ada di dalamnya bisa dicuri sebanyak banyaknya dan kemudian dijual dengan harga yang cukup tinggi , biasanya Darmanto senang mengambil barang seperti gramafon , piringan hitam , radio, jam dinding , kipas angin dan juga piano , barang barang itu diangkut menggunakan truk dan kemudian dijual ke pasar gelap yang ada di kota Solo , dengan cara itulah ia menafkahi keluarganya selama berbulan bulan sebelum akhirnya ia punya modal untuk membuka sebuah warung makan Padang yang dikelola oleh istrinya.

Pada pertengahan tahun 1946 mulai dibentuk korps kesatuan tentara pelajar TRIP di berbagai wilayah karesidenan Jawa Timur , sementara Darmanto sebagai seorang kapten ditugaskan untuk melatih para pelajar sekaresidenan Madiun yang tergabung dalam batalion 2000 , tiap sore mereka rutin berkumpul di markas dan dilatih dasar dasar kemiliteran secara bertahap , tetapi saat pagi mereka tetap bersekolah sebagaimana kewajiban pelajar pada umumnya , aktifitas seperti ini memang tampak merepotkan namun para pelajar tetap bersungguh sungguh ikut pelatihan militer karena mereka memang berniat untuk ikut berjuang , selain itu alasan mereka bergabung TRIP adalah juga demi rasa gengsi agar dianggap gagah oleh gadis gadis remaja di sekolahnya.


Saking banyaknya pelajar yang bergabung TRIP juga menimbulkan persoalan karena jumlah persediaan senapan dan amunisi yang serba terbatas , akhirnya saat sedang berlatih para pelajar itu harus bergantian memegang senapan , selain itu jatah peluru juga dibatasi sehingga tiap pelajar hanya bisa berlatih menembak selama beberapa kali saja , apa boleh buat dengan kondisi serba terbatas pelatihan militer yang dilakukan jelas tidak akan efektif.

Persoalan keterbatasan senjata dan amunisi ini akhirnya mulai menemukan solusi saat Darmanto bertemu lagi dengan para pejuang PRI di Mojokerto , di sana ia diperkenalkan dengan beberapa tentara Belanda yang bertugas menjaga gudang senjata , ternyata para tentara Belanda itu memperjual belikan senapan dan amunisi secara diam diam dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi " Ik hou van geld , ik wil rijk zijn !! " bagi mereka peperangan ini tidak ada artinya sama sekali , bahkan mereka tidak peduli kalau nantinya Belanda akan kalah perang dan gagal menjajah Indonesia lagi , satu satunya yang mereka inginkan hanyalah meraup keuntungan sebanyak mungkin dari penjualan senjata dan amunisi yang tersimpan di gudang.



Dengan uang ratusan gulden pemberian atasannya Darmanto akhirnya membeli sejumlah senjata dan amunisi yang dibutuhkan , semuanya dimasukkan ke dalam kotak kotak kayu dan kemudian diangkut menggunakan truk , sementara saat kembali ke Madiun Darmanto harus melewati rute pedesaan yang keadaannya masih aman tidak terjamah pasukan sekutu atau Belanda , ancaman terbesar justru dari para milisi liar yang biasanya bersembunyi di hutan hutan sekitar desa , karena itulah Darmanto terus merasa was was sepanjang melewati daerah Mojokerto hingga Caruban.

Tiap sebulan sekali Darmanto bolak balik ke Mojokerto untuk membeli senjata dan amunisi , sementara di Madiun kesibukannya kian bertambah karena ia diminta sekolahan SMOA untuk mengawal perkemahan pramuka yang biasa diadakan tiap akhir pekan , takutnya kalau tidak dikawal para milisi liar akan mengacaukan perkemahan serta memperkosa gadis gadis pramuka yang masih remaja.


Karena sering mengawal perkemahan Darmanto akhirnya jatuh cinta dengan seorang gadis pramuka yang usianya masih bau kencur , walau tau kalau Darmanto sudah punya anak istri tetapi gadis itu tetap menerima cinta Darmanto dengan sepenuh hati , tentu saja jalinan cinta mereka berlangsung secara rahasia karena Darmanto takut kalau ketahuan istrinya , bisa bisa rumah tangganya akan hancur kalau sampai ia ketahuan bermain cinta dengan seorang gadis ingusan.

Rayuan rayuan manis terus diucapkan Darmanto hingga membuat gadis pujaannya semakin terlena , dengan meyakinkan ia berjanji akan menikahi gadis itu setelah lulus sekolah padahal kenyataannya janji itu sulit untuk diwujudkan , tak terbayang bagaimana kemarahan istrinya nanti kalau ia berterus terang ingin menjadikan sang gadis sebagai istri muda , apalagi ia juga tidak yakin kalau istrinya mau untuk dimadu dan berbagi cinta dengan sang gadis.

" Mas !!... aku wes meteng mas !!... piye iki mas ?!... " begitu tau gadis pujaannya hamil Darmanto bingung bukan kepalang , apalagi orang tua sang gadis juga sudah mengetahui kehamilan anaknya dan terus mendesak Darmanto untuk segera menikahi , akhirnya dengan gamang Darmanto memberanikan diri berterus terang kepada istrinya yang baru saja melahirkan anak ketiga " cakmano cinto uda ka ambo ?!?.. cakmano janjinyo uda ka ambo ?!?... ancua cinto kito uda !!... ancua !!.. " pertengkaran hebat langsung terjadi antara Darmanto dan istrinya , bahkan saking marahnya Darmanto sampai dilempari piring dan gelas hingga pecah berhamburan mengenai tembok " pyaar !!... pyaar !!... " Darmanto yang sudah tak bisa berbuat apa apa akhirnya kabur ke rumah temannya tanpa sempat membawa seragam dan senapannya.

Selama beberapa hari Darmanto menginap di rumah temannya sambil terus memikirkan nasib rumah tangganya yang terancam kandas , karena tidak mungkin berbicara kepada istrinya lagi Darmanto akhirnya menulis sepucuk surat dengan harapan agar istrinya mau memaafkan serta mengijinkan dirinya untuk menikahi sang gadis yang sudah terlanjur hamil , selain itu untuk meyakinkan istrinya Darmanto juga mencontohkan rumah tangga Rasullulah yang selalu rukun walaupun beristri dua , tidak pernah ada pertengkaran maupun kecemburuan antara Siti Khadijah dan Siti Aisyah karena Rasullulah selalu adil bijaksana dalam berbagi cinta dan rejeki , kira kira begitulah yang akan dilakukan Darmanto kalau nantinya ia punya istri dua.

Sepucuk surat itu dititipkan Darmanto kepada salah satu tetangganya , semingguan kemudian ia mendapatkan surat balasan dari istrinya yang ternyata sudah mulai bersikap lunak dan mau untuk diajak berbicara secara langsung , dengan bersemangat Darmanto langsung pulang kembali ke rumahnya sambil membawa oleh oleh buah durian kesukaan istrinya.

Darmanto senang karena sang istri akhirnya bersedia untuk dimadu , namun syaratnya sang gadis hanya boleh dinikahi secara siri dan tidak diperkenankan untuk tinggal serumah , apa boleh buat terpaksa Darmanto menyanggupi persyaratan istrinya itu daripada ia tidak diijinkan untuk menikah lagi.

Memasuki tahun 1947 Darmanto akhirnya menikahi gadis pujaannya yang sudah hamil 3 bulan lebih , saat ijab qabul suasananya sangat ramai karena banyak rekan rekan pejuang dan pelajar TRIP yang hadir " woh pak kapten rabi eneh !!.. nduwe bojo enom ojo ngasi lali karo bojo tuwek to !!.. " Darmanto hanya tersipu mendengar gurauan rekan rekannya itu , jelas ia sangat bahagia setelah selesai melakukan ijab qabul di hadapan saksi dan penghulu " sampun sah !!... wes sah saiki to !!.. " semua orang langsung bergantian menyalami Darmanto yang dari tadi mukanya tampak sumringah , sementara pesta kecil kecilan digelar saat malam hari dengan menanggap grup Reog dari Ponorogo.


Setelah menikahi gadis pujaannya Darmanto mulai kelimpungan membiayai ekonomi rumah tangganya , selama berminggu minggu ia terus hutang sana sini dan menjual bermacam barang agar bisa menafkahi kedua istrinya , beruntung ia akhirnya ditugaskan melatih pelajar sekolahan teknik yang baru saja terbentuk menjadi korps kesatuan tentara pelajar TGP , dari pekerjaan ini Darmanto mendapat sedikit gaji yang setidaknya bisa untuk menambal ekonomi keluarganya.

Meski terus dipusingkan dengan persoalan rumah tangga yang tidak ada habisnya Darmanto tetap berusaha melatih para pelajar sebaik baiknya , tiap sore ia harus berpindah antara markas TRIP dan TGP demi memastikan semua pelajar mendapat pelatihan militer yang tidak asal asalan , apalagi para pelajar TGP dituntut untuk menguasai beragam kemampuan teknis seperti merakit bom peledak , memperbaiki mesin kendaraan tempur atau peralatan seperti radio komunikasi , begitulah fungsi dari detasemen genie yang nantinya akan menunjang aksi pasukan utama di medan perang.


Selama berminggu minggu Darmanto terus disibukkan melatih para pelajar , hingga menjelang akhir Maret 1947 ia dan rekan rekannya kaget mendengar kabar bahwa pemerintah Indonesia dan Belanda saling menyepakati perundingan Linggarjati yang dinilai sangat tidak adil , secara de facto wilayah Indonesia yang diakui hanyalah pulau Jawa , Madura dan Sumatra saja , sementara pulau pulau lain seperti Kalimantan , Sulawesi , Maluku , Bali , Nusa Tenggara hingga Papua akan tetap menjadi jajahan Belanda , dengan pembagian wilayah seperti ini semua orang mulai kehilangan kepercayaannya kepada pemerintahan Sukarno Hatta , bagaimana bisa pemerintah justru menyetujui perundingan yang merugikan ini sementara para pejuang di berbagai daerah sedang gencar melakukan perlawanan menolak kolonisasi.

Setelah perjanjian Linggarjati disepakati pasukan sekutu dan Belanda mulai berhenti melakukan konfrontasi di berbagai daerah , untuk sementara keadaan menjadi lebih aman sehingga para pelajar TRIP dan TGP bisa tenang menjalani masa sekolahnya , selain itu pemerintah juga memanfaatkan keadaan yang sedang kondusif ini untuk melakukan penggabungan antara korps TRI dengan korps korps pejuang lain menjadi satu kesatuan militer yang bernama TNI.


Banyak yang senang dengan terbentuknya TNI karena setiap anggota mendapat gaji sekitar 50 sen hingga 20 rupiah , namun banyak juga yang merasa kecewa karena yang boleh bergabung dengan TNI hanya yang punya ijazah sekolahan saja , akhirnya mereka yang tersingkir terpaksa bergabung dengan laskar milisi semi militer yang gajinya diambil dari sisa uang kas markas divisi yang jumlahnya tak seberapa , tentunya pilihan ini adalah jalan terbaik agar tidak ada yang sakit hati atau malah bergabung dengan laskar milisi liar.

Keadaan yang masih aman membuat semua orang merasa tenang menjalani hari demi hari , namun tak ada yang menyangka kalau tepat menjelang ramadhan di bulan Juli 1947 Belanda tiba tiba kembali berulah dengan menggelar agresi militer yang disebut 'operation product' , kota demi kota di Jawa dan Sumatra mulai diserbu satu persatu , sementara di Madiun pesawat pembom Belanda baru saja membombardir lapangan udara Maospati , akibatnya beberapa pesawat tempur peninggalan Jepang yang berada di sana hancur semua menjadi rongsokan.

" Pancen megelne tenan van mook iki , isone mung nggolek perkoro thok !!.. londo asuu !!.. " para anggota TNI hanya bisa bersumpah serapah mengutuk kelicikan gubernur jendral Van Mook yang berusaha mengakali pihak Republik dengan perundingan omong kosong , apalagi dengan digelarnya agresi militer ini sama saja Belanda melanggar perjanjian Linggarjati yang dibuatnya sendiri , sudah jelas kalau tujuannya hanyalah untuk menguasai wilayah Indonesia secara keseluruhan , terutama daerah daerah perkebunan atau pertambangan yang komoditasnya bisa segera diproduksi untuk menyelamatkan perekonomian Belanda yang morat marit setelah perang dunia II usai.

" Kutho malang wes diobong !!... londo sedelut engkas arep teko kono !!.. " situasi semakin gawat saat terdengar kabar bahwa pasukan Belanda akan segera memasuki kota Malang yang baru saja dibumihanguskan oleh para tentara TNI di sana , kalau sampai kota yang dikelilingi gunung itu dikuasai Belanda maka kota kota lain di Jawa Timur akan dapat direbut dengan mudah , tentu saja hal ini tidak bisa dibiarkan sehingga kesatuan kesatuan TNI di berbagai kota mulai bersiap mengirimkan pasukannya ke Malang , sementara para pelajar TRIP dan TGP yang baru saja menyelesaikan ujian kenaikan kelas juga harus bersiap siap untuk dikirim ke medan perang pertama kalinya , Darmanto juga ingin dikirim ke Malang tetapi atasannya justru mengirimkan kompi kompi lain yang akan diberangkatkan bersama kompi pelajar TRIP dan TGP , jelas Darmanto merasa kecewa dan berat hati menerima keputusan dari atasannya itu , ia merasa tidak berguna kalau hanya tunggu kandang di Madiun sementara yang lainnya berangkat menyabung nyawa ke Malang.

" Pak aku karo konco konco budal sek yo !!... dongakno nang malang ngko iso menang perang musuh londo !!.. " saat di stasiun Darmanto tampak berkaca kaca melepas keberangkatan para pelajar TRIP dan TGP yang selama ini ia latih , dalam hati ia berharap para pelajar itu benar benar bisa memanfaatkan semua kemampuan yang sudah diajarkan selama masa pelatihan militer , tak lupa ia juga mendoakan agar perjuangan mereka di Malang bisa mencapai kemenangan seperti yang diharapkan " pokoke sekali merdeka tetep merdeka !!... merdeka !! " dengan lantang Darmanto terus berteriak saat kereta api yang mengangkut para pelajar itu mulai beranjak meninggalkan stasiun , sementara para orang tua , sanak saudara ataupun gadis gadis yang dipacari juga turut melepas keberangkatan mereka dengan lambaian tangan dan derai air mata.


Gerbong demi gerbong kereta mulai melaju meninggalkan stasiun , tak lama kemudian kereta api yang ditumbangi para pelajar itu semakin melaju jauh hingga tak kelihatan lagi ekornya , semoga saja mereka berhasil memenangkan peperangan di Malang dan membawa senyuman kegembiraan saat kembali pulang ke Madiun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar