Derai air mata bertumpahan saat orang orang menghadiri upacara pemakaman beberapa pelajar TRIP dan TGP yang gugur berperang di kota Malang , orang tua dan sanak keluarga menangis hingga menjerit jerit saat melihat jenasah para pelajar mulai dimasukkan ke dalam liang lahat , sementara Darmanto sebagai salah satu pelatih militer merasa gagal mengemban tugasnya hingga ia rela dicaci maki para orang tua pelajar yang telah gugur.
Untuk menghilangkan kesedihan dan rasa bersalahnya Darmanto jadi sering menenggak arak , tiap malam ia menyendiri di belakang rumah sambil menenggak bergendul gendul arak hingga teler , saat pagi tiba ia sudah terkapar di amben hingga istrinya harus repot repot memapahnya masuk ke dalam rumah , sementara di markas tempatnya berdinas ia sering kena tegur atasan karena kerap terlambat mengikuti upacara apel pagi , begitulah hari hari muram yang dijalani Darmanto selepas kematian anak anak didiknya di Malang , apalagi dengan kekalahan di kota itu pihak Republik akan semakin sulit mempertahankan kota kota lain di Jawa Timur , rasanya sudah tidak ada harapan untuk mempertahankan kemerdekaan yang selama ini diperjuangkan mati matian.
Kesedihan Darmanto kian bertambah saat ia mengetahui bahwa Hadratussyaikh Hasyim Ashari telah wafat tepat sebelum Belanda menggelar agresi militer , dengan mengajak beberapa rekannya Darmanto akhirnya memutuskan untuk berangkat ziarah ke pondok pesantren Tebu Ireng , begitu tiba di sana ia bertemu lagi dengan santri santri Hizbullah yang dulu pernah berjuang bersamanya di Surabaya , raut muka mereka tampak sedih seperti seolah tak ikhlas ditinggal pergi sang kiai untuk selama lamanya , kesedihan mereka sama halnya dengan yang dirasakan Darmanto hingga ia menangis terisak isak saat bersimpuh di pusara Hadratussyaikh Hasyim Ashari " nyuwun pangapuronipun mbah kiai... hikz !!.. kulo dereng saget maringi kamardikan kagem nuswantoro mbah.. hikz !!.. kulo pun mboten ngertos pripun caranipun mbah kiai.. hikz !!.. " kesedihan dan keputus asaan yang dirasakan Darmanto tumpah tak terbendung lagi , ia merasa menyesal tak bisa memenuhi harapan sang kiai yang ingin melihat tanah air tercinta ini merdeka.
" Wes ojok sedih mas !!... awake dhewe kudu iso tetep ngadek jejek masio keadaane koyok ngene !.. " Darmanto menyeka air matanya saat Hasyim Latief sang komandan Hizbullah duduk bersila di sebelahnya , sambil tersenyum ia berusaha menghibur dan menyalakan kembali semangat juang Darmanto yang sudah padam , bagi Hasyim kesedihan tak perlu diratapi terlalu lama karena masih ada perjuangan yang harus dilanjutkan dengan segenap daya " aku mek ngeleng ngeleng pesene mbah kiai sakdurunge sedho mas , pokoke jihad fisabililah iki kudu terus dilakoni koyok rasullulah ngelakoni perang badar musuh kafir quraish " semangat juang Darmanto mulai terbangkitkan saat mendengar cerita perang badar yang dilakukan Rasullulah , sebagai seorang muslim ia merasa malu kalau berhenti berjihad dan hanya menghabiskan waktu untuk berkubang dalam keputus asaan yang tiada akhir.
Walaupun sedang berduka Nahdlatul Ulama ternyata tidak mengendurkan perjuangannya sama sekali , santri santri laskar Hizbullah masih siap melanjutkan peperangan yang entah sampai kapan akan berakhir , bahkan Darmanto terkejut saat Hasyim Latief mengajaknya menemui para santriwati yang baru saja dibentuk dalam barisan laskar Fatayat , ia terheran heran melihat puluhan santriwati sedang baris berbaris sambil menenteng senapan bedil , tak seharusnya gadis gadis berkerudung itu ikut maju ke medan perang bersama kaum pria , seharusnya mereka menjadi petugas medis atau tukang masak di dapur umum saja.
" Iki temenan tha arek arek wedok iso perang ??.. " Darmanto tidak yakin kalau para santriwati punya nyali untuk berperang dan bisa menembak dengan baik , akhirnya Hasyim Latief menyuruh beberapa santriwati untuk menembaki botol botol beling yang dijejerkan di atas meja " pyuaar !!... pyuuarr !!... pyuuar !!... " dari jarak yang cukup jauh tembakan para santriwati itu berhasil mengenai botol botol beling hingga pecah berkeping keping , karuan saja Darmanto terkagum kagum melihatnya.
" Piye mas ?!... masio wedok nanging jago nembak kabeh tho ??... aku lho seng nglatih saben dino " Hasyim Latief tampak bangga dengan kemampuan para santriwati hasil didikannya , ia juga bercerita kalau para santriwati bergabung dalam barisan laskar Fatayat bukan atas dasar keterpaksaan melainkan memang secara sukarela ingin ikut berjihad fisabilillah membela tanah air , hal ini disebabkan karena santri santri laskar Hizbullah banyak yang berguguran sewaktu berperang di Surabaya sehingga perlu dibentuk laskar Fatayat sebagai kekuatan semi militer cadangan " laskar fatayat iki bakalane koyok pasukan inong balee mas !... ngerti inong balee tha sampeyan ?!.. " perkataan Hasyim Latief membuat Darmanto teringat dengan kisah pasukan Inong Balee yang pernah berperang melawan Portugis dan Belanda di akhir abad ke 16 , pasukan yang dipimpin oleh Malahayati itu anggotanya adalah para janda janda yang suaminya gugur berperang mempertahankan kesultanan Aceh , itulah yang menjadi inspirasi pembentukan laskar Fatayat yang diharapkan dapat memberikan andil dalam perjuangan bersama pihak Republik.
Sepulang dari Jombang Darmanto kembali bersemangat menjalani hari harinya , seperti biasa ia tetap melatih para pelajar TRIP dan TGP sambil terus mengikuti perkembangan situasi terkini , rupanya gencatan senjata baru saja disepakati setelah Belanda didesak oleh Amerika , Australia , Inggris dan juga India , bisa dibilang agresi militer ini memperburuk citra Belanda di dunia Internasional walaupun gubernur jendral Van Mook berusaha memutar balik fakta dan mempengaruhi opini publik , bahkan orang orang di berbagai negara ramai berdemonstrasi mendukung kemerdekaan Indonesia yang mulai mendapat pengakuan di dunia Internasional.
" Awake dhewe masio ajur ajuran nanging menang dukungan internasional , yo iki salah sijine dalan seng bakal nguatne kedaulatane indonesia ben diakoni ambek pbb " sesungguhnya masalah kemerdekaan bangsa Indonesia mulai mendapat sorotan serius dari dewan keamanan PBB , namun Belanda yang tak rela kehilangan koloni masih berusaha menguasai seluruh wilayah Indonesia dan tetap mengklaim sebagai wilayah Hindia Belanda , kalau sudah kepepet mungkin Belanda akan melakukan perundingan omong kosong yang kemudian akan dilanggar sendiri dengan dalih yang dibuat buat.
Gencatan senjata memang sudah disepakati tapi nyatanya masih terjadi konfrontasi dimana mana , bahkan di Malang peperangan masih belum reda karena Belanda berusaha merebut daerah Malang selatan yang masih dikuasai pihak Republik , sementara para tentara TNI yang sedang berjuang di sana sudah semakin terdesak sehingga membutuhkan pasukan bantuan dari kesatuan kesatuan TNI di berbagai daerah , nantinya perlawanan akan terus dilakukan untuk mengulur ulur waktu hingga dewan keamanan PBB mendesak Belanda untuk menghentikan agresinya.
Darmanto senang saat tau namanya tercantum dalam daftar kompi pasukan yang akan dikirim ke Malang , dengan bersemangat dia langsung mempersiapkan diri dan berpamitan kepada keluarganya , walaupun mereka cemas namun Darmanto merasa yakin kalau nanti akan kembali pulang dengan selamat , ia hanya meminta doa restu agar perjuangan yang dilakukannya tidak sia sia seperti saat perang di Surabaya.
Berkompi kompi tentara TNI diberangkatkan dari Madiun menggunakan kereta api lokomotif , gerbong demi gerbong telah sesak dipenuhi para tentara yang duduk dempet dempetan atau berdiri desak desakan , sementara anak , istri dan keluarga masing masing turut hadir di stasiun untuk melepas keberangkatan mereka ke Malang " pak ati ati yo nek perang ojo ngasi mati pak !!... tak enteni sak mulehmu pak !.. ojo kok tinggal mati yo mas aku wegah dadi rondo !!... " keramaian di stasiun pada akhirnya menumpahkan derai air mata yang tak terbendung lagi , semuanya menangis haru ketika gerbong demi gerbong mulai beranjak meninggalkan stasiun saat hari menjelang petang , sungguh perpisahan yang sangat mengharukan.
Perjalanan ini harus dilakukan saat malam hari untuk menghindari pesawat tempur Belanda yang kerap melakukan patroli udara di sekitar Nganjuk hingga Jombang , untungnya saat melewati daerah daerah itu tak ada pesawat Belanda yang berpatroli sehingga perjalanan aman aman saja hingga kereta mencapai daerah Malang selatan , begitu tiba di stasiun para tentara TNI dari Madiun langsung dijemput truk truk tentara TNI yang tergabung dalam divisi Suropati , masing masing kompi tentara TNI Madiun akan diantarkan ke daerah yang berbeda beda untuk memperkuat pertahanan tiap tiap batalion , kompi Darmanto sendiri diantarkan ke daerah Bululawang untuk memperkuat batalion I yang dikomandani letkol Hamid Rusdi.
Truk yang ditumpangi kompi Darmanto tidak langsung menuju ke Bululawang tetapi mampir dulu di gudang tembakau yang ternyata dijadikan gudang senjata dan amunisi , saat Darmanto melihat lihat bermacam senjata ia menemukan sejumlah senapan bedil m1 carbine dan m1d garand milik militer Amerika , beberapa bedil itu bahkan sudah dipasangi teleskop dan peredam bunyi agar bisa digunakan untuk menembak jarak jauh secara senyap , karena tertarik dengan bedil itu akhirnya ia mengambil sepucuk beserta sejumlah pelurunya " sesuk esuk tak jajale bedil iki cak !.. pengen ngerti koyok ngopo titise nek digawe nembak soko kadohan " dengan bangga Darmanto menenteng bedil m1d garand yang memang diperuntukkan untuk menembak jarak jauh , rasanya ia sudah tak sabar ingin segera beraksi menjadi penembak runduk yang sanggup menghabisi musuh tanpa harus kelihatan batang hidungnya.
Setelah menginap semalam di gudang tembakau kompi Darmanto langsung diantarkan ke markas komando batalion I yang berada di daerah Bululawang , saat tiba di sana mereka langsung disambut oleh puluhan tentara TNI yang merupakan anak buah letkol Hamid Rusdi , semuanya tampak bersemangat menyalami tiap anggota kompi Darmanto yang baru turun dari truk , sementara Darmanto sebagai komandan kompi langsung menghadap letkol Hamid Rusdi untuk menyodorkan surat ijin bergabung dalam batalionnya.
Batalion I sudah dipecah menjadi kompi kompi yang ditugaskan menjaga desa desa di daerah Bululawang hingga Turen , sementara kompi Darmanto akan ditempatkan di desa sebelah utara yang berbatasan dengan daerah Tajinan , tanpa berlama lama Darmanto langsung mempersiapkan anggota kompinya untuk segera berangkat ke sana.
Desa sebelah utara sudah dijaga oleh puluhan penduduk yang dijadikan milisi , mereka semua sudah dipersenjatai dengan senapan bedil dan diberi jatah amunisi yang cukup banyak , tiap sekian jam mereka bergiliran berpatroli untuk mengawasi keadaan di tiap tiap perbatasan desa , walaupun saat ini keadaan masih terlihat aman namun semua orang tetap harus waspada dan siaga berjaga.
Selama berhari hari keadaan masih aman terkendali , tidak ada tanda tanda pergerakan pasukan Belanda di daerah sekitar Bululawang maupun Turen , hingga akhirnya saat semua orang baru saja selesai shalat jumat tiba tiba ada seseorang yang datang ke langgar , dengan nafas ngos ngosan ia mengatakan kalau desa desa di daerah Tajinan baru saja diserbu pasukan Belanda " uakeh pak londone seng teko kono !!... wong wong ndeso podo dicekeli kabeh pak !!... tentarane awake dhewe wes kocar kacir gak karuan !!.. " mendengar kabar ini semua orang langsung bersiaga mengambil senapannya masing masing , kalau sampai desa desa di daerah Tajinan berhasil dikuasai Belanda maka cepat atau lambat desa ini juga akan segera diserbu.
Menjelang sore semua penduduk dari daerah Tajinan tiba tiba datang mengungsi ke desa ini , dengan berbondong bondong mereka berjalan sambil membawa hewan ternak atau barang masing masing , saat ditanyai ternyata desa mereka sudah dikepung pasukan Belanda yang jumlahnya sangat banyak " oalah pak pak !.. kabeh deso ndek tajinan wes dikepung londo kabeh pak !... akeh wong seng dicekel utowo dipateni pak !.. " melihat keadaan yang sudah genting seperti ini Darmanto memutuskan untuk mengajak beberapa anak buahnya pergi ke daerah Tajinan , dengan mengendarai sepeda onthel mereka langsung berangkat melakukan misi pengintaian.
Tiba di perbatasan daerah Tajinan Darmanto dan anak buahnya langsung menggeletakkan onthel di tepi sawah , dengan tergesa mereka berjalan melewati persawahan yang cukup luas sebelum akhirnya harus blusukan memasuki tegalan yang dipenuhi pepohonan lebat , dari sana mereka dapat mengintai keadaan desa yang baru saja dikuasai pasukan Belanda dan juga pasukan KNIL yang anggotanya orang orang Maluku.
Dengan menggunakan binocular Darmanto dan anak buahnya terus mengintai dari tegalan , dengan hati hati mereka berpindah pindah sambil mengamati segala penjuru desa yang sudah dikepung pasukan Belanda dan KNIL yang jumlahnya sangat banyak , mereka semua tampak sedang memeriksa rumah demi rumah yang telah ditinggalkan penduduk , sementara orang orang yang belum sempat mengungsi telah ditangkap dan dikumpulkan di dekat balai desa.
Selesai melakukan pengintaian Darmanto dan anak buahnya langsung kembali secepatnya ke daerah Bululawang , begitu tiba ia langsung mengkoordinasikan sebagian milisi dan sebagian anggota kompinya untuk melakukan penyerangan ke desa yang dikuasai pasukan Belanda tadi , upaya ini dilakukan untuk mencegah agar daerah Bululawang tidak ikut jatuh ke tangan Belanda.
" Sedulur sedulur !!... sampun siap nyerang sakniki ?!.. sampun siaap ?! " dengan lantang Darmanto menanyakan kesiapan orang orang yang akan diajaknya menyerang , secara serempak mereka semua langsung menjawab " siaaap !!... " sambil menggenggam erat senapannya masing masing , sekejap kemudian mereka semua hening berdoa untuk meminta restu kepada Yang Maha Kuasa.
Puluhan tentara dan milisi yang dipimpin Darmanto akhirnya mulai beranjak meninggalkan desa , dengan tekat membara mereka semua siap untuk menyabung nyawa menghadapi pasukan Belanda yang sudah menguasai daerah Tajinan , tanpa peduli apakah nanti akan tetap hidup atau mati mereka semua terus melangkahkan kaki menuju medan perang yang jaraknya hanya tinggal beberapa kilometer lagi.
Tiba di perbatasan daerah Tajinan semua orang langsung menyebar memasuki tegalan yang berdekatan dengan desa , sambil merundukkan badan mereka terus blusukan di antara lebatnya pepohonan hingga akhirnya mencapai ruas jalanan desa yang sudah dijaga oleh segerombol tentara Belanda yang membawa senapan mesin gatling dan bren " piye ??.. wani po ra ??... " Darmanto terus menanyai para milisi dan anak buahnya yang menguntit di belakang punggungnya , ketika semua menganggukkan kepala barulah Darmanto mantap memulai penyerangan yang penuh bahaya ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar