HIDOEP ITOE PERDJOEANGAN - Doeri Doeri PKI chapter I

 Perundingan yang dilakukan di atas kapal USS Renville akhirnya resmi disepakati pada bulan Januari 1948 , namun siapa sangka kalau hasil perundingan itu ternyata jauh lebih mengecewakan daripada perjanjian Linggarjati yang sebenarnya sudah sangat mengecewakan rakyat , jika sebelumnya wilayah pihak Republik yang diakui hanya pulau Jawa , Sumatra dan Madura saja , maka kali ini dengan seenaknya gubernur jendral Van Mook menetapkan bahwa wilayah pihak Republik yang tersisa hanyalah di sebagian Jawa Timur dan Jawa Tengah saja , imbas dari pembagian wilayah yang tak adil ini jelas sangat merugikan pihak Republik sehingga orang orang mulai muak dengan pemerintahan Sukarno Hatta.

" Hasile rundingan kok malah soyo gak karuan yo ?!... awake dhewe wes kadung ngarep ngarep londo minggat tapi nyatane malah koyok ngene ?!... lak yo asu tenan tho ?!... " tidak ada orang yang tidak kecewa dengan hasil perjanjian Renville , setelah berharap pemerintah akan melakukan yang terbaik di meja perundingan ternyata hasilnya justru sangat mengecewakan , dengan keadaan seperti ini semua orang mulai kehilangan harapan dan kepercayaan terhadap pemerintah yang dinilai terlalu lembek dalam melakukan diplomasi.

Begitu perjanjian Renville resmi diperlakukan Belanda mulai menetapkan garis garis demarkasi di perbatasan wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah , puluhan ribu tentara TNI dari divisi Siliwangi yang menguasai Jawa Barat dipaksa untuk hijrah besar besaran menuju wilayah Republik di Jawa Tengah , semuanya diangkut menggunakan truk dan kereta api sebelum akhirnya ditempatkan di Jogja , Solo dan sekitarnya.

Tak lama setelah perjanjian Renville resmi diberlakukan kabinet kementrian Amir Syarifudin jatuh dan langsung digantikan oleh Bung Hatta yang merangkap jabatan sebagai perdana mentri , mentri pertahanan dan sekaligus wakil presiden , lagi lagi semua orang harus menelan kekecewaan karena Bung Hatta menerapkan kebijakan rasionalisasi TNI yang membuat para tentara bawahan yang belum berpangkat terpaksa harus tersingkir dari kesatuan TNI , sementara tentara tentara yang telah menyandang pangkat lebih tinggi juga harus rela pangkatnya diturunkan menjadi lebih rendah seperti sebelumnya , dampak dari kebijakan ini jelas mengecewakan semua orang yang selama ini mati matian memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

" Opo gunane awake dhewe berjuang nek pemerintah malah nggawe mangkel koyok ngene ?!... wes dibelani perang mati matian nanging malah gak diregani perjuangane awake dhewe !!.. " banyak tentara TNI di Madiun yang sudah habis kesabaran menerima kekecewaan demi kekecewaan dari keputusan pemerintah , semuanya sudah muak dan tidak tahu harus bagaimana lagi setelah ini , apalagi divisi Ronggolawe yang merupakan kesatuan induk para tentara TNI di Madiun jadi tidak jelas nasibnya akibat kebijakan rasionalisasi pemerintah , keadaan seperti ini membuat semangat juang mereka luntur dan mungkin akan malas ikut perang kalau sewaktu waktu Belanda melanggar perjanjian Renville , buat apa berperang mati matian kalau pada akhirnya pemerintah justru malah mengecewakan ?!... rasa rasanya sudah tidak ada lagi yang bisa diharapkan dari pemerintahan Sukarno Hatta.

Secercah harapan muncul saat partai PKI bersama organisasi FDR yang didirikan Amir Syarifudin mulai bergeliat aktif di wilayah karesidenan Madiun , menurut kabar yang berhembus Muso sang pimpinan PKI yang baru saja kembali dari Uni Soviet berniat untuk mendirikan suatu negara yang berdaulat dan terpisah dari Republik Indonesia , nantinya negara berhaluan komunis ini akan berdiri di sebagian wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah serta beribukota di Madiun , tentunya kabar ini tidak asal asalan karena PKI sudah mempersiapkan segala hal untuk mencapai pembentukan suatu negara baru yang diberi nama Republik Soviet Indonesia.

Dalam waktu singkat bendera bendera merah bersimbol palu arit mulai berkibar dimana mana , sementara spanduk spanduk berslogan 'PKI Sidji Sidjine Ing Ati' juga turut dipasang di segala penjuru kota Madiun , tiap kali acara kampanye orang orang semakin banyak yang berdatangan untuk mendaftar menjadi anggota PKI , kalau sudah mendaftar orang orang itu langsung diberi kartu anggota dan selembar bendera merah bersimbol palu arit , selain itu mereka juga mendapat jatah beras , gula dan bahan pokok lain yang rutin dibagikan setiap bulan , bahkan juga ada jatah seliter susu segar yang rutin dibagikan setiap hari , hal ini tentunya menjamin kesejahteraan rakyat mengingat pemerintah Belanda sedang melakukan blokade ekonomi terhadap wilayah Republik.



" Opo iki dalane awake dhewe ben iso merdeka ?!... nek awake dhewe wes berjuang kanggo republik nanging gak enek hasile yo luwih becik awake dhewe melok komunis tha ?!... bener po ra ?! " banyak tentara TNI di Madiun yang mulai beralih mendukung PKI , apalagi pembentukan Republik Soviet Indonesia dinilai jauh lebih realistis dan menjanjikan karena Uni Soviet telah menggelontorkan dana besar besaran demi tercapainya tujuan ini , bahkan Uni Soviet juga mengirim pasokan senjata dalam jumlah banyak agar nantinya bisa digunakan untuk menghadapi pasukan Belanda yang masih bercokol di sebagian wilayah Jawa Timur.

Senapan semi mesin ppsh 41 dan bedil tokarev svt 38 dibagi bagikan kepada tiap tentara TNI yang pro PKI , mulai batalion batalion dalam brigade 29 yang anggotanya bekas pejuang PRI hingga pasukan divisi Ronggolawe yang hampir semua batalionnya menolak untuk digabung bersama divisi lain , semuanya dipersenjatai dan diberi tanggung jawab untuk mengamankan wilayah karesidenan Madiun dari segala macam ancaman , selain itu juga dibentuk pasukan merah yang anggotanya terdiri dari para buruh , warok dan juga tentara tentara yang tersingkir karena kebijakan rasionalisasi , mereka semua dipersenjatai dan dilatih kemiliteran secara singkat sebelum akhirnya ditugaskan untuk menjaga keamanan di kota kota sekitar Madiun.

Darmanto yang pangkatnya diturunkan menjadi letnan satu telah memantapkan hatinya untuk mendukung PKI , ia menganggap berdirinya Republik Soviet Indonesia di kampung halamannya adalah suatu takdir yang memang sudah digariskan oleh Yang Maha Kuasa , keinginan untuk hidup di suatu negara yang merdeka hanya bisa tercapai dengan memperjuangkan komunisme bersama PKI , inilah satu satunya harapan yang dipegang oleh Darmanto dan rekan rekannya yang tergabung dalam divisi Ronggolawe , mereka semua berharap Republik Soviet Indonesia kelak akan menjadi negara yang berdaulat dan menjamin kesejahteraan rakyatnya.

" Wes waleh melok sukarno !!... luweh penak melok muso ae !... wes nggenah bakalan makmur awake dhewe !... " orang orang di Madiun banyak yang memuja muja Muso sang pemimpin PKI , saat digelar rapat akbar sosoknya tampak berapi api berpidato di hadapan ribuan orang pendukungnya yang memadati alun alun Madiun " kita tidak mengakui persetujuan linggarjati maupun renville !!…. sikap menjilat dari pemerintah republik pada amerika selama tiga tahun tidak menghasilkan apa apa karena amerika menyokong belanda… kini dengan dukungan uni soviet tibalah waktunya untuk mengadakan perang kita !!... perang kita adalah akibat mutlak dari tuntutan melakukan revolusi !!.... " semua orang bertepuk tangan penuh semangat saat Muso mengakhiri pidatonya , tak ketinggalan bendera palu arit juga dikibarkan sebagai wujud antusiasme orang orang yang sudah tak sabar ingin segera dideklarasikan berdirinya negara Republik Soviet Indonesia.


Muso masih terus menggalang dukungan di berbagai kota yang ada di Jawa Timur , mulai dari Magetan , Ngawi , Wonogiri , Pacitan , Tulungagung , Ponorogo , Nganjuk , Kediri dan Blitar telah menyatakan dukungannya terhadap deklarasi Republik Soviet Indonesia , namun tentu saja ada pihak pihak yang menentang dan menghalang halangi tujuan ini , mereka adalah orang orang PNI dan Masyumi yang sebelumnya juga menjatuhkan kabinet kementrian Amir Syarifudin , keberadaan mereka dianggap sebagai penghalang sehingga mau tak mau harus segera disingkirkan.

Darmanto dan rekan rekan di kesatuannya diperintahkan untuk mengawal pasukan merah yang akan menculik orang orang PNI dan Masyumi di Madiun , saat malam hari orang orang itu didatangi di rumahnya masing masing dan diminta baik baik untuk ikut ke kantor gubernur militer , namun sebenarnya mereka semua tidak dibawa kesana melainkan disekap di pabrik gula Rejoagung yang dijadikan markas Pesindo , akan seperti apa nasib mereka setelah disekap di sana Darmanto dan rekan rekannya tak mau tau lagi.

Tadinya urusan culik menculik sudah dianggap selesai tapi ternyata hari hari berikutnya justru semakin banyak orang yang harus diculik , mulai dari lurah , wedana , camat , pamong praja , polisi , mantri , guru , hingga para kiai dan santri dari pondok pesantren semuanya harus diculik karena tidak mendukung PKI , mereka semua diculik saat malam hari dan langsung dibawa ke tempat terpencil yang ada di pedesaan , saat berada di sana Darmanto dan rekan rekannya tidak menyangka kalau orang orang itu ternyata akan dieksekusi dengan cara yang sangat sadis.

" Awake dhewe wes bener gak yo melok pki ?!... kok akhire malah koyok ngene ?!.. " Darmanto dan rekan rekannya mulai mempertanyakan tujuannya mendukung PKI , hati nurani mereka berontak saat melihat orang orang yang ditangkap itu ternyata harus dieksekusi secara sadis oleh para anggota pasukan merah , namun mereka tak berani berbuat apa apa karena takut kalau anggota pasukan merah juga akan menghabisi mereka " wes awake dhewe meneng sek ae !... golek aman disek !.. " apa boleh buat tak ada yang bisa dilakukan untuk mencegah eksekusi yang dilakukan para anggota pasukan merah , satu satunya yang bisa dilakukan hanyalah tetap diam menyaksikan eksekusi keji yang dilakukan di hadapan mata.

" Babi babi anti pki kudu mati !!... " dengan kasar para anggota pasukan merah membentak orang orang yang akan dieksekusi , semuanya telah ditelanjangi dan dipaksa berjalan menuju lobang galian yang ada di tegalan , begitu mereka turun ke lobang itu para anggota pasukan merah langsung memberondong dengan senapan mesin berkali kali " drett !!... drett !!.... drett !!.... " satu persatu orang orang itu mulai bertumbangan dengan kondisi tubuh berlumuran darah , sementara yang masih hidup langsung ditembak lagi tepat di kepalanya " duuar !!... duaar !!... " sungguh sangat menyedihkan melihat pembantaian seperti ini tanpa bisa berbuat apa apa untuk mencegah.


" Kudune awake dhewe iki mateni londho !!... mosok malah mateni kiai , santri , mantri , polisi ?!... seng bener ae ?! " para tentara TNI yang tadinya pro PKI kini mulai mengalami pergolakan batin , tadinya mereka mengira kalau tujuan pembentukan pasukan merah adalah untuk ikut mempertahankan wilayah Madiun kalau sewaktu waktu diserang Belanda , nyatanya pasukan merah justru membantai orang orang biasa hanya karena tidak ikut mendukung PKI , lebih buruknya lagi pembantaian tak cuma terjadi di Madiun karena para anggota pasukan merah juga menyerbu kota kota lain di Jawa Timur , bahkan juga terdengar kabar kalau gubernur Suryo yang sedang berada di Ngawi ternyata telah diculik dan dibunuh secara sadis.

Darmanto dan rekan rekannya merasa tersesat bergabung dengan PKI , namun mereka sudah kepalang basah dan tak tahu lagi bagaimana caranya untuk keluar , setiap kali diperintahkan untuk mengawal penculikan mereka terpaksa tunduk dan tak bisa berbuat apa apa untuk mencegah pembantaian , kalau dihitung hitung mungkin sudah ratusan orang yang dibantai dan disiksa secara keji , ada yang kepalanya dipenggal , kakinya digergaji atau matanya dicongkel dengan bayonet , bahkan ada yang dikuliti hidup hidup dan kemudian dibakar hingga mati , sungguh tak habis pikir Darmanto melihat kekejian para anggota pasukan merah yang melebihi setan jahanam.


Darmanto dan rekan rekannya merasa menyesal telah bergabung dengan PKI , mau mundur tak bisa mau kabur juga tak mungkin karena mereka khawatir dengan keselamatan keluarga masing masing , satu satunya yang bisa dilakukan hanyalah mencari aman sambil berharap kesatuan kesatuan TNI yang pro Republik segera melakukan penyerangan ke Madiun , bukan tak mungkin kalau pasukan divisi Senopati atau Siliwangi yang berada di Solo akan menyerang Madiun dalam waktu dekat ini , apalagi kedua divisi yang sempat berseteru itu sudah mengetahui kalau PKI adalah dalang yang mengadu domba mereka.

" Ngko nek pasukan siliwangi utowo senopati teko mrene awake dhewe langsung melok gabung ae !!... wes mangkel aku pengen mateni pasukan merah !!.. " Darmanto dan rekan rekannya sudah merencanakan untuk bergabung dengan pasukan divisi Suropati atau Siliwangi yang mungkin akan segera menyerang Madiun tak lama lagi , sementara untuk mencari aman mereka tetap patuh menjalankan tugas seperti biasanya , kali ini urusan culik menculik sudah berhenti karena gubernur militer telah merencanakan kalau pada tanggal 18 September 1948 akan digelar acara resmi pendeklarasian Republik Soviet Indonesia , nantinya kesatuan kesatuan TNI yang pro PKI akan diperintahkan untuk mengamankan acara itu dengan melakukan serangan serentak saat dini hari , sementara target target yang harus diserang adalah kantor polisi , markas CPM serta markas TNI yang masih pro Republik.

" Awake dhewe etok etokan ae melok nyerang !... pokoke ndelek ngolah ngaleh ae ra sah melok tembak tembakan ritek !... " perang saudara seperti ini memang tak seharusnya perlu terjadi , daripada harus membunuhi sesama orang Indonesia lebih baik berpura pura saja ikut menyerang sambil mencari selamat agar tidak terkena pelor , kira kira seperti itulah yang akan dilakukan Darmanto dan rekan rekannya kalau nanti diperintahkan untuk menyerang target target yang telah ditentukan.

Dini hari tanggal 18 September 1948 seluruh kesatuan kesatuan TNI yang pro PKI sudah disebar ke berbagai target target lokasi , Darmanto sendiri ikut bersama batalion Mustofa yang akan menyerang markas kompi Sukowati yang berada di daerah Maospati , begitu tiba di sana baku tembak langsung terjadi dengan sengit hingga menewaskan banyak orang , sementara Darmanto dan rekan rekannya yang tak ingin ikut baku tembak hanya meringkuk di parit pinggir jalan sambil sesekali melepaskan tembakan ke udara " drett !!.... drett !!... drett !!... " begitulah cara mereka berpura pura mengelabui komandan batalion yang merupakan pendukung fanatik PKI.

Penyerangan itu berlangsung hingga shubuh dan menewaskan banyak orang di kedua pihak , sementara anggota kompi Sukowati yang terluka langsung ditangkap dan mungkin akan disiksa saat dijebloskan ke penjara , apa boleh buat Darmanto dan rekan rekannya tak bisa menolong karena posisi mereka juga serba sulit , lebih baik tetap mencari aman sampai tiba waktu yang tepat untuk bertindak melakukan perlawanan.

Saat pagi hari pasukan merah sudah berkonvoi keliling kota Madiun sambil berteriak teriak " kiri yes !!.. kiri yes !!... kanan no !!... kanan no !!... " mereka semua senang karena orang orang pemerintahan sipil sudah ditangkap dan diganti dengan orang orang pro PKI , bahkan bupati Madiun sudah diculik dan disekap entah dimana , selain itu bendera merah putih sudah tak terlihat lagi karena pasukan merah sudah menggantinya dengan bendera palu arit yang berkibar kibar di segala penjuru kota , hanya tinggal menunggu beberapa jam gubernur militer akan mengumumkan pendeklarasian Republik Soviet Indonesia melalui siaran radio , sementara Muso yang ditunggu tunggu para pendukung PKI baru akan datang ke Madiun keesokan harinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar